Biografi Syekh Siti Jenar (Sayyid Hasan Ali Al-Husaini)
- by Achmad Susanto
- 14.713 Views
- Selasa, 13 September 2022
Daftar Isi
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
1.3 Nasab Syaikh Siti Jenar
1.4 Wafat
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Syekh Siti Jenar
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
2.2 Guru-guru Beliau
3 Penerus Beliau
3.1 Murid-murid Beliau
4 Metode Dakwah Beliau
5 Kesaktian Syekh Siti Jenar
5.1 Sepi Angin
5.2 Ajian Bolosewu
5.3 Ilmu Rogo Sukmo
5.4 Ilmu Rajek Wesi
5.5 Ilmu Grojog Sewu
5.6 Ilmu Sirep
6 Ajaran Syekh Siti Jenar
7 Referensi
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
Syekh Siti Jenar lahir sekitar tahun 829 H/1348 C/1426 M. dilingkungan Pakuwuan Caruban, pusat kota kota Caruban waktu itu, yg lebih dikenal sebagai Astana japura, sebelah tenggara Cirebon. Suatu lingkungan yg multi-etnis, multi-bahasa dan sebagai titik temu kebudayaan serta peradaban berbagai suku. Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini.
Pada akhir tahun 1425, Syekh Datuk Shaleh beserta istrinya sampai di Cirebon dan saat itu, Syekh Siti Jenar masih berada dalam kandungan ibunya 3 bulan. Di Tanah Caruban ini, sambil berdagang Syekh Datuk Shaleh memperkuat penyebaran Islam yg sudah beberapa lama tersiar di seantero bumi Caruban, bersama- sama dgn ulama kenamaan Syekh Datuk Kahfi, putra Syehk Datuk Ahmad. Namun, baru dua bulan di Caruban, pada tahun awal tahun 1426, Syekh Datuk Shaleh wafat. Setelah kelahiran San Ali ketika menginjakb usia 3 bulan Ibundanya juga meninggal dunia. Lantaran peristiwa menyedihkan itulah San Ali atau Syekh Siti Jenar kecil diasuh oleh Ki Danu Sela serta penasihatnya, Ki Samadullah atau Pangeran Walangsungsang yg sedang nyantri di Cirebon, dibawah asuhan Syekh Datuk Kahfi.
Syaikh Siti Jenar memiliki banyak nama :
- San Ali (nama kecil pemberian orangtua angkatnya)
- Syaikh Abdul Jalil (nama yg diperoleh di Malaka, setelah menjadi ulama)
- Syaikh Jabaranta (nama yg dikenal di Palembang, Sumatera dan daratan Malaka)
- Prabu Satmata (Gusti yg nampak oleh mata; juga nama yg diperkenalkan kepada murid dan pada murid dan pengikutnya)
- Syaikh Lemah Abang atau Lemah Bang (gelar yg diberikan masyarakat Lemah Abang)
- Syaikh Lemah Uler
- Pangran Panjunan
- Sunan Sasmita (nama dalam Babad Cirebon, S.Z. Hadisutjipto)
- Syaikh Siti Bang, serta Syekh Siti Brit; Syekh Siti Luhung (nama-nama yg diberikan masyarakat Jawa Tengahan)
- Sunan Kajenar (dalam sastra Islam-Jawa versi Surakarta baru, era R.Ng. Ranggawarsita [1802-1873])
- Syaikh Wali Lanang Sejati
- Syaikh Jati Mulya
- Syaikh Sunyata Jatimurti Susuhunan ing Lemah Abang .
1.2 Riwayat Keluarga
Syekh Siti Jenar mempunyai dua putra, dari pernikahannya dengan wanita Gujarat
- Abdul Qadir Alias Syaikh Datuk Bardut
- Abdul Qahar alias Syaikh Datuk Fardun.
