Pengaruh Ideologi Transnasional Wahabi Salafi

 
Pengaruh Ideologi Transnasional Wahabi Salafi

LADUNI,ID, KOLOM-  Buku Martin van Bruinessen (2013), berjudul  Contemporary Developments in Indonesian Islam: Explaining the ‘Conservative Turn’, menganalisis kecenderungan konservatisme di Indonesia berupaya memberi penjelasan mengapa sikap keberagamaan konservatif menguat kembali di kalangan umat Islam Indonesia. Gejala ini tidak hanya diidap oleh kalangan Nahdlatul Ulama yang ortodoks dan tradisional, namun juga menghinggapi Muhammadiyah yang modern dan bahkan MUI yang merupakan lembaga quasi-negara.

Martin van Bruinessen mengajukan dua penjelasan terjadinya ‘conservative turn’(belokan konservatif) ini. Pertama, menguatnya arus demokrasi yang dikaitkan dengan memudarnya Islam liberal di Indonesia. Kedua, menguatnya pengaruh ideologi transnasional Wahabi Salafi dari Timur Tengah.

Bruinessen berhasil menunjukkan bahwa kecenderungan konservatisme tidak
saja muncul dalam gerakan-gerakan Islam kontemporer yang lahir pasca Reformasi, tetapi juga merasuk ke dalam tubuh institusi Islam yang sudah mapan, seperti MUIdan Muhammadiyah yang kemudian mendapatkan pembelaan dari kalangan mainstream ketiga. Dan di sinilah letak penting pengaruh belokan konservatif ini.

 MUI dan Muhammadiyah adalah institusi Islam yang sangat modern dan berisi ulama-ulama cerdik yang pandai merespon situasi secara cerdas, namun once in a life-time, mereka berbelok menjadi konservatif karena tak tahan hidup di alam yang semakin panas, gersang dan terbakar oleh lajunya sekulerisme dan agnotisme di negeri yang dulunya rimbun dengan naungan kesejukan Islam ini.

Sejalan dengan runtuhnya pemerintahan tiran dan tuntutan demokrasi, masa Reformasi telah memberikan jalan bagi munculnya berbagai gerakan Islam kontemporer, seperti Front Pembela Islam (FPI), Majelis Muhajidin Indonesia (MMI), dan gerakan Salafi.

Aktivitas gerakan ini sering memunculkan wajah seram Islam, seperti tindakan penyapuan (sweeping) tempat maksiat dan demonstrasi menentang kepentingan dan westoksifikasi Barat. Bruinessen mendefinisikan Islam konservatif sebagai “berbagai aliran pemikiran yang menolak penafsiran ulang atas ajaran-ajaran Islam secara liberal dan progresif, dan cenderung untuk mempertahankan tafsir dan sistem sosial yang baku” (2013: 16).

***Al Chaidar Antropologi, Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Aceh