Biografi Sayyid Abdullah Umdatuddin ( Syarif Abdullah )

 
Biografi Sayyid Abdullah Umdatuddin ( Syarif Abdullah )

Daftar Isi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga Sayyid Abdullah Umdatuddin
1.3  Nasab Sayyid Abdullah Umdatuddin
1.4  Wafat

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan Sayyid Abdullah Umdatuddin

2.1  Guru Sayyid Abdullah Umdatuddin

3.  Penerus Sayyid Abdullah Umdatuddin

3.1  Anak-Anak Sayyid Abdullah Umdatuddin

4.  Perjalanan Dakwah Sayyid Abdullah Umdatuddin

5.  Keteladanan Sayyid Abdullah Umdatuddin

7.  Referensi

 

1   Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir

Syarif Abdullah atau yang terlahir dengan nama Sayyid Abdullah Umdatuddin adalah salah seorang Ulama yang turut berperan mensyiarkan Agama Islam di daerah Champa (Vietnam Tengah). Ayah beliau yang bernama Ali Nurul Alam juga tidak kalah terkenalnya . Ali Nurul Alam ini bahkan merupakan Anggota Walisongo Angkatan Pertama dengan Gelar Maulana Malik Israel atau Sultan Qonbul.

1.2 Riwayat Keluarga Sayyid Abdullah Umdatuddin

Beliau mempunyai dua orang istri yaitu :

1. Istri Pertama adalah: Syarifah Zainab binti Sayyid Yusuf Asy-Syandani Azmatkhan (Pattani Thailand) melahirkan 2 orang anak, yaitu:

  1. Sayyid Abul Muzhaffar, melahirkan para sultan Pattani, Kelantan lama dan Malaysia. 
  2. Sayyid Babullah, melahirkan Sultan-sultan Ternate.

2. Istri kedua adalah Nyai Rara Santang/Syarifah Mudaim binti Prabu Siliwangi Raja Pajajaran, melahirkan 2 orang anak, yaitu:

  1. Sultan Nurullah (Raja Champa) 
  2. Syarif Hidayatullah (Raja Cirebon) bergelar Sunan Gunung Jati.

1.3 Nasab Sayyid Abdullah Umdatuddin

  1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
  2. Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib
  3. Al-Imam Al-Husain
  4. Al-Imam Ali Zainal Abidin
  5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir
  6. Al-Imam Ja’far Shadiq
  7. Al-Imam Ali Al-Uraidhi
  8. Al-Imam Muhammad An-Naqib
  9. Al-Imam Isa Ar-Rumi
  10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
  11. As-Sayyid Ubaidillah
  12. As-Sayyid Alwi
  13. As-Sayyid Muhammad
  14. As-Sayyid Alwi 
  15. As-Sayyid Ali Khali’ Qasam
  16. As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath
  17. As-Sayyid Alwi Ammil Faqih 
  18. As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
  19. As-Sayyid Abdullah
  20. As-Sayyid Ahmad Jalaluddin
  21. As-Sayyid Husain Jamaluddin Al-Akbar/ Syekh Jumadil Kubro
  22. As-Sayyid Ali Nurul Alam
  23. As-Sayyid Abdullah Umdatuddin/Sultan Champa

1.4 Wafat

Sayyid Abdullah Umdatuddin diperkirakan  wafat pada tahun 1583 M. Di Kampuhea Vietnam Tengah
 

2   Sanad Ilmu dan Pendidikan Sayyid Abdullah Umdatuddin

Sayyid Abdullah Umdatuddin dididik dan dibesarkan oleh ayahanda Syekh Ali Nurul Alam dan dilanjutkan melakukan pengembaraan menuntul Ilmu sampai ke Mekkah.

2.1 Guru Sayyid Abdullah Umdatuddin

  1. Syekh Ali Nurul Alam
     

3   Penerus Sayyid Abdullah Umdatuddin

3.1 Anak-anak Sayyid Abdullah Umdatuddin

  1. Sayyid Abul Muzhaffar, melahirkan para sultan Pattani, Kelantan lama dan Malaysia. 
  2. Sayyid Babullah, melahirkan Sultan-sultan Ternate.
  3. Sultan Nurullah (Raja Champa) 
  4. Syarif Hidayatullah (Raja Cirebon) bergelar Sunan Gunung Jati.
     