Konon, sepeninggal Syekh Siti Jenar, Syaikh Datuk Bardut bermukim di Cirebon. Sedangkan Syaikh Datuk Fardun bermukim di Paciran, Lamongan Jawa Timur. Sejauh ini, keturunan Syaikh Siti Jenar tak pernah terungkap. Kalau toh ada, klaim itu sudah dibuktikan dengan analisis pisau sejarah. Itu sebabnya anak turun Syekh Siti Jenar tidak pernah terungkap.
1.3 Nasab Syaikh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar yg memiliki nama kecil San Ali dan kemudian dikenal sebagai Syaikh ‘Abdul Jalil adalah putra seorang ulama asal Malaka, Syaikh Datuk Shaleh bin Syaikh Isa ‘Alawi bin Ahmadsyah Jalaludin Husain bin Syaikh ‘Abdullah Khannuddin bin Syaikh ‘Abdul Malik al -Qazam.
Maulana ‘Abdullah bin Syaikh Sayid Khannuddin adalah putra Syaikh ‘Abdul Malik atau Asamat Khan. Nama terakhir ini adalah seorang Syaikh kalangan ‘Alawi kesohor di Ahmadabad, India, yg berasal dari Handramaut. Qazam adalah sebuah distrik berdekatan dgn kota Tarim di Hadramaut.Syekh ‘Abdul Malik adalah putra Syaikh ‘Alawi, salah satu keluarga utama keturunan ulama terkenal Syaikh ‘Isa al-Muhajir al-Bashari al-‘Alawi, yg semua keturunannya bertebaran ke berbagai pelosok dunia, menyiarkan agama Islam. Dengan Urutan Nasab sebagai berikut :
- Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
- Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti
- Al-Imam Al-Husain bin
- Al-Imam Ali Zainal Abidin bin
- Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin
- Al-Imam Ja’far Shadiq bin
- Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin
- Al-Imam Muhammad An-Naqib bin
- Al-Imam Isa Ar-Rumi bin
- Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin
- As-Sayyid Ubaidillah bin
- As-Sayyid Alwi bin
- As-Sayyid Muhammad bin
- As-Sayyid Alwi bin
- As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin
- As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin
- As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin
- As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin
- As-Sayyid Abdullah bin
- As-Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin
- As-Sayyid ‘Isa ‘Alawi bin
- As-Sayyid Shalih/ Syaikh Shaleh bin
- As-Sayyid Hasan Ali Al-Husaini atau Syaikh Abdul Jalil atau Syekh Siti Jenar
1.4 Wafat
Syaikh Siti Jenar meninggal sekitar tahun 1515 Masehi. Dan dimakamkan dibawah Masjid Agung Demak.
Menurut versi lain, Syekh Siti Jenar dimakamkan di Klematen, Cirebon. Makam itu berada di tengah pemakaman umum, di dalam bangunan sederhanan dan gelap seluas 5x5 meter. Makam Syekh Siti Jenar berada ditengah, diapit oleh makam dua muridnya, Pangeran Jagabayan di sebelah kanan dan Pangeran Kejaksan di sebelah kiri.
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Syaikh Siti Jenar
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
Setelah diasuh oleh Ki Danusela sampai usia 5 tahun, pada sekitar tahun 1431 M, Syekh Siti Jenar kecil (San Ali) diserahkan kepada Syekh Datuk Kahfi, pengasuh Pedepokan Giri Amparan Jati, agar dididik agama Islam yg berpusat di Cirebon oleh Kerajaan Sunda.
