Hizbut Tahrir (Eps. 2)

 
Hizbut Tahrir (Eps. 2)

LADUNI.ID, Kolom -- 

Ada tiga tahap per­juang­an Hizbut Tahrir dalam usaha me­negak­kan khi­la­fah interna­sio­nal. 

Pertama, membangun par­tai (hizb). Pada tahap ini para agen Hizbut Tahrir melakukan rekrutmen anggo­ta baru, me­re­ka membinanya dalam kurun waktu yang bisa berlang­sung selama enam bulan hingga tiga tahun, tergantung pada progres masing-masing me­re­ka. 

Tahap ini bisa dikatakan se­ba­gai proses cuci otak dan pembentukan pri­ba­di Islami 'ala Hizbut Tahrir, bia­sa­nya dilakukan dalam halaqah­-halaqah.

Pada tahap ini tokoh atau ang­go­ta Hizbut Tahrir juga akan membuka hu­bung­an dengan umat un­tuk menyampaikan ga­gas­an dan metode per­juang­an me­re­ka secara pri­ba­di.

Kedua, berinteraksi de­ngan ma­sya­ra­kat. Dalam tahap ini, anggo­ta yang telah lulus dari tahap pertama membentuk sel-sel baru dan mulai aktif mengaitkan kasus-kasus lokal de­ngan masalah-masalah global dan membakar massa un­tuk membangun ke­te­gangan sosial antara rak­yat dan pe­me­rin­tah, un­tuk kemudian mulai menawarkan jalan Islam se­ba­gai alternatif keluar dari ke­te­gang­an yang telah di­bangun­nya.

Target utama me­re­ka adalah un­tuk me­nyusup ke dalam pemerintahan dan militer, agar kelak melapangkan jalan dalam merebut kekuasaan. 

Di seluruh dunia, tahap ke­dua inilah yang pa­ling ba­nyak beroperasi, dan agen-agen Hizbut Tahrir su­dah aktif di le­bih 40 ne­ga­ra, termasuk In­do­ne­sia di mana pada 
12 Agustus 2007 me­re­ka mengumpulkanle­bih dari 80 ribu orang di Gelora Bung Karno un­tuk menyerukan pendi­rian Khi­la­fah Is­lami­yah dan melenyapkan Pan­ca­si­la dan NKRI.

Ketiga, merebut kekuasaan. Tahap terakhir ini akan dilancarkan setelah me­re­ka yakin akan menang dan berhasil merebut kekuasaan, yang antara lain akan ditandai de­ngan tingkat keberhasilan me­re­ka me­nyu­sup ke dalam pemerintahan dan militer.

Setelah berkuasa, me­re­ka siap memaksakan pe­naf­sir­an tentang 
Islam 'ala Hizbut Tahrir dalam semua bidang ke­hi­dup­an umat manusia.

Secara umum, se­ba­gai akibat dari obsesi ideo­lo­gi politik mere­ka, Hizbut Tahrir hampa spi­ri­tualitas se­hing­ga ge­rak­an yang dibangun­nya kering dan cenderung supremasis. Bahkan, dalam banyak kasus, ma­yo­ri­tas aktivis Hizbut Tahrir tidak mengerti tentang Islam dan ha­nya mengetahui aspek-aspek yang sa­ngat artifisial.

Sangat ironis, bagaimana mung­kin me­re­ka yang tidak mengerti tentang Islam akan memperjuangkan Islam. Lemahnya pe­ma­ham­an yang mendalam ini men­ja­di penyebab utama me­re­ka terlena dan tergoda memperjuangkan ga­gas­an yang dikemas dalam term-term Arab yang identik de­ngan Islam. 

Secara umum, retorika ke­lom­pok-ke­lom­pok se­per­ti ini adalah pengantar pada aksi-aksi kekerasan. 

Didalamnya aga­ma telah dimanipulasi sedemikian rupa un­tuk menyediakan dorongan teo­lo­gis bagi para pengikut garis keras agar bersedia melakukan apa pun, hingga membunuh atau bunuh di­ri se­ka­li­pun jika dibutuhkan, demi mencapai tujuan politik me­re­ka. (Bersambung)

Sumber buku Ilusi Negara Islam

Syarif Cakhyono
Ketua LTN NU Jakarta Timur

 

(srf)