Ketika KH. Ali Maksum Merasa "Iri" kepada KH. Bisri Mustofa

 
Ketika KH. Ali Maksum Merasa
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Ada satu cerita menarik yang dikisahkan oleh KH. Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus. Beliau bercerita bahwa dulu ayahnya, KH. Bisri Mustofa, pernah ditanya rahasia sukses menulis banyak kitab. Kiyai Bisri memang dikenal sangat produktif untuk urusan yang satu ini. KH. Ali Maksum yang merupakan sahabat karib Kiyai Bisri sampai terheran-heran melihat produktivitas Kiyai Bisri dalam menulis.

“Kalau soal kealiman, saya mungkin tak kalah, tapi soal menulis mengapa sampeyan begitu produktif sementara saya selalu gagal di tengah jalan?” canda Kiyai Ali.

“Soalnya sampeyan nulis niatnya lillahi Ta'ala sih,” tukas Kiyai Bisri.

Tentu saja jawaban ini mengejutkan Kiyai Ali yang membuatnya langsung protes, “Lho kiyai menulis kok tidak lillahi Ta'ala, lalu dengan niat apa?”

“Kalau saya nulis niatnya ya nyambut gawe. Sama seperti penjahit, walaupun ada tamu ia tidak akan berhenti menjahit, sebab kalau berhenti periuk nasi bisa ngguling. Saya juga begitu, lha kalau belum-belum sudah diniatin mulia maka setan akan mengganggu dan pekerjaan nulis tidak akan selesai,” Kiyai Bisri menjelaskan panjang lebar.

“Pokoknya tulis dulu, segera, tak perlu ditunda-tunda, nanti kalau sudah jadi baru diniati mulia, linasyril ‘ilmi atau apa karena dalam menulis setan pun perlu kita tipu,” lanjut Kiyai Bisri sambil terkekeh.

Begitulah Kiyai Ali yang pernah merasa "iri" kepada sahabat karibnya, Kiyai Bisri Mustofa yang sangat produktif menulis buku. Dari sini kita mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, bahwa sekelas Kiyai Ali yang memiliki kapasitas kealiman tinggi itu terkadang tertunda melakukan kebaikan dalam menulis. 

Lalu bagaimana dengan kita? Ada baiknya kita mengingat kembali salah satu untaian hikmah dari Syaikh Ibn Atha’illah As-Sakandary dalam magnum opus-nya Kitab Al-Hikam yakni, "Ihalatukal A’mala ‘ala Wujudil Faraghi min Ru’unat An-Nafs" (menunda amal karena menunggu datangnya waktu luang adalah tanda kelalaian jiwa). Ulama legendaris asal Mesir itu berpesan, ketika kita memiliki niat ingin berbuat baik atau beramal, maka kira harus segera saja melakukannya. Tak perlu menunda dan tak perlu menunggu waktu luang tiba.

Mengerjakan shalat misalnya. Saat waktu adzan berkumandang, pilihan untuk menghentikan segala bentuk aktivitas kesibukan dunia adalah yang paling utama. Sebab kesibukan di dunia, disadari atau tidak, akan terus disusul aneka kesibukan lainnya yang seolah tiada habisnya. Begitu juga dengan sedekah. Tatkala ada keinginan berbisik dalam hati bahwa kita ingin mengeluarkan sedekah, maka segeralah melakukannya. Jangan tunggu nanti, esok atau lusa. Segera lakukan saat itu juga. Karena kita yakini, uang yang digunakan untuk sedekah justru akan abadi dan tak kan hilang ditelan zaman.

Demikian pula dalam hal menulis, menuangkan ilmu ke dalam tulisan menjadi sebagai salah satu strategi berdakwah. Ketika terlintas niat baik itu dan ide muncul, maka harus segera menuliskannya. Saat itu juga, sebab bisa jadi karena tertundanya hal itu, justru akan tumpang tindih dengan perkara lainnya yang tanpa disadari datang kemudian. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 14 September 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

Penulis: Bramma Aji Putra

Editor: Hakim