Jadi walaupun San Ali adalah keturunan ulama Malaka, dan lebih jauh lagi keturunan Arab, namun sejak kecil lingkungan hidupnya adalah kultur Cirebon yg saat itu menjadi sebuah kota multikultur, heterogen dan sebagai basis antarlintas perdagangan dunia waktu itu. Saat itu Cirebon dgn Padepokan Giri Amparan Jatinya yg diasuh oleh seorang ulama asal Makkah dan Malaka, Syekh Datuk Kahfi, telah mampu menjadi salah satu pusat pengajaran Islam, dalam bidang fiqih dan ilmu ‘alat, serta tasawuf. Sampai usia 20 tahun, San Ali mempelajari berbagai bidang agama Islam dgn sepenuh hati, di sertai dgn pendidikan otodidak bidang spiritual. Di Padepokan Giri Amparan Jati ini, San Ali menyelesaikan berbagai pelajaran keagamaan, terutama Nahwu, Sharaf, Balaghah, Ilmu Tafsir, Musthalah Hadist, Ushul Fiqih dan Mmanthiq. Ia menjadi santri generasi kedua. Sedang yg akan menjadi santri generasi ketiga adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Dari Pajajaran San Ali melanjutkan pengembaraannya menuju Palembang, menemui Aria Damar, seorang adipati, sekaligus pengamal sufi-kebatinan, santri Maulana Ibrahim Samarkandi. Pada masa tuanya, Aria Damar bermukim di tepi sungai Ogan, Kampung Pedamaran.Diperkirakan Syekh Siti Jenar berguru kepada Aria Damar antara tahun 1448- 1450 M. bersama Aria Abdillah ini, San Ali mempelajari pengetahuan tentang hakikat ketunggalan alam semesta yg dijabarkan dari konsep “nurun ‘ala nur” (cahaya Maha Cahaya), atau yg kemudian dikenal sebagai Kosmologi Emanasi.
Setelah berguru kepada Aria Damar Beliau melanjutkan perjalanan menuntut Ilmu menuju Baghdad hingga sampai ke Mekkah. Dalam perjalanannya Beliau bertemu dengan Syaikh Bayanullah yang mana adik dari Syaikh Datuk Kahfi guru beliau dan masih Sepupu dengan Syaikh Siti Jenar
Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda sewaktu melakukan perjalanan dari Baghdad hingga ke Mekkah adalah :
- Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi.
- Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli.
- Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali.
- Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi.
- Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli.
- Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj.
- Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy.
- Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy.
2.2 Guru-guru Beliau
- Syaikh Datuk Kahfi
- Arya Damar
3 Penerus Syaikh Siti Jenar
3.1 Murid-murid Beliau
Di dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari disebutkan bahwa Syaikh Lemah Abang bersahabat karib dengan Sunan Kalijaga, tetapi bukan muridnya (i sedengira Susuhunan Kalijaga mitranan lawan Seh Lema (ha) bang/ tatapinya mangkana dudu sisyanira//).
Dalam Naskah Nagara Kretabhumi lebih rinci menyebutkan siapa saja pejabat tinggi kerajaan dan tokoh berpengaruh yang menjadi murid Syaikh Datuk Abdul Jalil. Ajaran Syekh Siti Jenar lebih bisa diterima oleh raja-raja jawa yang telah memeluk agama Islam. Diceritakan dalam Babad Jaka Tingkir, bahwa ada lebih dari 40 orang tokoh yang berguru kepada Syekh Siti Jenar. Mereka adalah:
- Ki Ageng Banyubiru.
- Ki Ageng Getas Aji.
- Ki Ageng Balak.
- Ki Ageng Butuh.
- Ki Ageng Ngerang.
- Ki Ageng Jati.
- Ki Ageng Tingkir.
- Ki Ageng Watalunan.
- Ki Ageng Pringapus.
- Ki Ageng Nganggas.
- Ki Ageng Ngambat.
- Ki Ageng Ba badan.
- Ki Ageng Wanantara.
- Kiai Majasta.
- Ki Ageng Tambak Baya.
- Ki Ageng Baki.
- Ki Ageng Tembalan.
- Ki Ageng Karanggayam.
- Ki Ageng Ngargaloka.
- Ki Ageng Kayu Purin.
- ki Ageng Salandaka.
- Kiai Ageng Purwasada.
- Kebo Kangan.
- Kiai Ageng Kebonalas.
- Ki Ageng Waturante.
