Mengkaji Kembali Soal Amalan Membaca Surat Yasin

 
Mengkaji Kembali Soal Amalan Membaca Surat Yasin
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Saya tidak sedang "melawan" sosok yang saya hormati, Buya Hamka yang mempunyai pendapat berbeda dalam menilai amalan membaca Surat Yasin. Saya juga tidak sedang berpolemik dengan Ormas Islam, Muhammadiyah yang juga mempunyai pendapat berbeda soal amalan tersebut. Sebab saya dan Muhammadiyah sudah banyak bermitra di berbagai instansi, MUI, FKUB dan Dinas Sosial. Tetapi saya hanya membela amaliyah, atau amalan yang sudah menjadi tradisi kami. 

Saya menyadari bahwa di zaman Medsos yang penuh fitnah ini, jika ada sebuah persoalan yang tidak segera diklarifikasi, maka akan dianggap sebuah kebenaran sepihak, karena pihak yang lain diam. Karenanya, tulisan ini akan menjelaskan kedudukan dua pendapat. Silakan nanti Anda memilih. Mengamalkan atau tidak, tetapi yang terpenting adalah jangan mudah menyalahkan.

Pertama, mengenai persoalan bahwa membaca Surat Yasin untuk orang yang sudah wafat dianggap tidak ada yang sah dari ajaran Nabi SAW.

Jawabannya adalah bahwa jka yang dimaksud adalah dalil yang tidak shahih, maka penjelasannya ada di pembahasan kedua nanti. Tetapi jika yang dimaksud adalah dianggap bukan dari ajaran Nabi, maka jawabannya adalah bahwa anjuran membaca Surat Yasin merupakan ijtihad ulama dari Hadis berikut:

عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ اَلنَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اقْرَؤُوا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس

"Dari Ma'qil bin Yasar bahwa Rasulullah SAW bersabda: 'Bacalah surat Yasin di dekat orang-orang yang meninggal.'" (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa'i, dll)

Lalu berlandaskan Hadis tersebut, difatwakanlah pandangan oleh banyak ulama bahwa membaca Surat Yasin untuk orang yang akan wafat atau sesudahnya itu dianjurkan. Sebagaimana hal ini disampaikan oleh kakeknya Ibnu Taimiyah, Majduddin Abdus Salam At-Taimiyah. Berikut keterangan yang terdapat di dalam Kitab Syarh Al-Kaukab Al-Munir karya Syaikh Ibnu Najjar.

وَمِنْ ذَلِكَ مَا قَالَهُ الْمَجْدُ فِي قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {اقْرَءُوا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ} يَشْمَلُ الْمُحْتَضَرَ وَالْمَيِّتَ قَبْلَ الدَّفْنِ وَبَعْدَهُ، فَبَعْدَ الْمَوْتِ حَقِيقَةٌ، وَقَبْلَهُ مَجَازٌ

“Di antaranya adalah yang telah dikatakan oleh Al-Majdu (Majduddin Abdus Salam At-Taimiyah, kakek Syaikh Ibnu Taimiyah) tentang Hadis: 'Bacakanlah Yasin di dekat orang-orang mati di antara kalian.' Hal ini mencakup orang yang akan mati, maupun orang mati, baik yang belum dikubur, maupun yang sudah dikubur. Maka yang setelah kematian adalah hakikat, sementara yang sebelum mati adalah majaz.” 

Kedua, mengenai persoalan bahwa Hadis seputar anjuran membaca Surat Yasin di dekat orang yang akan wafat memang berstatus dhaif atau dianggap lemah oleh banyak ulama. 

Alasah sisi status dhaifnya adalah sebagaimana berikut ini:

ﻭَﺃَﻋَﻠَّﻪُ اِﺑْﻦُ اﻟْﻘَﻄَّﺎﻥِ ﺑِﺎﻻِﺿْﻄِﺮَاﺏِ ﻭَﺑِﺎﻟْﻮَﻗْﻒِ، ﻭَﺑِﺠَﻬَﺎﻟَﺔِ ﺣَﺎﻝِ ﺃَبِى ﻋُﺜْﻤَﺎﻥَ ﻭَﺃَﺑِﻴْﻪِ

"Ibnu Qathan memberikan dua alasan kedhaifannya, karena sanadnya mudltharib, statusnya mauquf dan adanya kemajhulan mengenai keadaan Abu Utsman dan bapaknya."

ﻗَﺎﻝَ اﻟﺪَّاﺭُﻗُﻄْﻨِﻲْ ﻫَﺬَا ﺣَﺪِﻳْﺚٌ ﺿَﻌِﻴْﻒُ اﻹِﺳْﻨَﺎﺩِ، ﻣَﺠْﻬُﻮْﻝُ اﻟْﻤَﺘْﻦِ، ﻭَﻻ ﻳَﺼِﺢُّ ﻓِﻲ اﻟْﺒَﺎﺏِ ﺣَﺪِﻳْﺚٌ

"Ad-Daraquthni mengatakan: 'Hadis ini sanadnya dhaif, sedangkan matannya tidak diketahui. Tidak ada satu Hadis pun yang shahih dalam bab tentang hal ini." (Ibnu Hajar Al-Asqalani, At-Talkhish Al-Habir, jilid 2, hlm. 213)

Namun jika dikaji lebih dalam lahi, maka akan ditemukan satu dali bahwa membaca Surat Yasin di dekat orang yang akan wafat, ternyata sudah diamalkan oleh beberapa Sahabat Nabi SAW. Hal ini sebagaimana keterangan di dalam sebuah riwayat berikut ini:

حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا صَفْوَانُ حَدَّثَنِي الْمَشْيَخَةُ أَنَّهُمْ حَضَرُوا غُضَيْفَ بْنَ الْحَارِثِ الثُّمَالِيَّ حِينَ اشْتَدَّ سَوْقُهُ فَقَالَ هَلْ مِنْكُمْ أَحَدٌ يَقْرَأُ يس قَالَ فَقَرَأَهَا صَالِحُ بْنُ شُرَيْحٍ السَّكُونِيُّ فَلَمَّا بَلَغَ أَرْبَعِينَ مِنْهَا قُبِضَ قَالَ فَكَانَ الْمَشْيَخَةُ يَقُولُونَ إِذَا قُرِئَتْ عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا قَالَ صَفْوَانُ وَقَرَأَهَا عِيسَى بْنُ الْمُعْتَمِرِ عِنْدَ ابْنِ مَعْبَدٍ

“Telah menceritakan kepada kami (Abu Al Mughirah) telah menceritakan kepada kami (Shafwan) telah bercerita kepadaku (beberapa orang syaikh), mereka menghadiri Ghudlaif Al-Harits As-Tsumali tatkala kekuatan fisiknya telah melemah, lalu berkata; ‘Maukah salah seorang di antara kalian membacakan Surat Yasin?’ Lalu Sholih bin Syuraih As-Sakuni membacanya, tatkala sampai pada ayat yang keempat puluh, Ghudlaif Al-Harits As-Tsumali wafat." Shafwan berkata; ‘Beberapa syaikh tadi berkata; 'Jika hal itu dibacakan di sisi mayit, maka akan diringankannya.’ Shafwan bercerita bahwa Isa bin Al-Mu'tamir membacakannya di sisi Ma'bad.” (HR. Ahmad)

Mengenai Hadis tersebut, ulama kelompok Salafi yang masyhur bernama Syaikh Syuaib Al-Arnauth menilainya berikut ini:

ﺃَﺛَﺮُ ﺇِﺳْﻨَﺎﺩِﻩِ ﺣَﺴَﻦٌ، ﻭَﺇِﺑْﻬَﺎﻡُ اﻟْﻤَﺸْﻴَﺨَﺔُ ﻻَ ﻳَﻀُﺮُّ، ﻛَﻤَﺎ ﺑَﻴَّﻨَّﺎ ﻓِﻲ ﺭِﻭَاﻳَﺔِ ﺃَﺑِﻲ ﺳَﻌِﻴْﺪٍ اَﻟْﺨُدْﺭِﻱ اﻟﺴَّﺎﻟِﻔَﺔِ ﺑِﺮَﻗْﻢِ (11737). ﻭَﺣَﺴَّﻦَ ﺇِﺳْﻨَﺎﺩَﻩُ اﻟْﺤَﺎﻓِﻆُ ﻓِﻲ "اﻹﺻﺎﺑﺔ" (ﺗَﺮْﺟَﻤَﺔُ ﻏُﻀَﻴْﻒٍ)، ﻭَﺑَﺎﻗِﻲ ﺭِﺟَﺎﻝِ اﻹِﺳْﻨَﺎﺩِ ﺛِﻘَﺎﺕُ ﺭِﺟَﺎﻝِ اﻟﺼَّﺤِﻴْﺢِ ﻏَﻴْﺮُ ﻏُﻀَﻴْﻒٍ ﻓَﺮِﻭَاﻳَﺘُﻪُ ﻋِﻨْﺪَ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏِ اﻟﺴُّﻨَﻦِ ﻣَﺎ ﻋَﺪَا اﻟﺘِّﺮْﻣِﺬِﻱِّ

"Sanad Atsar ini adalah Hasan. Tidak disebutkannya nama para guru tidaklah berpengaruh, seperti yang kami terangkan dalam riwayat Abu Sa'id Al-Khudri yang terdahulu (no.11737). Al-Hafidz Ibnu Hajar menilai bahwa sanad ini Hasan dalam Kitab Al-Ishabah (biografi Ghudlaif). Para perawi lainnya adalah terpercaya para perawi Hadis shahih selain Ghudlaif. Periwayatannya terdapat dalam kitab As-Sunan kecuali Tirmidzi."

Jadi, kesimpulannya adalah bahwa membaca Surat Yasin untuk orang yang akan wafat atau sesudahnya adalah masalah ijtihad. Dalil Hadisnya menjadi khilafiyah para ulama. Namun ada juga yang mengamalkan karena telah dilakukan oleh sebagian Sahabat Nabi Muhammad SAW. Karena itu tidak perlu untuk dipermasalahkan kembali. Artinya, semuanya bisa memilih mengikuti ijtihad ulama yang mana, tetapi tidak perlu menyalahkan juga kepada kelompok yang mengikuti ijtihad ulama yang menganjurkan mengamalkan membaca Surat Yasin tersebut. Wallahu A'lam. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 11 Agustus 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Ustadz Ma'ruf Khozin

Editor: Hakim