Memuliakan Para Pahlawan adalah Ajaran Islam

 
Memuliakan Para Pahlawan adalah Ajaran Islam
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim, Nabi Muhammad SAW pernah mengadakan pertemuan dengan para sahabat umat Islam pada hari Jumat di suatu tempat yang sempit. Ruangan sudah penuh sesak, Nabi SAW saat itu tengah berbicara dan melihat ada beberapa orang yang baru datang. Mereka terpaksa berdiri karena tidak ada lagi ruang tempat duduk. Nabi SAW lalu menyuruh mereka yang sudah duduk agar berdiri dan mempersilakan mereka yang datang terlambat dan berdiri agar duduk dekat dengan beliau. Mereka yang disuruh berdiri protes dan menyampaikan interupsi karena merasa Rasulullah SAW telah berbuat tidak adil.

Dalam konteks ini, lalu turunlah ayat 11 Surat Al-Mujadalah. Allah SWT berfirman: 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah!” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Tahukan siapa orang-orang yang dikisahkan datang terlambat dalam majelisnya Rasulullah SAW itu? Meski terlambat tetapi mereka mendapatkan tempat duduk dekat dengan beliau, sedangkan orang-orang yang telah duduk sebelumnya, justru disuruh pindah oleh Rasulullah SAW. 

Ternyata mereka adalah para pahlawan perang Badar yang punya jasa besar dalam perjuangan menegakkan Islam. Dilihat dari kronologi Asbabun Nuzul ayat ini, maka pesan utama ayat ini tidak lain adalah tentang akhlak. Tentang bagaimana memuliakan para pahlawan yang tulus dan berjasa besar dalam berjuang di jalan Allah SWT. Mereka yang mengabaikan atau tidak peduli kepada orang-orang yang mempunyai peran penting dan jasa besar, berarti tidak berakhlak yang baik. Dan Allah SWT hanya mengangkat derajat orang-orang yang berakhlak mulia. 

Banyak ditemukan pemahaman umum, sering kali ayat ini dipahami secara tekstual dan mengabaikan kronologi sejarah turunnya, bahkan dipenggal sepotong-sepotong sehingga disimpulkan secara tidak utuh. Ayat itu dipahami hanya bahwa "Allah mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu di antara kalian," padahal sesungguhnya ayat ini menyampaikan pesan terkait akhlak atau etika sosial di dalam masyarakat dan harus tahu menghargai serta memuliakan orang-orang yang berperan pentin dan berjasa dalam perjuangan di jalan Allah. 

Lalu, siapakah mereka yang bisa dianggap berjasa besar? Menyebut di antaranya yang tak bisa dilupakan, dalam konteks ini adalah para pejuang atau pahlawan kemerdekaan RI. Begitu juga orang tua yang melahirkan kita, membesarkan, mengasuh, mendidik. Itulah sebabnya wajib memuliakan dan berbuat kepada keduanya. Lalu ada para ulama, ustadz, guru-guru yang mengajarkan kepada kita,hingga bisa tahu dan mengerti perihal membaca dan menulis, bisa mengaji, shalat dan semua masalah agama, hidup, ekonomi, dan lain-lain seperti yang kita rasakan saat ini. Merekalah yang sangat berjasa kepada kita.

Sungguh tidak berakhlak apabila tidak tahu bagaimana memuliakan mereka, apalagi sampai menafikan dan memandang sebelah mata. Merekalah para pahlawan yang seharusnya kita hargai dan muliakan, walaupun mereka tidak pernah meminta hal itu. Begitu juga para pahlawan kita yang telah berjasa besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kita tidak boleh melupakan mereka. Setidaknya, menyempatkan waktu selalu mengirimkan doa kepada mereka. Semoga Allah SWT memuliakan orang-orang yang telah berjasa besar untuk kebaikan bangsa dan negara Indonesia, dan seluruh umat Islam secara umum. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 18 Februari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Dr. Wajidi Sayadi (Dosen IAIN Pontianak)

Editor: Hakim