Integrasi Ilmu Memajukan Pendidikan Islam

 
Integrasi Ilmu Memajukan Pendidikan Islam

LADUNI.ID I KOLOM- Dalam merealisasikan sistem ini hendaknya di hilangkan dikotomi ilmu dengan anggapan adanya pendidikan dunia dan akhirat. Di dunia sekolah atau univeristas juga di ajarkan ilmu yang di ajarkan di dayah atau dalambahasa lain mendayahkan sekolah atau mendayahkan universitas.

Begitu juga sebaliknya para santri yang telah menguasai ilmu fardhu ain kita umpamakan  mereka telah jenjang ma’had Aly (sudah khatam kitab Ianah at-Thalibin) untuk menyambung dibangku universitas terutama lembaga pendidikan tinggi dengan basis umum maupun agama sehingga dua kutub ilmu yang di miliki mampu di singkronisasikan dan di kombinasikan memperbaiki kekurangan dan mewarnai dengan nilai relegi dan positif dalam lembaga tersebut baik di dayah sebagai symbol lembaga pendidikan tradisional nonformal maupun universitas sebagai pendidikan modern yang formal.

Metode semacam ini dengan menghilangkan dikotomi ilmu telah di lakukan oleh Al-Mukarram Syaikhuna H. hasnoel Basri HG atau akrab di sapa Abu MUDI dengan mengembangkan pendidikan agama  nonformal Dayah MUDI Masjid Raya yang telah banyak melahirkan ulama dan kader dakwah dalam masyarakat juga di tahun 2003 al-Mukarram telah mendirikan lembaga pendidikan formal dengan nama awalnya Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Aziziyah Samalanga dan dalam beberapa tahun ini telah menjadi mercuar ilmu dunia untuk masyarakat Aceh dengan nama IAI (Institut Agama Islam) Al-Aziziyah Samalanga.

Praktek pendidikan, termasuk pendidikan agama di Aceh selama ini, masih  berorientasi kepada proses  mengejar dan  menghimpun informasi keilmuan sebanyak mungkin, namun melupakan aspek pendidikan yang fundamental, yaitu bagaimana melahirkan generasi yang mampu menjalani hidup dan kehidupan dengan seutuhnya bersandar kepada nilai-nilai Ilahiyah. Hal tersebut relevan dengan apa yang diungkapkan Muhaimin bahwa dewasa ini pendidikan agama di sekolah sering dianggap kurang berhasil dalam menggarap sikap dan perilaku keberagamaan peserta didik serta membangun moral dan etika bangsa.

Beranjak dari itu kita berharap dengan adanya pendidikan yang menekankan kearah implemetasi nilai syariat Islam mampu mewujudkan negeri yang terkenal dengan tanah aulia ini sebagai daerah yang mampu mengimplementasikan syariat islam yang pada akahirnya akan melahirkan Aceh sebagai negeri dinul islam dalam bungkai NKRI dan lindungan rahmat dan ridha sang ilahi.

Kalaupun tidak pihak yang mempunyai pernanan penting terlebih umara sebagai pemimpin bangsa ini, kapan “nanggrou endatu yang teuleubeh” ini mampu mengimplentasikan kurikulum dan sistem pendidikan islam yang mampu melahirkan generasi qurani yang berkarakterk akhlakul karimah dan beriptek dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi ini menuju hari esok yang lebih indah?

Wallahu ‘alam Bisshawab

***Helmi abu Bakar El-langkawi

Pengajar di dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Bireun dan Pengurus TASTAFI Pidie Jaya