Hukum Wanita Haid Melakukan Sujud Syukur

 
Hukum Wanita Haid Melakukan Sujud Syukur
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sujud syukur adalah salah satu bentuk ibadah dalam agama Islam yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat atau karunia yang diterima. Namun, dalam konteks wanita yang sedang mengalami menstruasi atau haid, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai kebolehan melakukan sujud syukur. 

Sebagian ulama berpendapat bahwa wanita yang sedang haid atau menstruasi diperbolehkan untuk melakukan sujud syukur. Mereka berargumen bahwa sujud syukur adalah bentuk ungkapan syukur yang disyariatkan oleh agama Islam, dan haid atau menstruasi tidak membatalkan kemampuan seseorang untuk bersyukur kepada Allah SWT.

Namun, pendapat lain menyatakan bahwa wanita yang sedang haid atau menstruasi tidak boleh melakukan sujud syukur. Mereka mengutip hadis yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah melarang wanita yang sedang haid atau nifas untuk melakukan sujud dalam shalat. Sebagai konsekuensinya, mereka berpendapat bahwa larangan ini juga berlaku dalam konteks sujud syukur.

Meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, sebagian besar ulama menyatakan bahwa sebaiknya wanita yang sedang haid atau menstruasi menunda sujud syukur hingga masa haidnya berakhir. Mereka berargumen bahwa menunda sujud syukur hingga masa haid berakhir adalah tindakan yang lebih baik dalam rangka menghormati ibadah tersebut.

Dalam praktiknya, keputusan untuk melakukan sujud syukur saat sedang haid atau menstruasi menjadi kewenangan individu berdasarkan pemahaman dan pengetahuan agama yang dimilikinya. Wanita yang menghadapi situasi ini disarankan untuk berkonsultasi dengan ulama atau cendekiawan agama agar mendapatkan pandangan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan ajaran Islam.

Namun di sisi lain, sebagian ulama menganggap sujud syukur adalah sujud yang di lakukan di luar shalat karena ada beberapa sebab. Sujud ini hukumnya adalah sunah. Berikut ini beberapa sebab di sunahkannya melakukan sujud syukur:

1. Mendapatkan nikmat yang tidak di sangka sebelumnya, baik nikmat pada dirinya sendiri, kerabat, teman atau umat Islam secara umum. Maka tidak sunah karena mendapat nikmat yang terus menerus seperti nikmat islam.

2. Terhindar dari bencana atau musibah yang tidak diduga-duga sebelumnya seperti selamat dari tertimpa bangunan yang roboh akibat gempa atau selamat dari tenggelamnya kapal.

3. Ketika melihat orang lain melakukan kemaksiatan sebagai rasa syukur bahwa dirinya tidak melakukannya.

Adapun cara melakukan sujud syukur yaitu dilakukan di luar shalat dengan satu kali sujud disyaratkan dalam keadaan suci menutupi aurat dan menghadap kiblat.

Niat sujud syukur:

نَوَيْتُ سُجُوْدَ الشُّكْرِ سُنَةَ للهِ تَعَالَى

Bacaan sujud syukur sebagai berikut:

سَجَدَ وَجْهِِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ فَتَبَا رَكَ اللهُ اَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ.


Apabila terdapat hal-hal yang mensunahkan sujud syukur sementara dia tidak dalam kondisi suci di sunahkan membaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ للهُ وَاللهُ اَكْبَرَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ اْلعَظِيْمِ 4×

Fokus: Saat Haid, untuk bersyukur, cukup mengucapkan:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ للهُ وَاللهُ اَكْبَرَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ اْلعَظِيْمِ 4×

Syarat-syarat sujud syukur sama seperti syarat-syarat sujud di dalam shalat, seperti harus suci, menutup aurat, dan menghadap kiblat. Jadi wanita haid tidak boleh melakukan sujud sukur, lihat kitab Mahali juz 1 halaman 237:
 

ومن سجد خارج الصلاة) أي أراد السجود (نوى) سجدة التلاوة (وكبر للإحرام) بها (رافعا يديه) كالرفع لتكبيرة الإحرام (ثم) كبر (للهوي بلا رفع) ليديه (وسجد) سجدة (كسجدة الصلاة ورفع) رأسه (مكبرا) وجلس (وسلم) من غير تشهد كتسليم الصلاة (وتكبيرة الإحرام شرط على الصحيح، وكذا السلام في الأظهر) أي لا بد منهما وتشترط النية أيضا، وقيل: لا. ومدرك الخلاف في هذه الثلاثة أن السجدة تلحق بالصلاة أو لا تلحق بها، ولا يستحب التشهد في الأصح. (وتشترط شروط الصلاة) قطعا كالطهارة والستر والاستقبال

Fokus:

(وتشترط شروط الصلاة) قطعا كالطهارة والستر والاستقبال

Apa bila tidak memungkinkan sujud karena ada kesibukan atau lainnya maka di anjurkan baca tasbih 4 kali. Sebagai pengganti sujud tilawah.

كتاب نهاية الزين ص :88

فَإِن لم يتَمَكَّن من فعلهَا لشغل قَالَ أَربع مَرَّات سُبْحَانَ الله وَالْحَمْد لله وَلَا إِلَه إِلَّا الله وَالله أكبر وَلَا حول وَلَا قُوَّة إِلَّا بِاللَّه الْعلي الْعَظِيم

ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ - ﻣﺤﻴﻰ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ - ﺝ - ٢ ﺍﻟﺼﻔﺤﺔ ٣٥٣:

ﻓﺮﻉ : ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ: ﻭﻓﻰ ﻣﻌﻨﻰ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺳﺠﻮﺩ ﺍﻟﺘﻼﻭﺓ ﻭﺍﻟﺸﻜﺮ ﻓﻴﺤﺮﻣﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﺎﺋﺾ ﻭﺍﻟﻨﻔﺴﺎﺀ ﻛﻤﺎ ﺗﺤﺮﻡ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﻷﻥ ﺍﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﺷﺮﻁ.


