Indahnya Perkawinan dan Awas Bahaya Jomblo

 
Indahnya Perkawinan dan Awas Bahaya Jomblo

LADUNI. ID I KOLOM- Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Melestarikan regenerasi khalifah itu tidak lain melainkan dengan memperbanyak generasi lewat pernikahan. Sering orang takut dengan pernikahan. Sebenarnya seorang yang menikah tujuannya hanya untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia saja berarti ia tidak ikhlas dan tidak menjadikan menikah ini sebagai bentuk peribadahan kepada Allah Ta’ala, dan jika tidak mendapatkan kebahagiaan di dunia ia akan kecewa, patah hati dan tidak memiliki harapan.

Namun seorang hamba yang beriman, ia menikah dikarenakan menikah diperintahkan oleh Rasulullah Saw, tentunya ia meyakini menikah adalah bentuk ibadah kepada Allah, Allah Ta’ala menyatakan :“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya.”  (An-Nuur : 32).

Seorang yang menjadikan menikah sebagai ajang untuk mentaati Allah Ta’ala ia takkan terlalu risau akan mendapatkan kebahagiaan di dunia atau tidak, karena misi utamanya adalah meraih ridha Allah Ta’ala dan mendapatkan pahala serta syurga dan kebahagiaan hakiki kelak di akhirat.

Jangan Takut Miskin? 
Sebagian orang saat ditanyakan kapan mengakhiri masa jomblonya? Beragam jawabannya diantara kebanyakan menyebutkan rasa ketakutan terhadap kemiskinan apabila menikah tidak didukung ekonomi yang mapan. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan dan kita sebagai muslim Hagan lupa terhadap janji Allah dalam firman-Nya berbunyi:

“Dan kawinkanlah orang orang yang sendirian di antara kamu, dan orang orang yang layak (berkawin) dari hamba hamba sahayamu yang lelaki dan hamba hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui” ( QS An Nuur :32) ,

Penjelasan Imam Al Qurtubi terhadap ayat diatas mengatakan bahwa jangan biarkan kemiskinan seorang laki laki dan seorang wanita menjadi sebuah alasan untuk tidak menikah semata semata meperoleh ridha Allah dan mencari tempat perlindungan dari ketidak patuhan padaNya, Allah akan memampukannya dan Allah akan mengkayakannya. Ayat itu merupakan bukti bahwa menikah itu tidak pandang bulu. Anda diperbolehkan menikahi orang miskin. Karena itulah, tidak seharusnya anda berkata, “ Bagaimana aku akan menikah jika aku tidak punya uang?” atau berkata, “ Susah sekali jika aku menikahi orang miskin, jangan jangan aku akan menjadi semakin miskin?’ jangan pernah berkata dan berfikiran seperti itu. Mengapa? Sebab rizki telah dijanjikan oleh Allah, dan makanan pun telah dijamin oleh Allah.

Jangan Membujang, Bahayakah ? 
Dalam Islam dikenal dengan tabattul. Pengertian tabattul sebagaimana dalam pandangan Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni bermakna menjauhi wanita (membujang) dan tidak menikahinya dalam rangka mencari ridha Allah, dan dengan alasan hendak memfokuskan diri hanya beribadah pada Allah.

Ini merupakan salah satu penyakit “kronis” dewasa ini terlebih diera globalisasi seperti sekarang. Dalam masyarakat realitas saat ini terkadang ada pemuda yang beralasan tidak menikah karena faktor ekonomi. Padahal, Allah swt., telah berjanji seorang pemuda yang berkeyakinan untuk melepaskan masa lajangnya secara bersungguhan dengan menikah, tentu saja Allah akan memberikan pertolongan.

Kita berharap hendaknya para pemuda tidak ragu dalam meninggalkan status lajangnya atau bujangan. Ini  disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah r.a.,  Rasulullah saw., bersabda: “Tiga orang yang akan selalu diberi pertolongan oleh Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah swt., seorang penulis yang selalu memberi penawar, dan seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya”. (HR. Thabrani)

Lantas bagaimana solusinya menjawab fenomena ini? Tentunya untuk menghilangkan ketidakyakinan akan datangnya bantuan tersebut juga disebutkan dalam hadis Rasulullah, bunyinya: “Tiga golongan orang yang pasti mendapat pertolongan Allah, yaitu budak mukatab yang bermaksud untuk menjelaskan perjanjiannya, orang yang menikah dengan maksud memelihara kehormatannya, dan orang yang berjihad di jalan Allah”.

Beranjak dari itu hendaknya generasi muda saat ini yang masih membujang, setidaknya dapat memikirkan dan merenung bukan hanya sekali, tetapi jauh lebih dari itu terhadap ancaman melajang (jomblo) dan jangan takut miskin untuk merubah status menjadi seorang suami dalam ikatan pernikahan yang diridhai Allah. 

Yakinlah indahnya menikah karena Allah dan suramnya jombloisme. Allah pasti akan memandang Hamba-Nya dengan tatapan rahmat kala kita telah mendelete status Jomblo dan predikat "jauzan" telah kita sandang. Semoga!!! 

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Penikmat Kopi Aceh (Sumber: LA)