Karya Ulama Mandar Ini Bahas Zakat dan Persoalan Sosial Kontemporer

 
Karya Ulama Mandar Ini Bahas Zakat dan Persoalan Sosial Kontemporer

LADUNI.ID - Pada tanggal 5 Desember 2018 yang lalu telah didiskusikan dan dipresentasikan Kitab الزكاة والنظم الإجتماعية المعاصرة di Jakarta yang diselenggarakan oleh Pusat Lektur Khazanah Keagamaan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Alhamdulillah, hari ini dapat kabar melalui WA gambar kitab tersebut sudah diterbitkan dalam edisi aslinya berbahasa Arab terdiri atas 6 jilid. 
Satu karya monumental yang ditulis secara serius selama bertahun-tahun oleh seorang Ulama intelektual dari Mandar Sulawesi Barat ini dapat diselamatkan naskahnya dan bisa dibaca oleh banyak kalangan. Semuanya ini atas inisiatif dan kerja keras Dr. Muhammad Zain Kepala Pusat Lektur Khazanah Keagamaan beserta jajarannya yang sangat agresif cinta pada ilmu dan hormat pada para ulama.

DR. Muhammad Nawawi Yahya Abd Razak berasal dari Mandar Sulawesi Barat. Oleh karena itu, beliau disebut Muhammad Nawawi al-Mandari. Beliau lahir tahun 1929 di Dusun Mojopahit (Manjopahit) Desa Karama Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. 
Muhammad Nawawi dibesarkan dan dididik dalam lingkungan keluarga yang kental dengan tradisi agama Islam. Ayahnya adalah KH. Yahya Abdurrazak seorang imam masjid di Mojopahit (masyarakat menyebutnya sebagai qadhi Mojopahit). Masa kecil dan remajanya dihabiskan di kampung halaman di Mandar. Muhammad Nawawi al-Mandari meninggalkan kampung halaman sesaat setelah peristiwa pembantaian Westerling di Mandar. Peristiwa tersebut lebih populer dengan sebutan tragedi korban 40.000 jiwa di Sulawesi Selatan khususnya di Galung Lombok Mandar. Peristiwa maut Galung Lombok terjadi pada tanggal 2 Februari 1947. Dalam peristiwa di Galung Lombok ini, selain korban tewas juga beberapa tokoh dan pemuda ditangkap di antaranya saudara kandung Muhammad Nawawi sendiri ikut tertangkap namanya Zawawi Yahya. 
Sehari setelah peristiwa Westerling di Galung Lombok, Muhammad Nawawi yang pada waktu itu baru berumur 18 tahun tinggalkan Mandar menuju Sawitto Pinrang. Selanjutnya, ia menuju Makassar. Pada tahun itu juga ia berhasil berangkat ke Mekah dan Madinah. Beberapa tahun setelah menyelesaikan studinya di Madrasah tingkat Aliyah di Mekah, lalu selanjutnya ke Kairo Mesir hingga menetap dan menghabiskan usianya belajar dan mengajar di sana. 
Sejak usia yang masih muda itulah Muhammad Nawawi al-Mandari berangkat ke Saudi Arabia selanjutnya ke Kairo belajar hingga umurnya lebih banyak digunakan di luar negeri termasuk di Eropa seperti di Belanda. Hidup beliau lebih lama di Kairo dibandingkan di negeri sendiri, Indonesia.

Tidak lama setelah menyelesaikan Program Doktornya di Universitas Al-Azhar Kairo, ia pulang ke kampung kelahirannya di Dusun Mojopahit Polewali Mandar. Sekitar satu bulan di kampung halamannya, ia wafat dalam keadaan mendadak pada hari Kamis 9 Februari 1984 dalam usia 53 tahun. Padahal, hari Jumat sebelumnya, penulis sempat sama-sama shalat jumat di Masjid Nurul Yaqin Campalagian lalu sama-sama berangkat ke rumahnya di Mojopahit dan lama Beliau cerita dan memberi banyak nasehat. Jenazahnya dimakamkan di samping makam ayah dan ibunya di halaman Masjid Dusun Mojopahit Polewali Mandar.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN

 

 

Tags