Biografi Tuan Guru Haji (TGH) Muchammad Soleh Hambali (Tuan Guru Bengkel)

 
Biografi Tuan Guru Haji (TGH) Muchammad Soleh Hambali (Tuan Guru Bengkel)

Daftar Isi Profil Tuan Guru Haji (TGH) Muchammad Soleh Hambali (Tuan Guru Bengkel)

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. Wasiat
  4. Keluarga
  5. Pendidikan
  6. Guru-Guru
  7. Metode Pemikiran Tuan Guru Bengkel
  8. Karya-Karya

 

Kelahiran

Tuan Guru Haji (TGH) Muchammad Soleh Hambali atau yang kerap disapa dengan panggilan akrab Tuan Guru Bengkel lahir pada waktu Isya’, hari Jum‘at, pada tanggal 7 Ramadhan 1313 H, bertepatan dengan tanggal 21 Februari 1896 M di Desa Bengkel, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat. Beliau merupakan putra terakhir dari pasangan Hambali bin Gore dengan Rahimah (alias Inak Fatimah).

Tuan Guru Bengkel merupakan keturunan Raja Selaparang dan mempunyai enam saudara, yaitu Abu Bakar (alias Amak Gendeng), Qabul Ilyas (alias Amak Amsiah), Daimah (alias Inak Syamsiah), Hj. Khadijah (alias Inak Muhsin), Balok Kejuk (alias Inak Abdurrahman), dan Putraseh (alias Inak Rukaiyah).

Tapi sayangnya, sejak dalam kandungan Tuan Guru Bengkel harus ditinggal oleh ayah. Dan karena pula, dua hari setelah beliau lahir, beliau diberi nama Muchammad Soleh oleh salah satu tokoh agama di Desa Bengkel yang bernama Haji Ali.

Wafat

Tuan Guru Bengkel dipanggil ke hadirat Allah SWT pada hari Sabtu (hari setelah hari Jum’at ia dilahirkan) tanggal 7 September 1968 M bertepatan dengan tanggal 13 Jumada al-Akhirah 1388 H.

Pada jam 17.00, jenazah Tuan Guru Bengkel dimakamkan tepatnya di depan Masjid Jami’ M. Shaleh Hambali yang sekarang. Bertindak sebagai pembaca talqīn adalah TGH. Ibrahim Khalidi, Kediri, Lombok Barat, Pimpinan Ponpes Islahuddin dan yang menyampaikan kata-kata Ta’ziah adalah TGH. Abhar Pagutan Lombok Barat.

Wasiat

Tuan Guru Bengkel menulis sebuah wasiat 18 hari sebelum ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Wasiatnya ini ditulis oleh TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin. Dalam awal wasiatnya, tertulis dengan jelas “…barangkali inilah pertemuan yang terakhir antara saya dan kamu sekalian….” Berikut wasiat lengkapnya:

As-salām ‘alaikum wa raḥmah Allāh wa barakātuh

Al-ḥamd li Allāh Rabb al-‘ālamīn wa aṣ-ṣalāh wa as-salām ‘alā asyraf al-mursalīn wa ‘alā ālih wa aṣhabih ajma‘īn, ammā ba‘d.

Syukur alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah Subḥānah Wa Ta‘ālā bahwa pertemuan ini dapat kita langsungkan pada hari ini, barangkali inilah pertemuan yang terakhir antara saya dan kamu sekalian. Oleh karena itu saya amanatkan sebagai berikut:

  • Amalkan segala pelajaran dan petunjuk yang kamu peroleh dari saya dan usahakan agar pengetahuanmu bertambah dengan menuntut ilmu pada ulama’ Ahl as-Sunnah wa al-Jamā‘ah;
  • Selain dari itu saya minta padamu semua agar dipelihara terus Perguruan Darul Qur’an dan usahakan supaya berkembang menjadi besar;
  • Peliharalah dan pertinggikan paham Ahl as-Sunnah wa al-Jamā‘ah dan jagalah persatuan dan kesatuan antaramu semua.

Inilah amanat saya padamu dan peliharalah baik-baik.

Keluarga

Setelah kepulangannya ke kampung halamannya pada tahun 1916 hingga wafatnya pada tahun 1968, jumlah keseluruhan istri Tuan Guru Bengkel adalah 12 orang yaitu:

  1. Hj. Aminah
  2. Hj. Amnah
  3. Sumenep
  4. Hj. Jamilah
  5. Hj. Zainab
  6. Sarijah
  7. Hj. Aisyah
  8. Hj. Maimunah
  9. Hj. Fatimah
  10. Hj. Jawahir
  11. Hj. Halimah
  12. Hj. Aminah

Ia menjalani poligami namun tidak pernah lebih dari empat orang istri, sebagian ada yang meninggal dan ada yang diceraikannya. Tuan Guru Bengkel dikarunia 8 orang anak, yaitu:

  1. Hj. Fatimatuzzahra
  2. M. Turmuzi
  3. M. Izzi
  4. M. Zaki
  5. M. Hakki
  6. Hj. Rukaiyah Mukminah
  7. Hj. Zainab Hidayah
  8. M. Tamam Shaleh

Pendidikan

Pada tahun 1903 M atau tepatnya pada tahun 1320 H ketika Tuan Guru Bengkel berumur tujuh tahun, bapak angkatnya H. Abdullah (Amak Rajab) menitipkannya mengaji al-Qur’an dan tajwid pada Bapak Ramli (alias Guru Sumbawa) di Desa Bengkel. Dinamakan Guru Sumbawa, karena ia pergi mengaji al-Qur’an pada seorang guru al-Qur’an yang ahli tajwid di Taliwang Sumbawa.

