Dunia Bukan Tujuan Akhir

 
Dunia Bukan Tujuan Akhir
Sumber Gambar: Pinterest,Ilustrasi: Laduni.id

Laduni.ID, Jakarta - Dunia ini memang penuh dengan keindahan. Dari panorama alam yang memukau, hingga gemerlapnya perkotaan yang memikat hati. Tak heran jika banyak orang terpikat oleh pesona dunia yang semakin memanjakan mata. Namun, di balik keindahan tersebut, terdapat suatu kenyataan yang seringkali terlupakan oleh banyak orang. Yakni, semakin lama kita hidup di dunia ini, maka semakin berkuranglah jatah hidup yang kita miliki.

Telah menjadi rahasia umum bahwa manusia memiliki batas waktu hidup yang telah ditentukan oleh Tuhan. Namun, tidak banyak orang yang benar-benar menyadari akan hal tersebut. Kebanyakan dari kita cenderung terkesan pada kesibukan dan hiruk-pikuk dunia yang semakin membutakan mata dan hati. Padahal, jika kita memikirkan dan memikirkan tentang hal tersebut, sebenarnya jatah hidup yang kita miliki di dunia ini sangatlah terbatas.

Seringkali kita terlalu sibuk mengejar dunia, tanpa memikirkan akhirat yang sebenarnya merupakan tujuan utama kita. Kita lupa bahwa akhirat adalah tempat yang kekal, sedangkan dunia hanyalah tempat sementara yang akan kita tinggalkan suatu hari nanti. Namun, ketika kita terlalu terpaku pada keindahan dunia yang semakin gemerlap dan menipu daya, kita akan cenderung melupakan tujuan utama kita di dunia ini, yaitu untuk mempersiapkan diri menuju akhirat yang kekal.

Banyak orang yang berpikir bahwa jika kita berhasil meraih kesuksesan dan kekayaan di dunia, maka kita juga akan meraih kebahagiaan dan kesejahteraan di akhirat. Padahal, hal tersebut jauh dari kenyataan. Kita harus ingat bahwa di akhirat nanti, harta dan kekayaan yang kita miliki di dunia tidak akan membawa manfaat apapun. Yang akan membantu kita di akhirat nanti adalah amal kebaikan yang kita lakukan selama hidup di dunia ini.

Jadi, seharusnya kita tidak boleh terlalu bersantai pada keindahan dunia yang fana ini. Kita harus tetap fokus pada tujuan utama hidup kita di dunia ini, yaitu mempersiapkan diri untuk menghadapi akhirat yang kekal, perbanyak beribadah. Sebab, jika dunia diutamakan, maka akhirat terlupakan. Dan jika akhirat terlupakan, maka dunia yang seharusnya hanya menjadi sarana untuk mencapai tujuan akhir, malah menjadi tujuan utama yang kita kejar tanpa henti.

Selain itu, kita juga harus ingat bahwa semakin bertambah usia, maka semakin berkurang pula jatah hidup yang kita miliki. Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik yang kita lalui adalah waktu yang tak akan pernah kembali. Jadi, apakah kita ingin menghabiskan waktu berharga kita untuk terus mengejar dunia yang fana ini, atau menggunakannya untuk mempersiapkan diri menuju akhirat yang kekal?

Kita juga harus menyadari bahwa di dunia ini, tidak ada yang kekal selain Allah SWT. Semua yang ada di dunia ini akan musnah suatu hari nanti. Oleh karena itu, kita harus bijak dalam menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran kita. Jangan sampai kita terlalu terpaku pada dunia dan melupakan akhirat yang sebenarnya merupakan tujuan utama kita.

Sebagai manusia yang beriman, kita harus selalu mengingat bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Dan yang akan menentukan nasib kita di akhirat nanti adalah amal kebaikan yang kita lakukan selama hidup di dunia ini. Jadi, jangan sampai kita terkecoh oleh keindahan dunia yang semakin gemerlap dan menipu daya. Jadikanlah dunia ini sebagai ladang untuk memperbanyak amal kebaikan, bukan sebagai tujuan utama yang kita kejar tanpa henti.

Dengan memprioritaskan akhirat, maka dunia yang kita dapatkan akan menjadi lebih baik. Kita akan lebih bijak dalam mengambil keputusan, lebih berpikir panjang dalam segala hal, dan lebih memperhatikan akibat dari setiap tindakan yang kita lakukan. Sebab, di akhirat nanti, kita akan mempertanggungjawabkan semua yang sudah kita lakukan di dunia ini.

Seperti kata pepatah, 'semua pergi menghadap Ilahi' (semua orang pergi menemui Tuhan). Artinya siapa pun kita, pada akhirnya kita semua akan kembali kepada Pencipta kita. Pada akhirnya, bukan kekayaan atau status kita yang penting, tapi bagaimana kita menjalani hidup dan warisan yang kita tinggalkan.

Terlebih lagi, pepatah 'dunia yang dicari tak ada yang berarti' (dunia yang kita cari tidak ada artinya) menyoroti kesia-siaan mengejar keinginan duniawi. Banyak dari kita menghabiskan seluruh hidup kita mengejar kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan, berpikir bahwa hal-hal itu akan memberi kita kebahagiaan dan kepuasan. Namun saat menghadapi kematian, kami menyadari bahwa hal-hal ini tidak ada nilainya. Yang terpenting adalah hubungan kita dengan Tuhan dan perbuatan baik yang telah kita lakukan di dunia ini.

Dari Zaid bin Tsabit RA, dirinya berkata telah mendengar Rasulullah SAW bersabda;

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

Artinya: “Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan atau tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)-nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan atau selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah, hina (tidak bernilai di hadapannya).” [Hadis ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/ 183); Ibnu Majah (no. 4105); Imam Ibnu Hibban (no. 72–Mawariduzh Zham’an); al-Baihaqi (VII/288) dari Sahabat Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu].

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata;

مُـحِبُّ الدُّنْيَا لَا يَنْفَكُّ مِنْ ثَلَاثٍ : هَمٌّ لَازِمٌ ، وَتَعَبٌ دَائِمٌ ، وَحَسْرَةٌ لَا تَنْـقَضِـى

“Pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal: (1) Kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus, (2) Kecapekan (keletihan) yang berkelanjutan, dan (3) Kerugian yang tidak pernah berhenti.”

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT berfirman :

يَا ابْنَ آدَمَ ! تَـفَـرَّغْ لِـعِـبَـادَتِـيْ أَمْـلَأْ صَدْرَكَ غِـنًـى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ ، وَإِنْ لَـمْ تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَـمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ

“Wahai anak Adam! Luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefakiranmu.” [Shahih: HR. Imam Ahmad (II/358), Imam At-Tirmidzi (no. 2466), Imam Ibnu Majah (no. 4107), dan Imam Al-Hakim (II/443) dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Lihat Silsilah Al-Ahadits ash-Shahihah (III/346, no. 1359) dan Shahih at-Targhib wat Tarhib].

Jadi, jangan sampai kita terlena oleh keindahan dunia yang semakin gemerlap dan menipu daya. Jadikanlah akhirat sebagai tujuan utama hidup kita di dunia ini. Sebab, hanya dengan mempersiapkan diri untuk akhirat yang kekal, kita dapat memperoleh kebahagiaan yang sejati di dunia dan di akhirat nanti. Wallahu ‘Allam Bishawab. []

 


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 6 November 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

_________________

Editor: Lisantono