4.  Perjalanan Dakwah Sayyid Abdullah Umdatuddin

Semenjak kecil Sayyid Abdullah Umdatuddin dididik oleh Syekh Ali Nurul Alam. Hingga akhirnya beliau diperintah oleh ayahandanya untuk melanjutkan menuntut ilmu sampai ke tanah Mekkah. Dalam perjalanan beliau menuntut Ilmu di Mekkah akhirnya bertemu dengan Raden Ayu Rara Santang yang waktu itu sedang melakukan ibadah Haji. akhirnya Sayyid Abdullah Umdatuddin ini kemudian menikah dengan Rara Santang. Rara santang yang ketika melakukan itu sedang ibadah haji bersama kakaknya Walang Sungsang. Pertemuan antatra rara santang dan Syarif Abdullah bukanlah suatu hal yang aneh, karena ibu rara santang yaitu  Nyi Subang Larang bin Ki Gedeng Tapa adalah murid kesayangan dari Syekh Quro atau Maulana Hasanuddin bin Syekh Yusuf Sidiq yang ternyata Syekh Yusuf Sidiq ini adalah adik Ali Nurul Alam yang merupakan ayah Sayyid Abdullah Umdatuddin.  

Jadi Sayyid Abdullah Umdatuddin ini  sebenarnya menikahi murid dari sepupunya sendiri. Pastilah Sayyid Abdullah Umdatuddin juga mengetahui siapa sesungguhnya Rara Santang ini sehingga di kemudian disunting dan dinikahi. Jadi pertemuan antara Rara Santang dan Syarif Abdullah ini tidaklah aneh, semua wajar wajar saja, itu karena hubungan kekerabatan antar keluarga mereka sudah lama terjalin. Mereka menikah sekaligus untuk menyambung kekerabatan antar keluarga Wali Songo dan keluarga kerajaan Nusantara.

Setelah melakukan pernikahan setelah itu Sayyid Abdullah Umdatuddin kembali ke Mesir/Palestina. Pendapat ini didukung  dalam Babad Tanah Sunda yang Disusun oleh PS Sulendraningrat, terutama pada halaman 28 dan 29 disitu diceritakan bahwa Sayyid Abdullah pernah bertemu dengan para perampok yang berasal dari Kaum Yahudi atau Bani Israil berjumlah 9 orang, namun dalam perampokan itu perampok tahluk ditangan Sayyid Abdullah Umdatuddin sehingga akhirnya mereka berguru dan belajar kepada Sayyid Abdullah sampai kembali ke Mesir. Sehingga dikemudian hari nama Sayyid Abdullah  Umdatuddin sering disebut sebagai Maulana Israil atau Maulana Hud, tidak heran jika dikemudian hari dalam cerita tersebut ada pengikut atau orang kepercayaan Sayyid Abdullah Umdatuddin atau Syarif Abdullah bernama dengan ciri Yahudi.

Setelah dari Mesir beliau kemudian kembali untuk berdakwah mengikuti jejak para leluhurnya dan juga keluarga besar walisongo menuju Asia tenggara, Secara geografis memang medan dakwah keluarga besar walisongo lebih banyak di Asia Tenggara dibandingkan di Mesir. Beliau menggantikan Posisi Ayahandanya yang menjadi penguasa dan Ulama di  Champa bahkan malah tercatat dengan lengkap dan detail bahkan keturunan beliau banyak yang jadi Sultan seperti Sunan Gunung Jati. Bisa dikatakan bahwa saat beliau di Mesir itu adalah merupakan “magang” beliau sebelum masuk ke Champa. 

Yang dijelaskan diatas ini, adalah kronologis secara jabatan/kekuasaan, Sosiologi, idiologi, geografi, silsilah, dan nama yang kebanyakan hasilnya tidak mengindikasikan adanya korelasi yang kuat, kronologis lain yang juga tidak kalah pentingnya seperti Kronologis pernikahan juga menjadi tanda tanya, secara Ilmu pernikahan hal ini patut dipertanyakan, karena pada kenyataan Sayyid Abdullah ini tidak ada istrinya yang berasal dari Mesir. Istri beliau lebih banyak berada dikawasan Asia tenggara. Anak anak beliaupun semua rata rata berada di Nusantara, hubungan beliau dengan raja raja Di Nusantara pun terjalin dengan baik seperti dengan Majapahit. 

Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada sejarah yang ada pada Kesultanan Cirebon dan Banten, teori Syarif Abdullah yang berasal asli dari mesir mungkin bisa kita tambahi dan direvisi keterangannya dengan penambahan data dan fakta yang terbaru, toh saya juga yakin ketika munculnya nama-nama seperti SULTAN MESIR atau MAULANA ISRAEL itu pasti ada latar belakangnya, tidak mungkin orang orang menisbatkan sesuatu tanpa ada sebab atau latar belakangnya, termasuk julukan SULTAN MESIR itu, hanya ketidaktahuan kita saja akan latar belakang munculnya gelar itu sehingga  banyak orang sering salah duga akan sejarah munculnya gelar itu. Sehingga karena ketidak tahuan masyarakat, akhirnya yang muncul lebih banyak sisi legenda dan mitosnya saja ketimbang sisi sejarah yang sebenarnya banyak yang faktual. Kecintaan masyarakat kepada tokoh kadang memang berlebihan dengan adanya cerita-cerita yang tidak sesuai dengan logika sejarah. Tapi menyalahkan masyarakat, juga tidak bijak, yang ada mungkin, mari kita perbaiki secara bertahap tentang adanya sumber sejarah yang sering di salah pahami secara berlebihan. Dan saya fikir ini bisa dilakukan oleh para intelektual dari keturunan walisongo.

Secara kronologis sejarah hal ini bolehlah kita pandang secara positif, adanya nama Sultan Mesir atau Maulana Israil atau Sultan Hud yang dinisbatkan kepada Sayyid  Abdullah membuktikan jika peta penyebaran keluarga besar Ahlul Bait khususnya Klan Azmatkhan itu telah merambah keberbagai belahan dunia. Dalam berdakwah boleh jadi jasa mereka telah tertanam disebagian masyarakat yang mereka temui dan dakwahi, sehingga sebagai bentuk cinta masyarakat yang didakwahi, banyak Nama-nama Wali Songo yang dinisbatkan dibelakang nama mereka dengan nama daerah-daerah  pada masyarakat tersebut, dan hal itu bisa kita lihat belakang nama mereka atau juga sejarah hidup merekai, Walisongo periode pertama sampai periode berikutnya banyak dibelakang namanya dinisbatkan pada negara negara tertentu, sehingga banyak orang menyangka jika asal usul asli para walisongo itu berasal dari negara negara yang dinisbatkan tersebut. 

Dan memang hal ini bukan merupakan hal yang aneh jika nama-nama keluarga besar walisongo seolah olah identik dengan negara tersebut, dan menurut saya itu logis dan tidak masalah, karena leluhur Alawiyyin dari mulai masa Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Ali, Sayyidina Husein, Sayyidina Hasan, Sayyidina Ali Zaenal Abidin, Imam Ahmad Al Muhajir, Sayyid Abdul Malik Azmatkhan, Sayyid Husein Jamaluddin Jumadhil Kubro s/d Walisongo semua hidupnya banyak yang berpindah-pindah dari satu negara kenegara yang lain, semua dalam rangka dakwah islamiah. Siapa bilang aslinya Imam Ahmad Al Muhajir itu dari Yaman Hadramaut? Aslinya beliau kan justru berasal dari kota Basrah pada provinsi Irak. Siapa bilang Sayyid Abdul Malik Azmatkhan asli India? Lha wong beliau lahir di Hadramaut Yaman serta besar disana, Siapa bilang Sayyid Husein Jamaluddin Asli Bugis karena dimakamkan di Wajo? , lha wong beliau itu lahir dan besar di India, siapa bilang keturunan walisongo itu asli Jawa atau Melayu?, lha wong leluhur mereka  aja keturunan Arab India,  Makanya kadang bingung kalau ditanya asal usul

Pendapat ini juga semakin kuat dengan pendapat dari Syeikh Faqih Bin Abdullah Fathani dengan Versi Salinan oleh Syeikh Daud bin Abdullah Fathani  dalam buku TARIKH FATANI yang Diterbitkan oleh Persatuan Pengkajian Khazanah Klasik Nusantara & Khazanah Fathaniah Kuala Lumpur Tahun 1998 M, pada halaman  34 – 35 bahwa Sayyid Abdullah Umdatuddin yang berasal dari Champa mempunyai hubungan  sejak lama dengan wilayah Nusantara lain, bahkan Syekh Daud memastikan jika Patani Thailand dengan Patani di Ternate Halmahera (Maluku), tepatnya didaerah Tidore, Timur Laut Semenanjung Halmahera berbatasan dengan Maba dan Weda saling itu berkerabat, karena raja mereka adalah Sultan Babullah bin Abdullah Umdatuddin. Keterangan diatas ini jelas makin menguatkan jika Sayyid Abdullah Umdatuddin secara geografis dan domisilinya  berada Champa bukan Mesir.

Wallahu A’lam Bisshowab.......
 

5   Keteladanan Sayyid Abdullah Umdatuddin

Sayyid Abdullah Umdatuddin  adalah tokoh yang jarang disebutkan dalam berbagai babad dan cerita rakyat sebagai salah satu pelopor penyebaran Islam di Jawa dan Nusantara. Sayyid Abdullah Umdatuddin  juga merupakan salah satu tokoh kunci proses Islamisasi di tanah jawa yang hidup sebelum Walisongo yang mampu menembus dinding kebesaran kerajaan Majapahit. Beliau juga berdakwah bersama Ayahanda dan para ulama-ulama lain yang  mempunyai modal tersendiri untuk menyebarkan agama Islam di Asia Tenggara. Beliau umumnya dianggap bukan keturunan Jawa. 

Sayyid Abdullah Umdatuddin  memiliki semangat tinggi dalam memperjuangkan agama Islam. Awal dimulai dakwah dengan melakukan pengembaraan menuntut Ilmu dan berdakwah di daerah Mesir. Kemudian dilanjutkan kembali ke Champa menggantikan posisi ayahanda beliau Syekh Ali Nurul Alam sebagai Raja di Champa dan berdakwah. 

Penampilan yang sejuk tutur bicara yang santun ketika beliau menyampaikan dakwah hingga beliau dianggap tokoh yang dianggap mampu menentramkan situasi kerajaan Champa yang sedang dilanda kekacauan pada waktu itu. Perlahan tapi pasti, masyarakat kelas bawah mulai berbondong-bondong memeluk agama Islam, mengikuti ajaran Sayyid Abdullah Umdatuddin  yang dengan bijak dan santun menyampaikan misi dalam dakwahnya. Beliau juga menurunkan keturunan yang menjadi cikal bakal Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
 

6         Referensi

  1. Agus Sunyoto, Walisongo Rekonstruksi Sejarah Yang Disingkirkan, Penerbit Transpusaka,  halaman  155 – 156, Tahun 2010.
  2. Ahmad Al Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Penerbit Akarmedia, Jakarta, Halaman 303 - 307,  Tahun 2009.
  3. Ahmad Jaelani Halim, Sejarah & Tamadun Bangsa Melayu, Penerbit Utusan Publication Kuala Lumpur oleh Utusan Publication Kuala Lumpur, Hal 211 – 213, Tahun 2008.
  4. Dadan Wildan, Sunan Gunung Jati, Petuah, Pengaruh dan Jejak Jejak Sang Wali di Tanah Jawa, Penerbit Salima, Jawa Barat, Halaman 65,  Tahun 2012.
  5. Faris Khoirul Anam, Al Imam Al Muhajir Ahmad Bin Isa, Leluhur Walisongo dan Habaib Di Indonesia, Penerbit Darkah Media Malang, Halaman 124, Tahun 2010.
  6. Sayyid Bahruddin Azmatkhan Al-Husaini dan Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Husaini, Ensiklopedia Nasab Al Husaini Seluruh Dunia, Penerbit Madawis,  Tahun 2011.
  7.  Sulendraningrat, Babad Tanah Sunda- Babad Cirebon, 
  8. Tim Riset Dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam Dari Masa Kenabian Sampai Daulah Mamluk, Penerbit Al Kautsar, Jakarta, Tahun 2013.
  9.  Tubagus Rafiudin S, Riwayat Kesultanan Banten,  Penerbit  Keluarga Besar  Makbaroh Kesultanan Maualana Yusuf, Halaman 14, Banten, Tahun 2006.
  10. Yosef Iskandar,  Sejarah Jawa Barat, Penerbit  Ceger Sunten, Bandung, Halaman 258, Tahun 1997.
 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya