Buletin Jumat Laduni.ID Edisi 82: Bersikap Hemat dalam Islam

 
Buletin Jumat Laduni.ID Edisi 82: Bersikap Hemat dalam Islam
Sumber Gambar: Laduni.ID

Buletin Jumat Laduni.ID resmi untuk dicetak jarak jauh
Laduni.ID, Jakarta - Diriwayatkan dari Nafi' bahwa Ibnu Umar r.a. tidak akan makan sehingga didatangkan padanya seorang miskin untuk ikut makan bersamanya. (suatu hari) aku menyuruh seseorang untuk makan bersamanya. Orang itu makannya banyak. Maka Ibnu Umar r.a. berkata, “Wahai Nafi', kamu jangan menyuruhnya (lagi) masuk ke rumahku, (karena) aku telah mendengar Nabi s.a.w. bersabda, “Seorang mukmin makan dalam satu usus, sedangan seorang kafir makan dalam tujuh usus.” (Hadis Shahih, Riwayat al-Bukhari: 4974, Muslim: 3839, al-Tirmidzi: 1740, Ibnu Majah: 3248. teks hadis di atas riwayat al-Bukhari)   
   
Kisah di atas mengajak kita untuk menengok pada perilaku muslim generasi pertama, yaitu para sahabat. Mereka tampak konsisten dengan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w.. Tidak hanya dalam ibadah mahdhah saja, dalam bidang sosial pun mereka senantiasa mencontoh perilaku Rasulullah SAW.

Seruan dan anjuran beliau selalu dijadikan pedoman bagi mereka. Sehingga wajar, apabila beliau diposisikan sebagai orang yang paling berpengaruh karena kiprahnya yang luar biasa dalam merubah tatanan peradaban dunia Arab saat itu ke arah yang lebih baik.  

Salah seorang dari kalangan sahabat yang konsern untuk meniru perilaku beliau adalah Abdullah bin Umar bin al-Khattab al-Adwi al-Qurasyi atau lebih dikenal dengan Ibnu Umar r.a. (w. 73 H). Dalam sebuah riwayat, Ibnu Umar r.a. selalu mencontoh tata kehidupan (sunnah) Rasulullah s.a.w., termasuk dalam hal berpakaian, berjalan, makan, dan etika-etika lainnya.

Oleh karenanya, dalam sejarah hukum Islam, sahabat dari Madinah ini termasuk ulama ahli hadis yang tekstualis. Keistimewaan inilah yang menjadikan Ibnu Umar r.a. sebagai sosok sahabat yang sangat disegani oleh para sahabat lainnya. Bahkan setelah Rasulullah s.a.w. wafat, jika ada yang ingin mengetahui sunnah Rasulullah, mereka langsung mengarahkannya untuk melihat perilaku Ibnu Umar r.a.

Dalam hadis di atas, Ibnu Umar r.a. mempraktikkan kebiasaan Nabi s.a.w. yang senantiasa mengajak orang miskin untuk ikut makan bersama. Tetapi ketika diketahui bahwa orang yang diajaknya itu adalah seorang yang rakus, ia pun lantas mengusirnya. Ia merujuk pada hadis Nabi s.a.w. "bahwa seorang mukmin makan dengan kapasitas satu usus, sedangkan orang kafir makan dengan kapasitas tujuh usus".

Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Barri bi Syarh Shahih al-Bukhari melansir bahwa orang yang diajak makan oleh Ibnu Umar r.a. ketika itu bernama Abu Nuhaik. Menurutnya, dari kasus itu, Ibnu Umar r.a. telah memahami hadis Nabi SAW. secara tekstual. Ia memandang bahwa orang miskin yang ikut makan bersamanya itu memiliki sifat seperti orang kafir, karena makannya sangat rakus. Oleh sebab itu, ia pun menyuruh orang itu agar tidak ikut makan bersamanya lagi.

Pemahaman hadis tersebut, menurut Imam al-Nawawi dalam kitabnya Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawi, tidak harus dipahami secara tekstual. Hadis di atas memiliki latar belakang yang khusus. Ketika itu, ada seorang kafir bernama Tsamamah bin Atsal datang kepada Nabi SAW, Ia melahap tujuh gelas perahan air susu kambing. Keesokan harinya, ia masuk Islam. Ketika disuguhi air minum, ia hanya meminum segelas air saja. Maka Nabi s.a.w. bersabda demikian seperti yang disebutkan dalam hadis di atas.

Ada yang berpendapat bahwa maksud hadis tersebut adalah "seorang mukmin itu selalu ekonomis dalam hal makanan, tidak rakus dan tidak boros". Pendapat lain mengatakan "bahwa perilaku ekonomis seorang mukmin tersebut tidak lepas dari kebiasaannya mengucapkan basmalah sebelum makan atau minum.

Sebab, ketika itu, setan terbelenggu dan tidak kuasa ikut bergabung makan. Sedangkan kebiasaan orang kafir yang tidak mengucapkan basmalah, tentunya akan disertai setan, karenanya pantas jika ia makannya banyak". Hal ini dikuatkan dalam riwayat Imam Muslim, bahwa setan akan ikut nimbrung makan kecuali makanan itu dibacakan nama Allah.

Dalam ilmu kedokteran dijelaskan bahwa setiap manusia memiliki tujuh usus. Satu usus untuk tempat makanan, kemudian tiga usus lembut dan tiga usus kasar yang masing-masing bersambung dengan usus yang pertama.
 

Semoga bermanfaat

_______________________________________________________

Buletin Jum’at  laduni.ID edisi 82  file PDF bisa dibaca dan DOWNLOAD DI SINI
Simak Biografi KH. Abdul Chalim Leuwimunding
Simak juga inovasi Laduni.ID dalam menampilkan grafis chart silsilah guru beliau Di SINI