Shalat Fajar: Pengertian, Tata Cara, Niat dan Waktu

 
Shalat Fajar: Pengertian, Tata Cara, Niat dan Waktu
Sumber Gambar: foto ist

Laduni.ID, Jakarta - Shalat sunnah fajar adalah shalat sunnah yang dilakukan sebelum melaksanakan shalat subuh. Shalat ini dilaksanakan pada saat fajar telah terbit. Syekh Nawawi dalam Nihayatuz Zain menjelaskan bahwa di antara shalar sunnah yang dianjurkan adalah shalat sunnah sebelum shalat shubuh.

Shalat ini dianjurkan karena Rasulullah SAW memang membiasakan shalat ini semasa hidupnya. Rasulullah mengatakan, “Shalat sunnah fajar (shalat sunah qabliyah subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim)

Banyak sekali istilah yang digunakan untuk menunjukan dua rakaat sebelum shubuh seperti shalat fajar. Adapula yang menamainya sebagai shalat sunnah subuh karena dilakukan sesebelum shalat subuh. Ada yang mengatakan shalat sunnah barad mungkin karena dilaksanakan ketika hari masih dingin. Ada pula yang menamakan shalat sunnah ghadat yaitu shalat sunnah yang dilakukan pagi-pagi sekali.

Dalam Nihayatuz Zain, Syaikh Nawawi memperbolehkan niat shalat dua rakaat subuh ini dengan berbagai macam istilah di atas Seperti:

أُصَلِّي سُنَّةَ الْفَجْرِ رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلّهِ تَعَالى

(Ushalli sunnatal fajri rok’ataini ada’an lillahi ta’ala)

“Saya niat shalat sunnah fajar dua rakaat karena Allah Ta’ala”

Atau boleh juga dengan,

أُصَلِّي سُنَّةَ الْبَرَدِ رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلّهِ تَعَالى

(Ushalli sunnatal barodi rok’ataini ada’an lillahi ta’ala)

أُصَلِّي سُنَّةَ الْبَرَدِ رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلّهِ تَعَالى

(Ushalli sunnatas subhi rok’ataini ada’an lillahi ta’ala)

Atau boleh juga yang lebih lengkap adalah,

اُصَلِّيْ سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

(Usholli sunnatas shubhi rok’ataini mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta’aala.)

“Saya niat shalat sunnah subuh dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’ala”

Rasulullah SAW ketika melaksanakan shalat ini, beliau melaksanakannya dengan ringan dan tidak terlalu lama. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari Muslim melalui Aisyah RA,

كان النبي صلى الله عليه وسلم يخفف الركعتين اللتين قبل صلاة الصبح حتى إني لأقول هل قرأ بأم الكتاب

“Nabi SAW meringankan bacaan dalam dua rakaat sebelum subuh sehingga aku berkata ‘apakah beliau membaca al-Fatihah saja?’”

Lalu bagaimana ketika kita datang ke masjid kemudian shalat subuh telah dimulai, sehingga kita tidak sempat untuk melaksanakan shalat fajar?

Ketika kita tertinggal seperti itu, maka kita diperbolehkan melakukannya setelah shalat subuh, atau boleh juga melakukannya setelah naiknya matahari (irtifa’, yakni waktu setelah terbitnya matahari). Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud,

عن قيس بن عمرو قال : “رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يصلي بعد صلاة الصبح ركعتين فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: صلاة الصبح ركعتان فقال الرجل إني لم أكن صليت الركعتين اللتين قبلهما فصليتهما الآن فسكت رسول الله صلى الله عليه وسلم” رواه أبو داود

“Dari Qais bin Amr berkata: Rasulullah SAW melihat seorang laki-laki melakukan shalat dua rakaat setelah shalat subuh, kemudian Rasul berkata: Shalat subuh itu hanya dua rakaat. Kemudian laki-laki itu menjawab: sesungguhnya aku belum melakukan shalat dua rakaat sebelum subuh, sehingga aku melakukannya sekarang (setelah shalat subuh), kemudian Rasulullah SAW diam.” (HR. Abu Dawud)

Ketika Rasulullah diam, maka hal ini adalah bentuk persetujuan Rasul, atau dalam hadis disebut juga sebagai hadis taqriri.


Referensi: Kitab Nihayatuz Zain karya Syekh Nawawi