Hobi Membesar-besarkan

 
Hobi Membesar-besarkan

LADUNI.ID - Saat ini muncul statemen seperti judul di atas, seperti diskon besar-besaran jelang lebaran, ini baik bagi emak-emak militan dalam shoping. Atau ceramah agama bahwa pahala Ramadhan juga besar, ini juga baik bagi muslim yang taat.

Namun ada juga yang tidak baik, seperti membesarkan kontestasi pemilu menjadi medan perang atau jihad. Atau mengatakan bahwa anggota KPPS yang meninggal karena kelelahan dibesar-besarkan sebagai kena racun (lahumul fatihah). Tidak ketinggalan, menyuarakan kesalahan dan kecurangan dalam pemilu dibuat hiperbolis, dan kayak dilakukan hanya satu pihak saja.

Ternyata masalah besar-membesarkan kalau kita urot dalam lintasan sejarah juga terjadi terkait dengan peristiwa 1965. Dalam penjelasan Abdul Mun'im DZ, jumlah korban yang diperkirakan oleh Tim Pencari Fakta sendiri, tidaklah terlalu dramatis, begitu juga pengakuan kalangan PKI sendiri yang menjadi korban. Sudisman dari PKI memperkirakan korban sebanyak 180.000, bahkan ia memperkirakan tidak lebih dari 50.000.

Demikian pula jumlah yang dipercaya Bung Karno memperkirakan jumlah korban sekitar 60.000. Perkiraan ini berdasarkan temuan Tim Pencari Fakta yang dibentuk oleh Komando Operasi Tertinggi (KOTl) pada Desember 1965. Ketika diadakan penyelidikan lanjutan ditemukan korban 87.000.

Bahkan setelah dilakukan penyelidikan dengan cermat, menemukan jumlah korban di daerah yang paling gawat yaitu Jombang dan Kediri berkisar antara 11.256 sampai 17.260 orang korban. Diperkirakan jumlah korban di daerah lain lebih kecil dari jumlah itu.

Berbeda dengan para politisi asing, media asing dan pengamat asing yang cenderung membesar-besarkan jumlah korban yang hingga mencapai angka sangat spektakuler hingga jutaan orang.

Pola ini ketika di cek langsung ke lapangan ternyata terjadi kejanggalan antara jumlah penduduk dengan korban, sehingga ditemukan korban lebih banyak ketimbang jumlah penduduk yang ada. Dan juga tidak mudah bagi lawan PKI untuk membunuh dan merawat mayat yang jumlahnya jutaan dalam saat sekejap, ini juga bentuk kejanggalan yang lain.

Intinya inti, jumlah kesalahan atau jumlah korban berapapun juga tetap kesalahan dan juga tetap korban, namun meletakkan dengan adil tanpa membesar-membesarkan adalah penting.

Oleh: Ainur Rofiq al-Amin