Konsultasi Psikologi: Bagaimana Menghadapi Suami yang Gampang Marah?

 
Konsultasi Psikologi: Bagaimana Menghadapi Suami yang Gampang Marah?

Assalamu'alaikum...

Saya ibu rumah tangga, sudah 6 tahun nikah dan  mempunyai anak 1 laki-laki berumur 5 tahun. Saya sangat tertekan secara psikologis karena menghadapi perilaku suami yang emosional. Sebelum menikah kebiasaan suami saya itu ga terlihat. Setelah menikah baru kelihatan kalau suami saya gampang marah, walau masalah sepele.  Kalau pulang kerja cape, gara-gara masalah sepele bisa bikin dia marah meledak-ledak. 

Seperti contoh kecil anaknya kesandung kakinya, suami saya bisa meledak-ledak marahnya. Atau kalau saya masak kurang asin dikit juga bisa bikin meledak-ledak.  Setiap dia marah saya cuma diam menunduk dan ga pernah melawan.  Sempat beberapa tahun lalu karena sudah ga tahan lagi akhirnya saya bicara ke suami baik-baik untuk bercerai aja. Tapi suami menolak.

Suami saya sadar kalau emosinya memang meluap-luap, tapi dia tidak melihat itu sebagai suatu yang salah. Saya juga sudah bicara dengan pihak keluarga.. Pihak kluarga sudah berusaha menengahi dan bicara pada suamia, tapi ya ga berubah-ubah. Perilaku suami saya yang seperti itu berakibat anak saya jadi ga deket dengan bapaknya bahkan anak saya takut kalau liat bapaknya. Kalau liat bapaknya lagi marah-marah, anak saya bisa sampe gemeteran. Saya bingung harus gimana?

Wassalamu’alaikum

"S"

Tanggapan :

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semoga ibu senantiasa dalam ketenangan dan kesabaran....Ibu S yang baik, terima kasih sudah mempercayakan kepada kami untuk berbagi kisah hidup ibu. Saya bisa memahami betapa tertekannya ibu menghadapi suami yang seperti itu. Tampaknya ibu juga sudah berusaha untuk menyelesaikan masalah ini sekuat tenaga, sampai ibu meminta bantuan keluarga juga. Ini menunjukkan ibu ingin membuat rumah tangga ibu menjadi lebih baik. Sebuah rumah tangga pasti tidak lepas dari masalah dan perjalanan suatu pernikahan hakekatnya adalah upaya untuk terus menyesuaikan diri. Salah satunya penyesuaian dengan pasangan.

Penyesuaian ini berlanjut terus sejak akad nikah hingga saat ini dan masa tua kelak. Perubahan-perubahan yang terjadi pada pasangan, menuntut kita untuk menyesuaikan, bahkan termasuk juga ketika kita mengalami perubahan, kitapun mesti menyesuaikan diri dengan keadaan kita.  Kita tidak perlu menuntut pasangan kita harus berubah sesuai keinginan kita.

Baca juga: KONSULTASI SIAP NIKAH UMUR 25 TAHUN: BERSAING DI DUNIA KERJA, SIAPA TAKUT!

Satu hal yang perlu dilakukan adalah kesadaran bahwa pasangan kita memiliki karakteristik sendiri yang unik. Kitapun juga memiliki karakter sendiri yang mesti kita rawat. Oleh karena itu, kita mesti menjaga diri kita dari berbagai permasalahan yang terjadi di luar kita, jangan sampai itu mengganggu kita. Seperti dalam kasus Ibu, kita sepakat yang bermasalah sebenarnya adalah suami Ibu. Namun, masalah kemudian berkembang dan berpengaruh kepada Ibu. Ibu kemudian menjadi tertekan secara psikis.

Apa yang Ibu lakukan saat ini sudah benar. Ibu sebagai istri sudah menunjukkan ciri istri yang baik, tidak melawan suami dan Ibu juga berupaya meminta bantuan keluarga. Namun, ternyata sikap diamnya Ibu membawa masalah karena Ibu memendam perasaan sehingga tertekan. Cobalah untuk menerima keadaan Ibu dan keadaan suami apa adanya. 

Ketika suami marah-marah, terimalah bahwa itu bagian dari karakter suami. Ketika Ibu diam menanggapi suami yang marah, sadarilah bahwa sebagai istri memang harus diam ketika suami marah dan diamnya Ibu tidak menjadikan Ibu tertekan.  Karena Ibu menerima dengan sepenuhnya marahnya suami dan diamnya Ibu. Ketika Ibu mencoba tetap bertahan dan berusaha agar rumah tangga Ibu tetap utuh, sebenarnya itu menunjukkan bahwa Ibu adalah pribadi yang kuat dan tangguh.

 Baca juga:  Konsultasi Siap Nikah Umur 25 Tahun: Suka Baper Saat Dikritik, Gimana Dong?

Biarkan suami dengan karakternya seperti itu, jika Ibu terus menunjukkan kekuatan Ibu, insya Allah lama-lama akan ada perubahan dari suami. Satu hal yang penting dilakukan adalah terus menerus mendoakan suami agar diberikan kesadaran untuk menjadi lebih baik. Bukan menuntut untuk berubah, tapi berharap suami sadar dengan sendirinya. Kekuatan doa insya Allah bisa merubah kesadaran suami. 

Jadi, perkuat kembali pribadi Ibu yang selama ini sudah Ibu tunjukkan. Yakinlah bahwa Allah memberi cobaan itu pasti ada tujuannya. Mudah-mudahan ini adalah cara Allah untuk mengangkat derajat Ibu dan keluarga. Mungkin itu yang bisa saya sampaikan. Mudah-mudahan ada manfaatnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salam hormat

DR. Muhammad Fakhrurrozi, M.Psi