Menjemput Keberkahan Menziarahi Syekh Abdul Wahab Rokan Bersama Al-Mursyid

 
Menjemput Keberkahan Menziarahi Syekh Abdul Wahab Rokan Bersama Al-Mursyid


LADUNI. ID, HIKMAH-Perjalanan yang jauh memang sangat melelahkan namun rangkaian dalam besutan nawaitu ibadah kelelehan itu hanya laksana debu yang beterbangan. Itulah sekelumit inspirasi terukir dari wajah yang menziarahi komplek perkampungan relegius Pesantren Babussalam bertempat di Desa Besilam Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Pesantren tersebut didirikan oleh Syekh Abdul Wahab Rokan sosok ulama kharismatik dan pelopor tarekat Naqsyabandiah yang hijrah ke kawasan Langkat. Ayah beliau bernama Abdul Manaf bin Muhammad Yasin bin Tuanku Abdullah Tambusai, seorang ulama terkemuka di kampungnya.

Sedangkan buyutnya bernama Tuanku Tambusai, ulama dan pejuang yang masih keturunan keluarga Kerajaan Islam Siak Seri Inderapura. Ibunya bernama Arbaiyah binti Dagi yang masih keturunan Kesultanan Langkat, Sumatera Utara. 

Tuan Syekh Abdul Wahab pertama kali mendapat pendidikan Quran langsung dari ayahnya. Setelah ayahnya wafat, ia belajar kepada Tuanku Muhammad Shaleh Tambusai dan Tuanku Haji Abdul Halim Tambusai dan Syekh Muhammad Yusuf di Semenanjung Melayu selama dua tahun.

Pada tahun 1863, ia menunaikan ibadah haji ke Mekkah dan memperdalam ilmu keislaman selama enam tahun (1863-1869). Di antara guru-gurunya di Mekkah yaitu Syekh Saidi Syarif Dahlan (mufti mazhab Syafi'i). Syekh Hasbullah (ulama Indonesia yang mengajar di Masjidil Haram). Syekh Muhammad Yunus Abdurrahman Batu Bara (ulama Indonesia asal tanah Batak) dan Syekh Sulaiman Zuhdi di Jabal Abu Qubais, Mekkah.

Syekh Sulaiman Zuhdi inilah yang kemudian memberi ijazah (pegesahan) dan membaiat Syekh Abdul Wahab untuk menyiarkan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di tanah kelahirannya. Ia menyebarkan tarekatnya tidak hanya di kampungnya saja, namun meliputi wilayah Riau, Tapanuli Selatan, Sumatera Timur, bahkan sampai ke Semenanjung Melayu. 

Terkait asal-usul Kampung Besilam Langkat ini bermula ketika Syeikh Abdul Wahab mendapatkan wakaf sebidang tanah dari Sultan Langkat pada tahun 1879. Pada tahun 1883, Syekh Abdul Wahab beserta para santrinya kemudian membangun sebuah perkampungan baru di Langkat lengkap dengan masjid dan pesantren. 

Perkampungan itu semakin berkembang dan diberilah nama Kampung Babussalam yang berarti pintu keselamatan. Masyarakat umum sering menyebutnya Bassilam atau Besilam. 

Kampung Basilam atau Babussalam ini dibangun Syekh Abdul Wahab pada 1811-1926. Demikian pula nama pesantren dan masjidnya serta kegiatan tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang dipimpin Syeikh Abdul Wahab yang kemudian dikenal dengan sebutan Suluk Bassilam. 

Sebagai seorang ulama sufi, Syekh Abdul Wahab Rokan cukup dikeramatkan penduduk setempat. Sejumlah cerita keramat tentang beliau cukup populer di kalangan masyarakat Langkat. 

Saat menapakkan kaki di kompleks religius sangat terasa auranya, para jamaah terlihat dengan baju jubah putih dan peci putih yang meruncing ke atas sebagai pakaian khas yang sering dipakai Syekh Abdul Wahab Rokan juga para pimpinan pesantren tersebut yang turun menurun hingga kini barusa saja selesai melaksanakan ibadah rutinitas tawajuh.

Saat ini Pesantren yang melakukan suluk saban hari itu kini dipimpin Mursyid Syekh Hasyim Al-Syarwani, Tuan Guru Babussalam Ke-X, Cucu Syekh Abdul Wahab Rokan. Maqam leluhur dan juga Syekh Abdul Wahab Rokan terletak ditengah komplek tersebut, setiap harinya selalu ada penziarah dari berbagai daerah.

Perkampungan religius tersebut juga perekonomian yang hidup dengan dijual berbagai jenis baik sovenir, peci khas Syekh Abdul Wahab Rokan, juga jenis kuliner,  buku tentang tarekat dan Syekh Abdul Wahab Rokan serta lainnya. Tentunya dengan dijadikan komplek Babussalam sebagai destinasi relegi mempunyai nilai spesifik tersendiri.

Beranjak dari itu destinasi rohani menziarahi ulama dan maqam ulama setidaknya kita telah meretas kembali jiwa dan rohaniah kita menghubungi melewati sekat dan dimensi waktu dengan harapan seberkas keberkahan menghampiri kita 

***Helmi Abu Bakar el-Langkawi, Penikmat Sejarah dan Kopi BMW Cek Pen Lamkawe