- Kiai Ageng Taruntum.
- Kiai Ageng Pataruman.
- Kiai Ageng Purna.
- Kiai Ageng Kare.
- Kiai Ageng Candhi.
- Kiai Ageng Wanasaba.
- Kiai Ageng Gugulu.
- Kiai Ageng Gunung Pragota.
- Kiai Ageng Ngadi Baya.
- Kiai Ageng Karungrungan.
- Kiai Ageng Jatingali.
- Kiai Ageng Wanadadi.
- Kiai Ageng Tambangan.
- Kiai Ageng Ngampuhan.
- Kiai Ageng Bangsri.
- Kanjeng Kiai Ageng Pengging.
Sementara dari cerita tradisi di kalangan pengikut tarekat Akmlaiyah disebutkan bahwa salah seorang murid Syaikh Datuk Abdul Jalil yang bernama Ki Dang Hyang Nirartha, menjadi pendeta besar di negeri Bali yang mengajarkan paham manunggaling kawula-gusti kepada orang-orang Hindu dan Buddha di Bali.
4 Metode Dakwah Syaikh Siti Jenar
Naskah Nagara Kretabhumi Sargha III pupuh 77-78, mengisahkan bahwa setelah kembali dari menuntut ilmu di Baghdad, Syaikh Datuk Abdul Jalil pergi ke Malaka dan mengajarkan ilmu agama sampai dikenal dengan gelar Syaikh Datuk Abdul Jalil dan Syaikh Datuk Jabalrantas. Ia telah menikah dengan seorang perempuan Gujarat dan memiliki putra bernama Ki Datuk Pardun dan Ki Datuk Bardud. Namun, ia tidak lama tinggal di Malaka.
Beliau pergi ke Jawa menuju Giri Amparan Jati dan tinggal di sana bersama Syaikh Datuk Kahfi , saudara sepupunya. Setelah itu, Syaikh Datuk Abdul Jalil tinggal di Cirebon Girang. Dalam waktu singkat, ia memiliki banyak murid. Ia selalu berdakwah keliling dari satu tempat ke tempat lain sehingga muridnya semakin banyak dan pengaruhnya semakin besar, terutama karena murid-muridnya banyak yang berasal dari kalangan pejabat tinggi kerajaan.
Syekh Siti Jenar menyebarkan ajaran dan pandangan mengenai ilmu sangkan-paran sebagai titik pangkal paham kemanuggalannya. Konsep-konsep pamor, jumbuh dan manunggal dalam teologi-sufi Syekh Siti Jenar dipengaruhi oleh paham-paham puncak mistik al- Hallaj dan al-Jili, disamping itu karena proses pencarian spiritualnya yg memiliki ujung pemahaman yg mirip dgn secara praktis/’amali-al-Hallaj; dan secara filosofis mirip dgn al-Jili dan Ibnu ‘Arabi.
Syekh Siti Jenar-lah yg pertama kali mengusung gagasan al-Hallaj dan terutama al-Jili ke Jawa. Sementara itu para wali anggota Dewan Wali menyebarluaskan ajaran Islam syar’i madzhabi yg ketat. Sebagian memang mengajarkan tasawuf, namun tasawuf tarekati, yg kebanyakkan beralur pada paham Imam Ghazali. Sayangnya, Syekh Siti Jenar tidak banyak menuliskan ajaran- ajarannya karena kesibukannya menyebarkan gagasan melalui lisan ke berbagai pelosok Tanah Jawa. Dalam catatan sastra suluk Jawa hanya ada 3 kitab karya Syekh Siti Jenar;Talmisan, Musakhaf (al-Mukasysyaf) dan Balal Mubarak. Masyarakat yg dibangunnya nanti dikenal sebagai komunitas Lemah Abang.
