Memakan Sisa Makanan Orang lain Kelak tidak Dihisap

 
Memakan Sisa Makanan Orang lain Kelak tidak Dihisap

LADUNI.ID, Jakarta - Golongan yang dirindukan surga, golongan tersebut adalah mereka yang senantiasa melakukan amal saleh dan kebaikan dalam kehidupan dunia. Sebagai balasannya, Allah akan memberikan surga dan terbebas dari api neraka. Seorang muslim yang memberi makan kepada orang yang kelaparan. Allah akan memberikan balasan sekecil apa pun kepada hamba-Nya yang telah melakukan kebaikan.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, artinya:
“Siapa pun mukmin memberikan makan mukmin yang kelaparan, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya makanan dari buah-buahan surga. Siapa pun mukmin yang memberi minum mukmin yang kehausan, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya minum dari minuman surga. Siapapun mukmin yang memberikan pakaian mukmin lainnya supaya tidak telanjang, pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya pakaian dari perhiasan surga.” (HR. Tirmidzi).

Diriwayatkan dari sebagian ulama' khurosan bahwa beliau menyuguhkan makanan yang banyak sekali kepada kawannya, yang tidak akan mampu untuk menghabiskannya, dan beliau berkata : "Telah sampai kepadaku dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda : "Sesungguhnya para kawan ketika mengangkat tangan-tangan mereka dari makanan, maka orang yang memakan sisa dari makanan tersebut tidak dihisab". Jadi, aku suka memperbanyak suguhan kepada kalian agar aku bisa memakan sisa dari makanan tersebut. 

Hadis dari Nabi SAW bersabda : "Malaikat senantiasa bersholawat kepada salah seorang di antara kalian selama suguhan makanan masih diletakkan di hadapannya hingga diangkat "

Dalam sebuah khobar : " Seorang hamba tidaklah dihisab atas makanan yang dimakannya bersama kawannya"
Sebagian ulama' dulu memperbanyak makan ketika bersama banyak orang karena hal itu, dan mempersdikit makan ketika sendirian. Dalam sebuah khobar : "Tiga hal tidaklah dihisab atas seorang hamba, makanan sahur, makanan berbuka dan makanan yang dimakan bersama kawan ". Kawan di situ adalah kawan yang sudah seperti / dianggap sebagai saudara, misalnya sahabat dekat.

Pada prinsipnya semua perbuatan manusia, semua rizqi yang Allah berikan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah walau kamitsli dzarroh (sebesar biji zaroh).

Bahasa dalam ibarat di atas sebetulnya lebih ke Adab dan tashawuf, daripada bahasa hukum, sehingga lebih tepat sebagai dasar fadhai'ilul a'mal saja, karena merujuk pada beberapa ayat dan hadis tentang mizanul 'amal tidak ada pengecualian dalam hisab. Wallohu a'lam. 

Keterangan, dalam kitab:- Kitab ihya' ulumuddin (2/8-9) :

تَقْدِيمُ الطَّعَامِ إِلَى الْإِخْوَانِ فِيهِ فَضْلٌ كَثِيرٌ

قال جعفر بن محمد رضي الله عنهما إذا قعدتم مع الإخوان على المائدة فأطيلوا الجلوس فإنها ساعة لا تحسب عليكم من أعماركم  وقال الحسن رحمه الله كل نفقة ينفقها الرجل على نفسه وأبويه فمن دونهم يحاسب عليها البتة إلا نفقة الرجل على إخوانه في الطعام فإن الله يستحي أن يسأل عن ذلك  هذا مع ما ورد من الأخبار في الإطعام قال صلى الله عليه وسلم لا تزال الملائكة تصلي على أحدكم ما دامت مائدته موضوعة بين يديه حتى ترفع

وروي عن بعض علماء خراسان أنه كان يقدم إلى إخوانه طعاماً كثيراً لا يقدرون على أكل جميعه وكان يقول بلغنا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنه قال إن الإخوان إذا رفعوا أيديهم عن الطعام لم يحاسب من أكل فضل ذلك  فأنا أحب أن أستكثر مما أقدمه إليكم لنأكل فضل ذلك

وفي الخبر لا يحاسب العبد على ما يأكله مع إخوانه  وكان بعضهم يكثر الأكل مع الجماعة لذلك ويقلل إذا أكل وحده وفي الخبر ثلاثة لا يحاسب عليها العبد أكلة السحور وما أفطر عليه وما أكل مع الإخوان

ADAB MAKAN
Dinukil dari catatan kaki kitab Fatawa Imam Nawawi

  1. Memulai makan dengan membaca basmallah secara keras agar mengingatkan orang dewasa dan mengajari anak kecil serta menjauhkan syetan dari ikut makan.
  2. Makan dengan tangan kanan bertujuan utk menyelisihi syetan,karena syetan itu makan dengan tangan kiri, memberi dengan tangan kiri dan mengambil dengan tangan kiri.
  3. Memperkecil suapan dan memperbagus kunyahan, serta tidak mengambil suapan kedua sebelum menelan suapan yg pertama karena ini termasuk ketergesa gesaan yang tercela.
  4. Tidak mencela dan tidak memuji makanan karena mencela makanan termasuk penghinaan terhadap nikmat dan kufur nikmat, sedangkan memuji makanan menunjukkan kecintaan dan ketergantungan kepadanya.
  5. Memakan yang ada di depannya saja kecuali buah2an, atau ketika makannya bermacam macam.
  6. Tidak meletakkan cawan atau gelas diatas roti kecuali lauk yg dimakannya, dan tidak mengusapkan tangannya pada roti.
  7.  Ketika suapannya jatuh maka ambillah dan buang kotorannya, kemudian makanlah jangan ditinggalkan utk syetan.
  8. Jangan meniup makanan yg panas tetapi bersabarlah hingga mudah memakannya.
  9. Jangan memperbanyak minum ditengah2 makan kecuali ketika tersedak atau benar benar haus, ini dianjurkan dalam kedokteran.
  10. Jangan makan sendirian karena ini menunjukkan keserakahan, sebaik2 makanan adalah yang banyak tangannya.
  11. Niatnya makan adalah supaya kuat terhadap ketaatan kpd Allah agar mendapat pahala dari hal itu, berhati hatilah dari beniat meraih kenikmatan , maka cukuplah itu sebagai kelakuan orang2 yg lupa yg terfitnah oleh syahwatnya perut.
  12. Jangan memulai makan terlebih dahulu ketika bersamanya ada orang lain yg berhak untuk didahulukan misalnya guru, ortu atau orang yang umurnya lebih tua.
  13. Jangan melihat kepada temannya dan meneliti cara makannya karena bisa membuatnya malu, tetapi tutuplah penglihatanmu dari mereka.
  14. Mengalah kepada yg lainnya dengan makanan yang baik2 karena hal itu bisa menarik rasa kecintaan dan kenyamanan. Dan untuk keterangan yang lebih lanjut silahkan rujuk kitab Ihya’ Ulumuddin Karya Imam Al Gazzali.

 

Sumber :

  1. Kitab Ihya’ Ulumuddin
  2. kitab Fatawa Imam Nawawi

Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal 28 Februari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan