Dakwah UAS Belum Sesuai Ajaran Nabi

 
Dakwah UAS Belum Sesuai Ajaran Nabi

LADUNI.ID, Jakarta - Dakwah UAS Belum Sesuai Ajaran Nabi.

Oleh: Syarif Cakhyono (NU Jaktim)

Begitu viralnya video ustadz Abdul Somad atau UAS tentang pernyataannya mengenai persoalan SALIB. UAS yang nampak pada video itu sedang menjawab atas pertanyaan jamaah tentang, 'Suka mengigil-gemetar ketika melihat Salib,' bisa menjadi penyebab keresahan masyarakat.

Nampak, jawaban UAS pun terkesan mengolok-olok, hingga agama yang begitu sakral yang mengatur tatanan hubungan manusia dengan Tuhannya, dan mengatur hubungan antar sesama umat manusia, mengatur sendi-sendi kehidupan terasa sirna. Jawaban UAS pun serasa bias hingga seolah menjadi bahan lawakan.

Dalam hal ini, dakwah UAS juga bisa jadi menyinggung perasaan umat kristiani. Sebab UAS menyebut bangsa Jin dst... telah menempel pada simbol Salib.

Selain itu, jawaban UAS tersebut juga bisa jadi memicu keresahan saudara sebangsa dan setanah air, yakni bangsa Indonesia yang beragam akan agama, suku dan bahasa.

Berdakwah itu sejatinya mengajak orang lain dengan lemah lembut, memberikan nasehat dengan cara yang baik atau lebih baik lagi memberikan uswah hasanah, contoh yang baik.

Sebagai pendakwah sudah semestinya turut mengajak pada kedamaian, bukan menanamkan kebencian. Bila pendakwah mengajarkan hasut dan permusuhan bisa jadi lebih tepat dinamakan provokator.

Karena dakwah dengan cara lemah lembut, ucapan yang baik dan uswah hasanah bisa mudah diterima, dibandingkan dengan dakwah dengan cara kekerasan, memaksa apalagi sampai timbul radikalisme. Allah swt memerintahkan hal itu, maka sebagai umat muslim apalagi pendakwah sudah sepantasnya melaksanakan perintah Tuhannya.

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah  dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An Nahl: 125).

Disisi yang lain, dakwah dengan mengolok-olok, menghina atau dengan cara kekerasan bisa menimbulkan permusuhan. Maka sudah menjadi kewajiban bagi pendakwah hal yang demikian, alangkah baiknya dihindari. Sebagai pendakwah mesti sejalan dengan Al-Qur'an bukan malah sebaliknya. Lihat surat Al-An'am:108,

وَلا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (١٠٨

"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS AL An'am:108)

Bahkan manusia mulia, pamungkas para Nabi, imamnya para rasul, putera Abdullah bin Abdul Muththalib, kanjeng Nabi Muhammad saw, menggambarkan perilaku orang tercermin dari apa yang ia lakukan.

Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا كَانَ الرِّفْقُ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ عُزِلَ عَنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

“Tidaklah kelembutan terdapat pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya. Dan tidaklah kelembutan itu lepas melainkan ia akan menjelekkannya.” (HR. Ahmad, sanad shahih).

Maka sebagai penutup tulisan singkat ini. Berdakwah lah dengan santun, bijak dan kedepankan akhlak. Rasulullah sendiri pernah mengatakan, "innama buitstu liutammima makaarimal akhlak atau ia diperintahkan untuk memperbaiki akhlak umat manusia" bukan mencemooh apalagi menghina.

"Akhlak (Adab) itu berada di atas Ilmu. Orang yang berakhlak itu lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan orang yang berilmu."

Wallahu 'alam...