INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Habib Ali Kwitang Al-Habsy merupakan tokoh penting dalam jejaring habaib pada akhir abad ke-19 dan paruh pertama abad ke-20. Hampir seluruh jejaring habaib di Nusantara dan Haramain terkoneksi dengannya, bahkan beliau juga menghubungkan generasi sebelumnya dengan generasi setelahnya, juga antara ulama pribumi dan ulama hadrami.
Pada mulanya pondok pesantren Nurul Ulum adalah sebuah lokasi lahan kosong / semak belukar, yang disampingnya adalah pengairan irigasi pesawahan, kemudian ada seorang pemuda lulusan pondok pesantren dari jawa datang ke Lampung, sudah barang tentu untuk mengembangkan dan mengamalkan ilmunya sekaligus mencari kehidupan baru di perantauan.
Pesantren ini terdapat di desa Bugel yang didirikan oleh KH. Abdurrahman, akan tetapi belum sempat mengembangkannya beliau wafat ketika sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci Makkah.
Kisah di balik Qosidah Burdah adalah potret nyata seorang manusia yang patah, lalu sembuh karena cintanya kepada Nabi SAW. Pegarangnya, Imam Al-Bushiri bukanlah seorang malaikat. Beliau adalah seorang ulama sekaligus penyair, yang juga mengalami kelelahan hidup, sakit, dan kehilangan harapan.
KH. Cecep Karim Hasyim Ulama Nahdlatul Ulama Jombang Jawa Timur
Manakala aku memaafkan orang dan tidak mendengki. Jiwaku menjadi tenang, tak hendak membalasnya (dan itu menjadi obat bagi stress dan hati yang sakit).
Hasil penyebaran Islam tahap awal selanjutnya dimantapkan dengan proses pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, antara lain melalui jalur pendidikan yang kemudian dikenal dengan istilah pondok pesantren.
Ziarah kubur merupakan sebuah amaliyah yang memiliki dasar kuat dalam ajaran Islam. Tradisi ini bukan sekadar kebiasaan turun temurun. Kita tahu, bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri menganjurkan umatnya untuk berziarah, meski pada awalnya beliau pernah melarangnya.
“Kalimat ‘Inna lillah’ adalah bentuk tauhid dan pengakuan terhadap status kita sebagai hamba serta milik Allah. Sedangkan ‘Wa inna ilaihi raji‘un’ adalah pengakuan bahwa kita akan binasa, dibangkitkan dari kubur, dan bahwa segala urusan akan kembali kepada-Nya.”