Info Harian Laduni.ID: 17 April 2024

 
Info Harian Laduni.ID: 17 April 2024

Laduni.ID, Jakarta - Hari ini Rabu, 17 April 2024 bertepatan dengan hari wafat Hari Wafat Syekh Abdul Malik Kedung Paruk Banyumas, KH. Jusuf Djunaedi dan KH. Muhammad Syanwani.

Syekh Abdul Malik
Syekh Muhammad Ash’ad bin Muhammad Ilyas atau yang akrab dengan sapaan Syekh Abdul Malik Kedung Paruk lahir pada hari Jum’at, 3 Rajab tahun 1294 H atau bertepatan pada tahun 29 April 1877 M (jika dikonversikan), di Purwekerto, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Syekh Abdul Malik wafat pada hari Kamis, 21 Jumadil Akhir 1400 H atau yang bertepatan dengan 17 April 1980 M, sekitar pukul 18.30 WIB (malam Jum’at). Jenazah beliau dimakamkan pada hari Jum’at, selepas shalat Ashar di belakang Masjid Bahaul Haq wa Dhiyauddin Kedung Paruk, Purwokerto.

Syekh Abdul Malik memulai pendidikannya dengan belajar Al-Qur’an langsung kepada ayahnya. Setelah selesai belajar Al-Qur’an dengan ayahnya, Syekh Abdul Malik kemudian mendalami kembali Al-Qur’an kepada KH. Abu Bakar bin H Yahya Ngasinan (Kebasen, Banyumas).

Sanad Thoriqoh Naqsabandiyah Kholidiyah diperolehnya secara langsung dari sang ayah, Syekh Muhammad Ilyas, sedangkan sanad Thoriqoh Sadzaliyah didapatkannya dari Sayyid Ahmad Nahrawi Al-Makki (Makkah).

Dalam hidupnya, Syekh Abdul Malik memiliki dua amalan wirid utama dan sangat besar, yaitu membaca Al-Qur’an dan Shalawat. Beliau tak kurang membaca shalawat sebanyak 16.000 kali dalam setiap harinya dan sekali menghatamkan Al-Qur’an.

Beliau disamping dikenal memiliki hubungan yang baik dengan para ulama besar umumnya, Syekh Abdul Malik mempunyai hubungan yang sangat erat dengan ulama dan habaib yang dianggap oleh banyak orang telah mencapai derajat waliyullah, seperti Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul, Jember), Habib Ahmad Bilfaqih (Yogyakarta), Habib Husein bin Hadi Al-Hamid (Brani, Probolinggo), KH. Hasan Mangli (Magelang), Habib Hamid bin Yahya (Sokaraja, Banyumas) dan lain-lain.

Simak biografi lengkapnya di: Syekh Abdul Malik
Simak chart silsilah sanad ilmu Syekh Abdul Malik

KH. Jusuf Djunaedi
KH. Jusuf Djunaedi lahir di Kampung Sawah Jati. Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah pada 5 Mei 1921 dari pasangan Kyai Djunaedi dan Nyai Hafsah.

Beliau wafat 17 April 1987, di usia 66 tahun. Jenazah dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Ilmu Al-Quran (PPIQ) Ciomas Bogor. Kepergiannya meninggalkan istri Hj. Asiyah binti KH Abdul Rozak dengan delapan anak dan santri-santrinya berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat.

Pendidikan pertamanya ditempuh di Kampung halamannya dengan belajar menghafal Al-Qur’an kepada ayahandanya sendiri yakni KH. Junaedi As-Shomadi dan KH. Badawi Abdurrasyid.

KH. Jusuf Djunaedi dikenal sosok yang cerdas karena mampu menghafalkan Al-Qur’an 30 Juz dalam jangka waktu 8 bulan di usia yang belia yakni pada saat berumur 8 Tahun. Dan tidak kurang 5 tahun lamanya beliau belajar dibawah asuhan langsung Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari (1871-1947) Pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU).

Perjalanan hidup KH. M. Jusuf Djunaedi bermula dari tanah kelahirannya di Kaliwungu, Kendal, kemudian pergi mondok ke Ngebel, Secang, Magelang, kemudian berguru ke Karangjongkeng, Brebes. Kemudian terakhir menetap di Desa Laladon, Ciomas, Bogor (1951) dan mendirikan pesantren bernama Pondok Pesantren Aula Al-Qur'an (PPAQ) yang kini bernama Pondok Pesantren Ilmu Al-Qur'an (PPIQ).

Simak biografi lengkapnya di: KH. Jusuf Djunaedi
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. Jusuf Djunaedi

KH. Muhammad Syanwani
KH. Muhammad Syanwani  lahir pada 13 Agustus 1926 M atau pertepatan dengan tahun 1347 Hijriah. Beliau berasal dari Kampung Sampang, Desa Susukan, Kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten. Beliau merupakan putra ketiga dari pasangan KH. Abdul Aziz dan Nyai Salhah tumbuh besar dalam lingkungan yang religius.

Sejak mengajar di kampus ini, beliau mulai menderita penyakit darah tinggi. Bahkan, beliau sempat dirawat di beberapa rumah sakit. Setelah sakit-sakitan, aktivitas dakwahnya pun mulai dikurangi. Hingga akhirnya KH. Muhammad Syanwani berpulang ke rahmatullah pada 17 April 1993. Jenazahnya dikebumikan di tanah permakaman milik keluarga besarnya di Sampang.

Masa kecil beliau memperoleh pendidikan ilmu agama Islam dari dari kedua orang tuanya. Karena itu, tak heran jika dalam usia yang masih belia, beliau sudah mampu membaca Al-Qur'an dengan fasih. Ayah dan ibunya menerapkan disiplin yang ketat untuk sang buah hati.

Pada 1939, KH. Muhammad Syanwani mendapat kesempatan untuk belajar selama dua tahun di sekolah rakyat (volkschool). Di sana, beliau menjadi murid yang diperhitungkan oleh guru-guru. Sebab, anak lelaki ini memiliki kemampuan menulis dan berhitung yang paling bagus dibandingkan kawan-kawan sebaya.

Setelah belasan tahun berkelana menuntut ilmu di berbagai pesantren, akhirnya KH. Muhammad Syanwani pulang ke Sampang pada 1962. Beliau tampil menjadi kyai muda. Kiprahnya dimulai dengan mengasuh sejumlah santri. Setelah pelbagai persiapan, beliau  mendirikan sebuah pondok pesantren kira-kira setahun kemudian.

KH. Muhammad Syanwani menamakan pesantrennya, Ashhabul Maimanah. Dengan itu, harapannya adalah bahwa pesantren tersebut dapat mencetak orang-orang beriman yang termasuk ahli surga. Pesantren ini dibangun di atas tanah wakaf keluarga Syanwani, ditambah dengan donasi masyarakat sekitar.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Muhammad Syanwani
Simak chart silsilah sanad ilmu KH. Muhammad Syanwani

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.