Cabang: Sahabat kami (Syafi'iyah) berkata: Seperti dengan shalat ialah sujud tilawah dan sujud syukur, maka haram dikerjakan oleh yang sedang haid dan nifas sebagaimana keharaman melakukan shalat janazah karena suci merupakan syarat.

ﺍﻹﻗﻨﺎﻉ ﻓﻲ ﺣﻞ ﺃﻟﻔﺎﻅ ﺃﺑﻲ ﺷﺠﺎﻉ - ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺃﺣﻤﺪ ﺍﻟﺸﺮﺑﻴﻨﻲ - ﺝ - ١ ﺍﻟﺼﻔﺤﺔ ٩١ :

ﻓﻲ ﻣﺎ ﻳﺤﺮﻡ ﺑﺎﻟﺤﻴﺾ ﻭﺍﻟﻨﻔﺎﺱ ﺛﻢ ﺷﺮﻉ ﻓﻲ ﺃﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﺤﻴﺾ ﻓﻘﺎﻝ: ﻭﻳﺤﺮﻡ ﺍﻟﺤﻴﺾ ﻭﻟﻮ ﺃﻗﻠﻪ ﺛﻤﺎﻧﻴﺔ ﺃﺷﻴﺎﺀ: ﺍﻷﻭﻝ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﺮﺿﻬﺎ ﻭﻧﻔﻠﻬﺎ، ﻭﻛﺬﺍ ﺳﺠﺪﺓ ﺍﻟﺘﻼﻭﺓ ﻭﺍﻟﺸﻜﺮ. ﺍﻧﺘﻬﻰ

Penjelasan tentang sesuatu yang haram sebab haid dan nifas, kemudian pengarang memulainya dengan hukum-hukum terkait haid, lalu berkata: Ada delapan perkara yang haram untuk haid meskipun dalam usia minimalnya. Yang pertama adalah shalat, baik fardhu ataupun sunnah, demikian juga sujud tilawah dan syukur. 

Orang haid haram melakukan sujud syukur, lihat kitab Al-Bajuri juz1/113-114:

Haram sebab hadas, sebagaimana orang berhadas haram shalat, sujud tilawah, sujud syukur, khutbah Jumat, shalat janazah, tawaf, membawa mushaf, dan lain-lain. Lihat Minhajul Qowim:

فصل: فيما يحرم بالحدث  والمراد به الأصغر عند الإطلاق. "ويحرم بالحدث الصلاة" إجماعًا "ونحوها" كسجدة تلاوة وشكر وخطبة جمعة وصلاة جنازة. "والطواف", ولو نفلا لأنه صلاة كما في الحديث4 "وحمل المصحف ومس ورقه وحواشيه وجلده" المتصل به لا المنفصل عنه، وإنما حرم الاستنجاء به وإن انفصل لأنه أفحش وجلده وخريطته وعلاقته وصندوقه وما كتب لدرس قرآن ولو بخرقة، ويحل حمله في أمتعة لا بقصده وفي تفسير أكثر منه وقلب ورقه بعود، ولا يمنع الصبي المميز من حمله ومسه للدراسة، ومن تيقن الطهارة وشك في الحدث أو تيقن الحدث وشك في الطهارة بني على يقينه

Sebab hadas besar haram melakukan perkara yang diharamkan karena sebab hadas kecil, lihat Minhajul Qowim pada fasal mujibul ghusli:

"ويحرم بالجنابة ما يحرم بالحدث" وقد مر "ومكث" المسلم "في المسجد" ورحبته وهوائه وجناح بجداره وإن كان كله في هواء الشارع وبقعة وقف بعضها مسجدًا شائعًا لقوله صلى الله عليه وسلم: "لا أحل المسجد لحائض ولا جنب" 1 حسنه ابن القطان 2. "وتردد فيه" أو في نحوه مما ذكر لأنه يشبه المكث بخلاف العبور، نعم هو خلاف الأولى إلا لعذر كقرب ومحل حرمة المكث والتردد إذا كانا "لغير العذر" فإن كانا لعذر كأن احتلم فأغلق عليه باب المسجد أو خاف من الخروج على تلف نحو مال جاز له المكث للضرورة ويجب عليه التيمم ويحرم بتراب المسجد وهو الداخل في وقفه، أما الكافر فلا يمنع من المكث فيه لأنه لا يعتقد حرمته. "و" يحرم على المسلم أيضًا "قراءة القرآن" بلسانه ولو لحرف منه "بقصد القراءة" وحدها أو مع غيرها لقوله صلى الله عليه وسلم: "لا يقرأ الجنب ولا الحائض شيئًا من القرآن" 3، حسنه المنذري4 أما إذا لم يقصدها بأن قصد ذكره أو موعظته أو حكمه كالبسملة أو أطلق فلا يحرم لأنه لا يكون قرآنًا إلا بالقصد، نعم يجب قراءة الفاتحة في صلاة جنب فقد الطهورين لضرورة توقف صحة الصلاة عليها.

Wallahu A'lam. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 22 Maret 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
__________________
Editor: Kholaf Al Muntadar