Ketum GP Ansor: Mereka Tidak Berani Menuliskan ‘NKRI Harga Mati’ di Bawah Khat Tauhid Itu

 
Ketum GP Ansor: Mereka Tidak Berani Menuliskan ‘NKRI Harga Mati’ di Bawah Khat Tauhid Itu

LADUNI.ID, Jakarta - Insiden pembakaran bendera HTI pada peringatan Hari Santri 2018 di Garut, Ketua Umum GP Ansor H Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) turut menanggapi.  Ia menyampaikan bahwa GP Ansor dan Banser memang tidak memiliki masalah dengan siapa dan apa saja. Tetapi GP Ansor tidak akan tinggal diam pada siapa dan apa saja yang bertentangan dengan prinsip-prinsip negara Indonesia.

Gus Yaqut mengatakan, GP Ansor dan Banser merupakan organisasi kepemudaan yang memegang teguh aqidah Islam Ahlusunah wal Jamaah dan prinsip-prinsip dasar bernegara. Jadi, kader GP Ansor dan anggota Banser tidak akan mungkin alergi dengan kalimat tauhid.

Adapun bendera yang dibakar oleh anggota Banser pada peringatan Hari Santri 2018 di Garut, kata Gus Yaqut, adalah bendera HTI. Pihak HTI sendiri mengakuinya dalam persidangan pembubaran ormas ini terkait Perppu Ormas beberapa waktu lalu.

Di sini, bendera bertulis kalimat tauhid sudah mengandung nilai politik anti-NKRI yang selama ini dipropagandakan di tengah masyarakat oleh HTI. Sementara HTI berikut semua atributnya menjadi organisasi terlarang karena bertentangan dengan asas Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan putusan pengadilan.

“Sebenarnya kita nggak ada masalah dengan kalimat tauhid, sebuah kalimat yang kita junjung tinggi melebihi apapun. Tetapi ini lain masalah,” jelas Gus Yaqut di Kantor PP GP Ansor, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (23/10) malam, seperti dilansir NU Onlien.

Ia mengatakan bahwa kalimat tauhid pada bendera HTI sudah menjadi milik kelompok tertentu dan bersifat politis. Kalimat tauhid pada bendera HTI tidak lagi berisi aqidah Islam, tetapi bermakna siyasah. Kalimat tauhid di bendera HTI bukan lagi miliki umat Islam secara umum seperti kalimat tauhid pada upacara tahlilan yang menjadi tradisi warga NU.

"Kalau bendera HTI tidak memiliki arti politik untuk kelompok tertentu, apakah mereka yang selama ini mengibarkan bendera itu berkenan menuliskan sikap kebangsaan mereka sebagai warga negara Indonesia yang beragama Islam", menurutnya.

Gus Yaqut mencontohkan: “Misalnya begini. Mereka menuliskan ‘NKRI Harga Mati’ di bawah bendera yang mereka sebut ar-rayah dan al-liwa itu. Kita nggak ada masalah. Tetapi berani atau tidak mereka menulis itu? Di bawah tulisan khat kalimat tauhid itu apakah mereka berani menulis ‘NKRI Harga Mati’ atau ‘Pancasila Jaya?’ Mereka nggak berani,” tegas Gus Yaqut.