Masih Mempertahankan Status Jomblo, Awas Risiko Gangguan Sperma

 
Masih Mempertahankan Status Jomblo, Awas Risiko Gangguan Sperma

 

LADUNI. ID, KOLOM- Salah satu cara melestarikan generasi di dunia ini dengan jalan menikah. Manusia sebagai khalifat ardhi (pemimpin di dunia) memperbanyak generasi tentunya dengan menikah bahkan Rasulullah sendiri senang melihat banyak umat Islam di dunia ini. 

Bukan hanya itu Islam juga membuka pintu ke arah itu dengan berpoligami. Namun alangkah sangat di sayangkan masih ada yang masih menunda untuk menikah alias berjomblo. 

Menikah itu sendiri mempunyai hikmah dan pengaruh yang luar biasanya terhadap jiwa dan kesehatan.

Salah satu penelitian menyebutkan bahwa  Pria yang “terlambat” berkeluarga harus sadar bahwa anaknya nanti berpotensi memiliki risiko kesehatan.

Penelitian ini dilakukan para dokter di Amerika Serikat yang menemukan bahwa bayi yang lahir dari ayah dengan usia lebih tua cenderung memiliki masalah kesehatan dibanding dari ayah yang usianya lebih muda.

Para peneliti di Stanford University, California, mempelajari catatan kesehatan yang berhubungan dengan semua kelahiran hidup di negara bagian antara 2007 dan 2016, yang berjumlah lebih dari 40 juta bayi. Catatan itu menunjukkan anak-anak yang lahir dari pria berusia 45 tahun ke atas memiliki risiko 14 persen lebih besar lahir prematur, berat badan lahir rendah, dan mendapat perawatan intensif neonatal dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ayah yang lebih muda.

Sementara itu bayi yang lahir dari pria berusia 45 tahun ke atas juga mendapat skor lebih rendah pada tes kesehatan Apgar saat baru lahir, dan 18 persen lebih mungkin mengalami kejang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ayah yang berusia 25-34 tahun. Demikian menurut penelitian di British Medical Journal. Risiko diabetes gestasional lebih besar dialami perempuan ketika mereka memiliki anak dengan pria yang lebih tua. Hal itu dinyatakan Guardian, beberapa waktu yang silam.

 

Michael Eisenberg, penulis senior dalam laporan itu, mengatakan, meskipun peningkatan risikonya rendah, pasangan tidak boleh mengabaikan usia ayah ketika merencanakan berkeluarga. “Sesuatu itu harus dipertimbangkan. Terdapat potensial risiko dengan menunggu. Pria sebaiknya tidak berpikir dia dapat menikah di usia kapan saja,” ucap Eisenberg.

Namun Eisenberg menekankan bahwa peningkatan risiko tersebut kecil. Setelah menyesuaikan usia ibu dan faktor lain, seperti pendidikan dan apakah ia merokok, ia menemukan bahwa anak-anak yang lahir dari pria berusia 45 tahun ke atas terlahir lebih cepat sehari dari kelahiran rata-rata. Selain itu, beratnya hanya 20 gram lebih ringan (lebih dari setengah ons) dibandingkan dengan ayah yang lebih muda.

Yang lebih penting, kata Eisenberg, adalah dampak peningkatan kecil dalam risiko kesehatan mungkin di seluruh populasi karena usia ayah terus meningkat. Di Inggris dan Wales, usia rata-rata Ayah pertama kali meningkat sekitar satu tahun per dekade selama 40 tahun terakhir, menurut Kantor Statistik Nasional.

Eisenberg dan rekan menunjukkan bahwa mungkin terjadi perubahan DNA sperma pria yang lebih tua, yang dijelaskan dalam temuan mereka. Kekhawatiran ini didukung pekerjaan sebelumnya, termasuk penelitian Harvard tahun lalu, yang menemukan kelahiran melalui IVF jatuh saat usia ayah meningkat.

Dalam pendapat yang menyertai penelitian BMJ, Hilary Brown, ahli epidemiologi prenatal di Universitas Toronto, Scarborough, memperingatkan, terlepas dari upaya para peneliti, sulit menguraikan efek dari usia ibu dan ayahnya. Dia juga memperingatkan bahwa kerusakan DNA sperma pria yang lebih tua hanya ada satu penjelasan yang mungkin untuk dampaknya.

Terakhir Brown menemukan dalam penelitian bahwa usia ayah yang lebih tua dikaitkan dengan perilaku kesehatan negatif, seperti merokok dan konsumsi alkohol yang sering, obesitas, penyakit kronis, penyakit mental, dan sub-kesuburan.

Para jomblo yang masih menunda untuk menikah terlebih umurnya sudah lanjut untuk merenungkan efek dari fenomena ini, sambil ngopi atau duduk sendirian pasti tafakur kelangsungan status jomblo masih layak di pertahanankan atau harus di delete demi sebuah kehidupan yang lebih baik untuk hari esok, pasti jawabannya ada dalam secangkir kopi, benarkah? Wallahu Allam Bishawab.

***Ahmad Sahal Al-Munira, Warga Pidie Jaya Penggiat Dunia Maya.