INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Kita harus sadar dan menerima dengan ikhlas, bahwa segala hal yang terjadi, baik, buruk, menyenangkan, menyedihkan, semuanya sudah ditetapkan dalam takaran yang tepat untuk kita, agar kita bisa menjadi lebih baik dalam hidup ini.
Dalam perjalanan hidup, satu pertanyaan sering kali menggelayuti benak banyak orang: “Siapa jodohku?” atau “Kapan aku dipertemukan dengannya?” Pertanyaan yang sederhana, namun bisa membayangi hari-hari dengan harapan sekaligus kekhawatiran.
"Orang fasik pun ada dua macam. Pertama ada yang lugu, ada yang tidak. Orang fasik yang benar-benar lugu, bertanya caranya ingin bertaubat, ia memang ingin taubat. Kalau yang enggak, memang ingin mempersulit,"
Jika dikaji lebih mendalam soal ini, maka akan ditemukan penjelasan bahwa di dalam tradisi masyarakat Arab Jahiliyah, bulan Syawal itu dahulu dianggap sebagai bulan yang sial, termasuk untuk melangsungkan pernikahan.
“Belajarlah menjadi dermawan sejak kamu masih miskin, karena saat sudah kaya, belum tentu kamu mampu bersedekah.”
Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menyampaikan setidaknya ada enam sifat perempuan yang harus diperhatikan supaya menjadi pembelajaran dan perhatian bagi laki-laki sebelum menentukan pendamping hidupnya.
"Jika seorang hamba Allah menikah, maka dia telah menjaga/menyelamatkan separuh agamanya. Maka berhati-hatilah dan memohon kepada Allah agar bisa menjaga separuh yang sisanya."
Imam Al-Qarafi, salah seorang ulama besar dalam Mazhab Maliki, dalam kitab karyanya Ad-Dzakhirah, tepatnya di juz 2 halaman 530, juga menyebutkan alasan yang sama bahwa Imam Malik mengkhawatirkan ada orang bodoh yang menganggap puasa Syawal itu kelanjutan dari puasa Ramadhan.
Dalam pergaulan keseharian, manusia kerapkali berbuat kesalahan. Bagi pelaku, tentunya dianjurkan untuk taubatan nasuha dan bagi korbannya dianjurkan untuk memaafkan. Memaafkan adalah sifat mulia, yang akan mendatangkan kemuliaan dihadapan manusia maupun dihadapan Allah SWT.
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim)