Imam Nawawi  10 Tahun Tidak Pernah Makan Buah di Negeri Syam, Ini Alasannya

 
Imam Nawawi  10 Tahun Tidak Pernah Makan Buah di Negeri Syam, Ini Alasannya

LADUNI.ID, HIKMAH- Di negara-negara non-Muslim, seperti Eropa dan Australia, Muslim setempat sangat disiplin dalam memperhatikan ma kanan halal. Umat Islam di Eropa, Ame rika Serikat, serta Australia tak mau membeli makanan yang tidak mendapa tkan pengakuan halal dari Islamic Center setempat.

Mereka mempercayakan urusan daging dan penyembelihan kepada orang yang terpercaya, baik penyembelihan se suai syariat hingga pemilihan daging yang baik.

Justru di negara yang mayoritas Islam terbesar di dunia, Indonesia, status kehalalan suatu makanan tidak menjadi prioritas penting. Label halal dari produk makanan dan penyedia tempat makan tak menjadi perhatian serius. Padahal, banyak sekali ditemui orang yang menyembelih hewan tak sesuai tuntunan syariat Islam.

Memperhatikan makanan adalah suatu keniscayaan bagi seorang Muslim. Ka re na makanan menjadi nutrisi bagi tu buh nya yang akan ia pergunakan untuk beribadah. Apakah mungkin, ia menyembah Allah dengan tubuh yang tumbuh dari makanan haram?

Bahkan, tidak hanya untuk makanan yang jelas keharamannya. Makanan yang syubhat saja diperintahkan untuk dihindari.

“Halal itu jelas. Haram itu jelas. Adapun di antara keduanya adalah perkara syubhat. Siapa yang menjaga dirinya dari yang syubhat, maka selamatlah agamanya. Siapa yang bermain-main dengan perkara syubhat, ibarat seorang yang menggembala domba di pinggir jurang. Besar kemungkinan dombanya akan terperosok dan jatuh.” (HR Muslim).

Imam Nawawi selama 10 tahun ber mukim di Syam sama sekali tak pernah membeli buah di pasar. Bukanlah Sang Imam tak menyukai buah. Tapi, ia memandang buah yang dijual di Kota Syam adalah syubhat hukumnya. Buah tersebut diambil dari kebun yang tak jelas siapa pemiliknya. Akhirnya, Sang Imam memutuskan tak pernah memakan buah selama 10 tahun.

Demikianlah sikap orang-orang terdahulu yang dikenal luas keilmuan dan terjamin ketakwaannya. Mereka sangat teliti dengan apa yang mereka makan. Ketika input-nya dijaga, maka insya Allah output-nya juga akan berkualitas. Ketika seseorang menjaga makanannya, maka insya Allah ia akan menjadi Muslim yang saleh dan takwa.

 

Sumber: republika.co.id