INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Shalawat Nahdliyah merupakan salah satu bentuk ekspresi spiritual yang kerap dilantunkan oleh warga Nahdlatul Ulama (NU) dalam berbagai acara keagamaan maupun kegiatan yang berkaitan dengan organisasi.
Karena keikhlasan dan ketulusan cinta pengarang Maulid Simtudduror, banyak yang merasa seakan orang yang membacanya mendapatkan satu ketenangan dan rasa rindu atau syauq yang mendalam pada Nabi Muhammad SAW.
Mendengar nama itu dari Abah Kyai Sahal, saya kemudian teringat kitab Manaqib Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani yaitu kitab Al-Lujainuddani yang pernah diijazahkan Abah Kyai Sahal pada suatu kesempatan.
Pesantren Putra Putri Raudlatul Ulum didirikan pada tahun 1951 Masehi, oleh K. Sholhah, KH. Ahmadi, KH. Abdul Hadi dan KH. Zamrodji, yang mana empat perintis dan pendiri tersebut adalah putra dari KH. Syairozi.
“(Sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Ali Imaran: 34)
Berbeda dengan amal yang lain, karena sangat istimewanya shalawat, maka bagaimanapun niat ketika membacanya, tetap akan sampai kepada Nabi SAW dan dihitung sebagai pahala.
Ketika kita berbicara tentang hakikat cinta, maka harus dikembalikan bahwa tidak ada yang patut kita cintai kecuali Allah. Cinta yang benar adalah cinta kepada Allah. Kalau kita mencintai yang lain selain Allah, maka cinta itu hanyalah refleksi dari cinta kita kepada Allah.
Segala hal yang mengantarkan kita pada sebab kebaikan tetap dijalani, tanpa menafikan doa yang menegaskan kita tetap bergantung kepada Allah SWT.
Dengan latar belakang keluarga An-Nur setelah berdirinya Pondok Pesantren An-Nur I dan An-Nur II “Al Murtadlo” berdirilah Pondok Pesantren putri An-Nur III “Murah Banyu”
Di dalam bahasa Arab, shighat merupakan redaksi satu lafadh yang diucapkan. Nabi Muhammad SAW senantiasa berdoa kepada Allah SWT.