Setelah banyak muridnya, Syaikh Datuk Abdul Jalil diceritakan mendirikan pesantren di Dukuh Lemah Abang yang terletak di sebelah tenggara Cirebon Girang. Ia kemudian dikenal dengan sebutan Syaikh Lemah Abang. Dalam Carita Purwaka Caruban Nagari menggambarkan bahwa Syaikh Lemah Abang adalah termasuk anggota Wali Songo yang dipimpin Sunan Ampel.
Dengan strategi inilah justru kehadiran Islam, yang ternyata sudah banyak dianut masyarakat pedalaman Majapahit diterima oleh masyarakat pedalaman Jawa. Sedikit gejolak dan perbenturan justru terjadi pada masa awal Kerajaan Demak, dikarenakan Kerjaan Demak menerapkan Islam formal berbasis pada aturan ketat fiqih sebagai Agama resmi Negara. Seorang intelektual Islam-Jawa, Soebardi membantah sinyalemen para peneliti Belanda, bahwa kalaupun Syekh Siti Jenar dan para pengikutnya banyak dihukum mati, hal ini bukan karena mereka menjadi musuh Islam. Yang terjadi hanyalah karena mereka menyebarkan ajarannya yang bertentangan dengan paham resmi kerajaan.
Sedangkan dari segi ajarannya, justru banyak yang menunjukan rasa simpati dan bahkan membenarkan pendapat-pendapat Syekh Siti Jenar. Sehingga dalam Serat Centini diceritakan, bahwa setelah tiga hari wafatnya, para wali melihat jenazah Syekh Siti Jenar masih utuh, bagus, dan berbau harum. Pada saat itulah, dari jenazah tersebut terdengar suara ucapan salam dan ungkapan selamat tinggal. Syekh Siti Jenar juga mendoakan para wali dan Sultan agar mendapat barakah dan hidayah sepeninggalnya.
5 Kesaktian Syaikh Siti Jenar
5.1. Sepi Angin/ Saipi Angin
Ilmu kanuragan ini mampu membuat tubuh orang yang mengamalkannya menjadi ringan seperti angin. Dengan Ilmu ini seseorang mampu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Konon dengan ajian sepi angin ini, Syekh Siti Jenar dapat pergi salat ke mesjid-mesjid yang dia kehendaki bahkan hingga ke Masjidil Haram di Mekah.Menurut para pakar dunia batin, ilmu ini memang nyata dan ada kemungkinan dipraktikkan sampai hari ini.
Namun menurut mereka cara untuk bisa menguasai Sepi Angin memang terlalu susah, ada banyak syarat yang harus dilakukan mulai dari puasa, bersemedi, sampai menghafalkan mantra-mantra. Selain ada syarat berlakunya, untuk bisa menguasai ilmu ini seseorang harus memiliki tingkat kebatinan yang tinggi.Hal ini bisa didapatkan dengan cara taat kepada Tuhan dan tidak terbesit untuk melakukan perbuatan buruk.Setelah menempel pribadi menjadi semacam itu, dalam waktu yang lama lalu dibarengi dengan ritual-ritual berat tadi maka kemungkinan ilmu sepi angin bisa dikuasai.
Menurut cerita para pengguna ajian sepi angin ini adalah para pendekar dan juga para Walisongo.Para sunan ini memakai ilmu tersebut untuk tujuan berkumpul dan menurut cerita, saat Sunan Giri membunyikan Gongnya, maka para Walisongo akan langsung berkumpul padahal masing-masing dari beliau Itu posisinya menyebar seantero Jawa.
5.2. Ajian Bolosewu
Walau seorang diri, namun dengan ajian Bolo sewu seseorang bisa menjadi terlihat banyak.Dengan bolo sewu sendiri seseorang akan ditemani seribu jin yang mampu menjaganya dari segala mara bahaya yang menghadang.Bolo sewu berarti seribu pengikut, ilmu ini biasa digunakan oleh para pengikut Syekh Siti Jenar untuk menghadapi lawan-lawannya.
5.3. Rogo Sukmo
Rogo Sukmo dalam bahasa Jawa berarti mengambil jiwa, Ilmu ini mampu mengeluarkan ruh dari raga dan kembali lagi pada saat yang diinginkan.Merogoh sukma digunakan saat ingin mengalahkan lawan dengan tanpa terlihat secara kasat mata.Biasanya mereka yang hendak melakukan ajian ini haruslah berhati bersih dan jauh dari keinginan duniawi.Jika syarat utama terpenuhi barulah dilanjutkan dengan teknik olah pernapasan dengan posisi duduk bersila maupun tidur sembari menyatukan hati dan pikiran.
Mereka yang sukses biasanya bisa langsung melihat dirinya sendiri yang sedang dalam kondisi bersemedi.Pada saat itulah sukmanya berarti telah berhasil keluar dari raga fisik dan siap untuk menembus dimensi alam gaib.Selain sebagai sarana meditasi ilmu rogo sukmo ini bisa digunakan untuk tujuan yang positif.
5.4. Ilmu Rajek Wesi
Ilmu kebal ini bernama rajek wesi, para pengikut Syekh Siti Jenar akan tidak mempan akan bacokan pedang maupun pukulan benda keras lainnya.Tubuh akan setebal besi sehingga tidak bisa dilukai oleh apapun yang menyentuhnya dan berkat ilmu ini tubuh seseorang akan kembali dan kebal ibarat besi yang tidak mampu dipecahkan oleh apapun.
5.5. Grojog Sewu
Dari sekian ilmu yang diwariskan Syekh Siti Jenar, ajian grojog sewu merupakan yang paling dikenal para jawara.Siapapun yang menimba ilmu ini, maka akan mampu merubah wujudnya seperti yang diinginkannya.Dengan mengamalkan ajian ini, seseorang akan bisa berganti wujud menjadi makhluk hidup seperti hewan maupun pohon, bahkan menjadi bentuk manusia.Ilmu grojog sewu ini berarti seribu air terjun mengajarkan untuk berganti wujud sesuai dengan keinginan masing-masing.
5.6. Ilmu Sirep
Ilmu sirep tergolong sangat ampuh dan sering digunakan saat menghadapi banyak musuh.Dengan ilmu ini kita mampu membuat banyak orang menjadi tidur nyenyak dan tak bisa bangun dalam beberapa waktu.Ilmu ini sering disalah gunakan oleh para maling pada zaman dulu, dalam setiap operasi mereka.Saat ini, masih ada juga maling yang memiliki ilmu ini, terutama yang beroperasi di bagian kampung-kampung.
6 Ajaran Syaikh Siti Jenar
Ajaran Syaikh Datuk Abdul Jalil yang di Jawa dikenal dengan sebutan Manunggaling Kawula Gusti, sebagaimana tertulis dalam Serat Seh Siti Djenar (1917), menanamkan suatu pemahaman bahwa semua makhluk di dunia pada hakikatnya sama di hadapan Tuhan, baik dia seorang raja, wali, atau fakir miskin, karena mereka semua adalah hijab Tuhan. Itu sebabnya, meski manusia berkedudukan sebagai raja atau bupati, jika tidak mengetahui hakikat sejati kehidupan, mereka akan jatuh ke dalam kekosongan ukhrawiah. Sebaliknya, meski seseorang itu hina papa sebagai pengemis di pinggir jalan, jika telah waskita memahami ketunggalan antara khalq dengan Haqq, maka ia akan beroleh hidup abadi.
Manunggaling Kawulo Gusti menurut Syekh Siti Jenar bias juga berarti menghindari Shalat yg kehilangan makna dan tujuannya itu. Shalat haruslah merupakan praktek nyata bagi kehidupan. Yakni Shalat sebagai bentuk Ibadah yg sesuai dgn bentuk profesi kehidupannya. Orang yg melakukan profesinya secara benar, karena Allah, maka hakikatnya ia telah melaksanakan Shalat Sejati, Shalat yg sebenarnya. Orientasi kepada yang Maha Benar dan selalu berupaya mewujudkan Manunggaling Kawula Gusti, termasuk dalam karya, karsa-cipta itulah shalat yg sesungguhnya.
Dari perenungannya mengenai dunia nafsu manusia, hal ini membawa Syekh Siti Jenar menuai keberhasilan menaklukkan Tujuh Hijab, yg menjadi penghalang utama pendakian rohani seorang salik (pencari kebenaran). Tujuh Hijab itu adalah:
- Lembah Kasal (kemalasan naluri dan rohani manusia)
- Jurang Futur (nafsu menelan makhluk/orang lain)
- Gurun Malal (sikap mudah berputus asa dalam menempuh jalan rohani)
- Gurun Riya’ (bangga rohani)
- Rimba Sum’ah (pamer rohani)
- Samudera ‘Ujub (kesombongan intelektual dan kesombongan ragawi)
- Benteng Hajbun (penghalang akal dan nurani).
Ajaran yang di sebarkan oleh Syaikh Siti Jenar dikenal dengan nama Sasahidan. Sasahidan adalah ajaran kedelapan yang berupa “pemberian kesaksian” (syahid) bahwa keberadaan makhluk, yaitu segala ciptaan yang tergelar di alam dunia seperti bumi, langit, matahari, bulan, bintang, api, angin, air, dan yang lainnya, semua mau menyaksikan bahwa keadaan kita sekarang adalah merupakan persemayaman Dzat Tuhan yang Mahasuci, menjadi sifat Allah yang Sejati.
Syekh Siti Jenar menilai bahwa ungkapan-ungkapan yg digunakan al-Jili sangat sederhana, lugas, gampang dipahami namun tetap mendalam. Yg terpenting, memiliki banyak kemiripan dgn pengalaman rohani yg sudah dilewatkannya, serta yg akan ditempuhnya. Syekh Siti Jenar mengajarkan konsep yang sangat kontroversial pada saat itu, yaitu konsep tentang hidup dan mati, Tuhan dan Kebebasan, serta tempat berlakunya syariat tersebut. Syekh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian.
Sebaliknya, yaitu apa yang disebut umum sebagai kematian justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi.
Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ;
- Syariat (dengan menjalankan hukum-hukum agama spt sholat, zakat dll)
- Tarekat (dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu)
- Hakekat (Di mana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan)
- Ma’rifat (Kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Bukan berarti bahwa setelah menempuh Ma’rifat terus meninggalkan tingkatan sebelumnya. )
Sebenarnya inti ajaran Syekh Siti Jenar sama dgn ajaran sufi ‘Abdul Qadir al-Jilani (w.1165), Ibnu ‘Arabi (560/1165-638-1240), Ma’ruf al-Karkhi, dan al-Jili. Hanya saja ketiga tokoh tsb mengalami nasib yg baik dalam artian, ajarannya tidak dipolitisasi, sehingga dalam kehidupannya di dunia tidak pernah mengalami intimidasi dan kekerasan sebagai korban politik dan menemui akhir hayat secara biasa.
7 Referensi
- Buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto,
- Buku Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, Agus Sunyoto, Jakarta: Transpustaka, 2011
- Suluk Abdul Jalil Jilid 1- 7, KH. Agus Sunyoto.
- Walisanga ,R. Tanoyo.
- 12 Serat Candhakipun Riwayat Jati.
- Babad Jaka Tingkir-Babad Pajang
- Paku Buwana VI, 1849, Babad Jaka Tingkir Dalam Kupiya Iber Warni-warni, Surakarta.
8. Chart Silsilah Sanad
Berikut ini chart silsilah sanad guru Syaikh Siti Jenar dapat dilihat DI SINI, dan chart silsilah sanad murid beliau dapat dilihat DI SINI.
Lokasi Terkait Beliau
Belum ada lokasi untuk sekarang
Memuat Komentar ...