Syekh H. Ibrahim BUDI Lamno #5: Perkembangan Dayah BUDI Lamno Dekade Awalnya Hingga Luar Negeri

 
Syekh H. Ibrahim BUDI Lamno #5: Perkembangan Dayah BUDI Lamno Dekade Awalnya Hingga Luar Negeri
Sumber Gambar: Foto Ist

Laduni.ID, Aceh - Setelah didirikan dan berkembang perlahan, Kini ABU BUDI tidak sendiri lagi, Beliau adalah pemimpin keluarga yang mesti bertanggung jawab kepada putra-putrinya, naluri kebapakannya mulai tumbuh sejak beliau berumur 20 tahun, bahtera keluarga didayung dengan sangat sederhana.

Tentunya fenomena seperti ini tidak pernah sirna dari jiwanya sampai akhir hayatnya Selama memimpin dayah BUDI, Beliau selalu aktif dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagaimana layaknya tangung-jawab seorang pemimpin. 

Baca juga: Kemenag Sanggau Dampingi TVRI Kalbar Liputan Sejarah Islam Awal Di Sanggau

Berbagai pengalaman, tenaga dan waktu selalu dimanfa’atkan untuk mencapai tujuan yang mulia, bahkan hampir semua bentuk kepedulian dan loyalitas yang di milikinya, semua yang dituangkan demi kemajuan pendidikan seraya menunjukkan eksitensi yang besar agar tercapai semua program yang menunjang pendidikan di Dayah BUDI.

Abu BUDI merupakan sosok figur pemimpin yang aktif, kreatif, kapabel, aseptabel, dan konsten dalam memangku berbagai jabatan, dengan semangat perjuagan dan kegigihan serta kesungguhannya.

Waktu terus berputar dan nama Dayah BUDI kian dikenal dan melambung tinggi serta tercium kemana-mana, hal ini terbukti dengan sejumlah Santriwan dan Santriwati yang mondok disana, mereka datang dari berbagai pelosok Nusantara, bahkan dari Negara tetangga (Malaysia)yang berdomisili di Dayah yang didirikannya.

Baca juga: Samalanga dan Batee Iliek #1: Menguak Catatan Dalam Lintasan Sejarah

Perlahan dari hari ke-hari ABU BUDI berkiprah sepertinya tidak mengenal lelah dalam menderma-baktikan diri di Dayah BUDI hinga wajar dan pantas saja Dayah BUDI kini bisa tampil beda dengan mengandalkan aset yang di milikinya.

Tidak berlebihan kalau Dayah BUDI kini memiliki aset yang terbesar di tanah rencong ini, semua potensi yang dimilikinya akan dikontribusikan untuk kepentingan bersama, untuk kepentingan agama dan kesenambungan jalannya roda pendidikan di Dayah yang di pimpinnya. 

Hal ini berulang kali beliau menceritakan dihadapan murid-muridnya Beliau bercita-cita hendaknya Dayah BUDI ini bisa bertahan sampai Nabi Isa AS turun dari langit. Kalimat yang bernada seperti ini diwujudkan dalam wanta-wanti menjelang kepergiannya.

Baca Juga: Bukti Sejarah Hubungan Rasulullah dengan Negeri Aceh

Dalam memimpin Dayah, Abu BUDI tidak hanya fokus pada kualitas pendidikan, tetapi beliau juga memperhatikan perkembangan ekonomis dayah. Beberapa kekayaan/aset Dayah BUDI yang berhasil dihimpunkan selama kepimpinan Beliau adalah :

1. Kebun karet seluas 26 Hektar
2. Kebun rambutan seluas 40 Hektar
3. Tambak udang 2 Hektar
4. 1 (satu) unit Truek roda empat
5. 1 (satu) kilang padi dengan kapisitas 8 (Delapan) Ton per-hari.
6. 100 Hektar lahan tidur, menurut rencana semasa hidup Beliau, akan ditanami kelapa sawit.

Kapasitas dengan aset yang dimiliki, nama Dayah BUDI melambung tinggi bahkan tepat untuk dicontohi oleh Pesantren-pesantren lain sebagaimana komentar Bapak Syamsudin Mahmud (Gebenur Aceh Kala Itu) di harian serambi Indonesia.

Hal ini terwujud kerja-sama yang baik diantara pimpinan dan bawahan dan kerja keras santriwan maupun santriwati dengan cara bergotong-royong secara aplus-aplusan yang dikoordinir langsung  Abu BIDI. 

Pernah pada suatu kutika pernah Beliau turun tangan langsung ikut membabat semak-belukar bersama murid-muridnya sebagaimana yang diceritakan oleh (Alm) Tgk. Muhammad Badawy selaku bendaharawan BUDI saat itu, keperduliannya terhadap perkembangan Dayah BUDI sangat besar.

Abu BUDI tidak sedikit tenaganya terkuras untuk kepentigan orang banyak, agama, nusa dan bangsa. Sering sekali nampak ekspresi wajah dengan dahi yang berkerut untuk melahirkan ide dan argumern yang cemerlang, keberadaan Dayah BUDI dari berbagai sisi kehidupan Beliau memang tidak dapat dipisahkan, ibarat uang logam yang tidak dapat dipisahkan antara satu sisi dengan sisi yang lainnya.

____________________________________
*Helmi Abu Bakar El-Langkawi
Penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga