Tukang Tambal Ban yang Tenggang Rasa

 
Tukang Tambal Ban yang Tenggang Rasa

LADUNI.ID - Tidak jauh dari rumah saya, ada seorang Bapak tua yang bekerja sebagai penambal ban. Di lahan sempit antara kali dan bahu jalan, beliau mendirikan bangunan kecil sederhana tempat beliau bekerja.

Ditemani kompressor lusuh dan sebuah bak hitam berisi air keruh, beliau selalu tampak sibuk dengan pekerjaanya: kadang memambal ban, kadang hanya menambah angin.

Lalu, kenapa tentang beliau ini saya tulis untuk saya share dan berharap dibaca orang ?

Suatu ketika, sepulang dari bepergian, saya mampiri beliau untuk nambah angin. Melihat kompressornya yang ukuran besar, saya yakin beliau juga melayani roda empat.

"Angin, Pak", kata saya setelah meminggirkan mobil. Beliau merespon dengan gelengan kepala. "Lo, kompressornya rusak?", tanya saya heran. "Ngak, Mas. Tapi gak enak ngalangi jalan", kata beliau menjelaskan.

Dengan rasa heran saya kembali ke belakang kemudi. Sekilas sempat saya amati ruas jalan yang terambil body mobil saya: hanya sekitar 50cm. Sekali lagi, hanya 50 an senti. Dan lagi, bahu jalannya tidak bergaris. Artinya, boleh berhenti disitu.

Sayapun pergi dengan membawa kesimpulan betapa anehnya Bapak tua itu. Aneh, karena di lain waktu betapa seringnya saya mendapati mobil yang berhenti atau bahkan diparkir dengan seluruh body mobil berada di ruas jalan yang bahunya bergaris.

Pengguna jalan yang lain kemudian menggerutu karena jalannya terhambat dan harus bergantian melewati ruas jalan yang tinggal separuh.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN