INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Dunia ini penuh dengan riak dan ombak. Masalah akan selalu datang. Tapi bagaimana kita meresponnya, itulah yang membentuk siapa kita. Jika hati kita sempit, maka sedikit ujian saja akan terasa menghancurkan.
Sebagian orang wafat dalam keadaan husnul khatimah—tenang, dalam ibadah, dan diridhoi. Tapi ada pula yang meninggal secara tragis, bahkan dalam kondisi penuh maksiat, seperti mabuk-mabukan. Kisah seperti ini seharusnya membuat kita berpikir ulang tentang jalan hidup yang sedang kita tempuh.
Harun Ar-Rasyid, sang penguasa itu pun menangis. Ia bukan sekadar meneteskan air mata karena tersentuh, tapi karena ia sadar, bahwa jabatan bukanlah kemuliaan mutlak.
KH. Zainudin mengaitkan ini dengan kondisi Indonesia, negeri besar, kaya, tapi penuh tantangan. “Negara ini dititipkan dengan keringat, darah, air mata, dan nyawa. Kalau kemakmuran dikorupsi, yang nitip bisa murka,” ujarnya, sambil menyebutkan bagaimana bencana bisa menjadi ‘peringatan’ dari Sang Pencipta.
Menurut Imam Ibnu Athaillah As-Askandari r.a, menjadi guru bukan sekadar guru yang hanya sekadar menyampaikan ilmu kepada muridnya. Lebih dari itu, ada hakikat tertentu seseorang bisa dikatakan guru.
Gus Baha juga mengingatkan, bahwa dalam kehidupan bernegara, mestinya yang dijunjung tinggi adalah kepentingan bersama, bukan ego pribadi. “Kepentingan berbangsa dan bernegara ada di atas kepentingan dan nafsu kita,” tegasnya.
Kritik-kritik Ibrahim bin Adham terhadap kehidupan masyarakat yang banyak dipenuhi oleh sikap hipokrit senantiasa mengena. Kritik-kritik moralnya begitu tajam, demikian juga kritik sosialnya.
Dalam pandangan lain, sebagian ulama memberi gambaran tentang raja' tersebut seperti kita membeli tiket pesawat dengan tujuan tertentu. Kita tidak bisa melihat siapa pilotnya, tapi kita yakin dan optimis bahwa pilot pesawat akan mengantarkan kita ke tujuan.
Dalam logika kebanyakan orang, pengorbanan itu sering diikuti keluhan. Tapi bagi Gus Baha, habisnya harta demi merawat orang tua bukanlah kerugian, melainkan keberuntungan yang layak dibanggakan.
Ketika musim haji tiba, dengan tubuh yang kini kokoh, Uwais benar-benar melaksanakan niat sucinya, yakni menggendong ibunya dari Yaman menuju Makkah, berjalan kaki menembus gurun yang tandus dan panas menyengat.