Kunci Hidup Berkah, Tenang dan Sejahtera

 
Kunci Hidup Berkah, Tenang dan Sejahtera
Sumber Gambar: Unsplash.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Allah itu yang Maha Pemberi rezeki. Tak ada setetes air pun masuk ke mulut kita kecuali atas izin Allah. Apa saja yang menjadi rezeki kita pasti tidak akan luput dari kita, walaupun di dasar laut yang paling dalam. Kita tidak usah berkecil hati terhadap masalah rezeki. Sebab rezeki sudah ada yang mengatur.

Hidup itu ada yang menjaga dan juga mencukupi, yaitu Allah SWT. Kunci hidup berkah, tenang dan sejahtera adalah bergantung kepada Allah. Bersandarnya dan bergantunggnya kita hanya kepada Allah. Yang menyebabkan hidup serba ketakutan dan merasa kecil hati adalah karena bergantungnya kita kepada selain Allah.

Hari ini mungkin tidak ada orang yang menyembah gunung, tetapi banyak orang yang mabuk dengan dunia. Bangun dari tidur, yang dipikirkan dunia. Mau tidur yang diingat dunia. Memilih calon mantu, ukurannya dunia. Kalau kita boleh jujur, tidak sedikit orang sekarang itu bermental kebendaan. Semuanya diukur dengan materi. Padahal letak kebahagiaan bukan di istana, letak kebahagiaan bukan di mall, bukan di tempat hiburan, tetapi hakikat letak kebahagiaan adalah pada hati yang dirahmati dan dibimbing Allah.

Salah satu tanda seseorang hatinya dirahmati adalah dianugerahi Allah untuk mempunyai satu keyakinan yang kuat bahwa urusan rezeki itu sudah diatur dan ditanggung oleh Allah SWT. Sekali lagi tak ada setetes air pun yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin Allah.

Kalau ada tetangga yang sedang menghadapi sakaratul maut, maka kita usahkan untuk bisa mentalqin. Dibisikan kalimat thoyyibah, dzikir kepada Allah. Lalu coba diberi madu lidahnya, untuk mengujinya apakah masih bisa ditelan atau tidak. Jika masih bisa ditelan maka Insya Allah masih ada umur. Karena yang masuk ke mulut kita itu tidak lain adalah karena rezeki atas izin Allah. 

Apa saja yang menjadi rezeki kita pasti tidak akan luput, walau di dasar laut yang paling dalam. Tapi kita harus cerdas dalam memahami hal ini. Walaupun rezeki sudah ada jatahnya, wajib kita ikhtiar. Kita diberi akal diberi mata diberi tangan diberi kaki. Sehat akalnya sehat jasmaninya. Jangan sampai kita menjadi orang yang bergerak mundur setelah memahami, malah tidak mau ikhtiar dengan bekerja. Walaupun jatahnya sudah ada, tetap harus bersedia untuk mengusahakan. Karena Allah itu bila memberi hambanya senantiasa dilihat persiapan hamba itu.

Jika kita sudah berdoa tetapi belum ada hasil, maka hendaklah berhusnudhon, barangkali belum siap untuk menjadi orang kaya. Misalnya berdoa ingin mempunyai sesuatu, tetapi ternyata masih belum siap dalam menerima hal itu, karena justru yang diminta ini tidak maslahat. Karena itu Allah SWT lebih tahu yang terbaik bagi kita.

Sebagaimana keterangan dalam pesan suci Al-Quran Surat Hud ayat 6;

وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberinya rezeki, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauhul Mahfudh).”

Mungkin ada orang yang bertanya kenapa rezekinya susah. Meskipun sudah mengamalkan wirid dan lain sebagainya. Namun, pada hakikatnya perlu juga tahu bahwa Malaikat di dalam melaksanakan tugasnya tidak pernah salah. Sedangkan setan selalu melakukan kesalahan. Dan manusia bisa benar bisa salah. Maka karena itu masih sangat membutuhkan nasihat. Allah SWT pasti akan mengabulkan doa para hamba-Nya. Hanya saja dalam bentuk bagaimana itu adalah hak prerogatif Allah SWT. Dan segala yang ditetapkan-Nya itu tidak lain adalah kebaikan belaka. []


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian Gus Ali Masyhuri. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

_____________________

Penulis: Athallah Hareldi

Editor: Hakim