Kisah Habib Munzir Doakan Mantan Preman Pecandu Narkotika

 
Kisah Habib Munzir Doakan Mantan Preman Pecandu Narkotika

LADUNI.ID, Sekitar tahun 2000, ketika Jamaah Majelis Rasulullah SAW. masih berjumlah ratusan orang saja, saya dapat kabar bahwa ada suatu tempat di jakarta ini (saya tak sebut tempatnya sebab kejadian nyata ini masyhur disana). Disana wafat seorang preman dan pengguna narkoba, ia dibenci masyarakat, lalu ketika ia sakit, karena overdosis narkotika, ia menangis di pangkuan ibunya, dan mencium kaki ibunya seraya meminta ridho, dan berkata jika ia sembuh, ia ingin shalat, ingin tobat dan taat, ibunyapun ridho padanya, dan iapun wafat beberapa saat kemudian.

Namun masyarakat  tetap memandangnya sebagai penjahat, ia ditolak dimakamkan di pemakaman muslim kampungnya. Para Ustadz menolak menyalatkan jenazahnya, dan jenazahnya tak boleh dishalatkan di masjid.

Akhirnya dishalatkan dirumahnya, kemudian dikuburkan disamping rumahnya yang kumuh, dan tidak ada yang mengajikannya karena ayahnya tak sanggup membayar PAKET TAHLIL, maka ayahnya saja yang mengaji dan beberapa kerabat, sisanya teman-temannya berkumpul para pemakai narkoba dan anak jalanan, tanpa berbuat apa-apa.

Ketika mendengar hal itu saya kaget, dan segera mengerahkan Jamaah untuk kesana, padahal sudah larut malam, ketika tiba maka ayahnya yang taraf hidupnya sangat susah, menangis memeluk saya, namun karena polosnya ia melarang saya masuk rumah, ia katakan "cukup doa  dari luar saja pak habib, tidak perlu masuk"

Saya katakan "kenapa?", ia jawab sambil menunduk "saya malu, saya tak punya uang untuk mengamplopi Ustadz, apalagi Habib yang mau doa tahlil, saya malu, maka cukup sampai didepan rumah saja agar tidak merepotkan".

Dada saya serasa ingin pecah mendengar ucapan  itu, saya cuma tersenyum, dan berkata, saya sudah anggap ini rumah sendiri pak, saya langsung menerobos.

Saya masuk bersama jamaah, kemudian kita membaca tahlil, dan saya menyampaikan nasihat kepada anak-anak jalanan teman almarhum, mereka semua tersentuh dan bertobat, 30 orang pemuda malam itu bertobat dan menjadi murid saya, karena saya jelaskan bahwa almarhum ini wafat dalam kebaikan dan husnul khatimah, karena ia sudah tobat, sudah minta ampun pada ibunya dan ridho ibunya, dan sudah bertekad jika sembuh akan shalat dll, maka ia dimaafkan Allah tentunya karena belum bisa melakukan shalat dll, dengan keadaan lemah setengah sadar dalam keadaan overdosis tersebut.

Dan saya tempatkan beberapa jamaah dirumah itu untuk terus mengaji dengan konsumsi dari kita tanpa memberatkan tuan rumah hingga tiga hari secara bergantian.

Bapak itu takjub dan sangat senang, dan rumah bapak itu menjadi cabang majelis berkala saya saat itu, jamaah pemuda-pemudi semakin banyak, dan mencapai ratusan, dan bapak itu hingga kini masih sering hadir di majelis-majelis kita,  sering juga bantu-bantu dirumah, dan kini berkat kejadian itu, wilayah kalimalang semakin meluas, dan kini sudah hampir seluruh jakarta timur dan bekasi sudah ada cabang Majelis Rasulullah SAW. jumlah jamaah Majelis Rasulullah SAW. di wilayah Jakarta timur mencapai 400 ribuan, dan wilayah bekasi kisaran 150 ribu jamaah pria dan wanita.

Dari kejadian itu, saya prihatin pada sebagian kecil uUama dan Ustadz. Padahal selama wafat dalam keadaan muslim, tidak bisa dilarang dishalatkan di masjid dan dilarang dimakamkan di makam muslim kampungnya subhanallah..

Kekerasan dan ketegasan yang kelewatan ini akan membuat tumbuhnya generasi pemakai narkoba semakin pesat, kenapa?, karena dijauhi oleh ulama, maka mereka tidak mendapat kedekatan dengan ilmu dan keluhuran. Wallahu a’lam