Siapa Sangka Revolusi Politik Prancis Berawal dari Kedai Kopi, Bagaimana Sekarang?

 
Siapa Sangka Revolusi Politik Prancis Berawal dari Kedai Kopi, Bagaimana Sekarang?

LADUNI.ID, Jakarta - Pada awal abad ke-18, seorang Italia bernama Francesco Procopio Dei Coltelli membuka sebuah kedai kopi bernama Le Procope di Paris. Siapa sangka, revolusi Prancis yang termahsyur itu berawal dari obrolan-obrolan di cafe ini.

Procope menjadi tempat untuk berbagi informasi hingga dikenal sebagai tempat untuk pencerahan karena kalangan intelektual pun berkumpul di tempat ini. Beberapa seniman dan intelektual Paris seperti JJ Rousseau, Diderot, Voltaire, dan Pirot, menjadi pelanggan setia.

Diskusi di Le Procope makin panas karena mulai membicarakan soal pemisahan kekuasaan dalam negara. Hal ini terkait dengan perkembangan di Paris yang rakyatnya mulai mengkritik kekuasaan absolut raja.

Umum bagi kita memaknai politik hanyalah sebatas kontestasi partai politik berebut kursi di parlemen hingga orang-orang yang rebutan kursi eksekutif, Presiden, Gubernur atau walikota. Dan kita terlena dengan mitos bahwa berpolitik hanyalah sebatas mencoblos pada pemilu, atau kalau mau full time, menjadi kader partai politik tertentu.

Padahal politik sejatinya bukan hanya soal itu.

Di negara dengan asas demokrasi seperti ini, semua orang selalu punya kepentingannya masing-masing, baik individu ataupun kelompok. Mereka semua bebas menyuarakan kepentingan-kepentingan itu. Misalnya, penting bagi seorang seniman untuk punya kejelasan hukum tentang hak cipta, atau penting bagi seorang penganut adat untuk dijamin kemerdekaannya dalam beribadah.

Jutaan kepentingan dari masing-masing kelompok bisa saja bentrok satu sama lain. Untuk membuat kepentingan tersebut menjadi sebuah regulasi hingga undang-undang yang bisa diterapkan di seluruh negeri, di situlah peran politik. 

Memang, gedung parlemen adalah tempat yg paling proporsional untuk menyuarakannya. Tetapi di era digital dan informasi seperti ini, dimana orang yg sangat jauh bisa terhubung satu sama lain dg cepat, gedung parlemen bukanlah satu-satunya tempat untuk menghimpun suara dan menyuarakan kepentingan. 

Dunia sosial media bisa menjadi Le Procope modern di mana semua orang bisa berkumpul, berdiskusi, dan saling mendukung kepentingan orang banyak, kepentingan rakyat, agar menjadi sebuah kebijakan publik yang berpihak kepada rakyat. 

Karena, kalau kalian tidak memperjuangkan kepentingan kalian sendiri, maka mereka, pengusaha kotor, pencuri uang negara, dan orang-orang culas lain yg akan memperjuangkan kepentingan mereka untuk dijadikan Undang-Undang dan regulasi yang mengatur kalian semua. (Tim Kartunesia)