Selain itu beliau juga belajar kepada TGH. Abdul Hamid Pagutan Lombok, untuk belajar al-Qur’an, ilmu fiqih, dan ilmu agama lainnya. Lima tahun kemudian orangtua angkatnya yang telah menjadi orang kaya di Desa Bengkel berniat untuk mengajak Tuan Guru Bengkel pergi menunaikan ibadah haji.

Tradisi haji di masa lalu, ketika seorang berniat menunaikan ibadah haji, maka biasanya ia akan mukim di Tanah Suci untuk menunggu musim haji tiba sambil menuntut ilmu pada beberapa ulama yang ada di Tanah Suci, hal tersebut dikarenakan sulitnya alat transportasi untuk pergi pulang yang membutuhkan waktu yang sangat lama hingga berbulan-bulan.

Kemudian berangkatlah Tuan Guru Bengkel pada saat usianya dua belas tahun, yakni pada tahun 1908 M bertepatan dengan tahun 1325 H, ke Tanah Suci melalui Labuan Haji di Lombok Timur bersama orangtua angkatnya, yaitu Amak Rajab dan Inak Rajab. Rupanya Allah mentakdirkan lain pada ibu angkatnya, yang wafat dua hari sebelum hari tarwiyah haji pada tahun itu, tepatnya pada tanggal 6 Dzulhijjah 1325 H bertepatan dengan hari Jum’at tanggal 10 Januari 1908 M.

Pada tahun 1325 H/1908 M itulah awal mula Tuan Guru Bengkel menetap di Tanah Suci selama 9 (sembilan) tahun kurang tiga bulan setengah untuk menimba ilmu pengetahuan. Pengembaraan ilmunya mengantarkannya hingga sampai di Madinah. Kebanyakan masa belajarnya dihabiskan di Makkah al-Mukarramah, baik di Masjid al-Haram maupun di rumah-rumah gurunya.

Guru-gurunya tidak hanya yang berasal dari Makkah saja, namun dari negeri India sampai dari daerah Tanah Sasak dan Sumbawa. Tuan Guru Bengkel bukan merupakan orang pertama dari Tanah Sasak yang belajar di Tanah Suci, ada beberapa orang sebelumnya, seperti TGH. Umar Kelayu Lombok Timur dan TGH. Amin Pejeruk Ampenan dan beberapa orang lainnya yang berdomisili dan mengajar di Tanah Suci.

Selama berada di Makkah, Tuan Guru Bengkel tinggal di kampung Maulūd Nabī dan kampung Maulūd ‘Alī. Ia belajar dengan sistem talaqqī (face to face) yang merupakan tradisi yang masih sangat kental pada waktu itu. Pada awal mulanya, Tuan Guru Bengkel belajar Al-Qur’an pada TGH. Amin Pejeruk Ampenan di Masjid al-Haram, Syaikh Misbah al-Banteni di rumahnya kampung Syīb ‘Alī Makkah, TGH. M. Arsyad bin TGH. Umar Sumbawa di rumahnya kampung Syīb ‘Alī Makkah.

Guru-Guru

Kehausan akan ilmu pengetahuan tidak membuat Tuan Guru Bengkel puas hanya dengan belajar al-Qur’an saja. Setelah belajar al-Qur’an, ia pun melanjutkan studi talaqqī-nya dalam ilmu agama pada beberapa orang guru, yaitu :

  1. TGH. Umar Sumbawa di Masjid al-Haram
  2. TGH. Umar Kelayu Lombok Timur di rumahnya kampung Syāmiah Makkah
  3. TGH. Mali Lombok Timur di rumahnya kampung Jiat Makkah
  4. TGH. Mukhtar Abdul Malik Ampenan Lombok di kampung Sūq Lail Makkah
  5. KH. Usman Serawak di Masjid al-Haram
  6. KH. Mukhtar Bogor di Masjid al-Haram
  7. KH. Akhyar Jakarta di Masjid al-Haram
  8. KH. Salim Cianjur di rumahnya Kampung Qasyāsyiah Makkah
  9. TGH. Abdul Ghani Jemberana Bali di rumahnya Kampung Sūq Lail Makkah
  10. TGH. Abdurrahman Jemberana Bali di rumahnya Kampung Syīb Alī Makkah
  11. TGH. Usman Pontianak Kalimantan di rumahnya Kampung Bāb as-Salām Makkah
  12. TGH. Asy‘ari Sukarbele Lombok di rumahnya Kampung Maulūd Nabī Makkah
  13. TGH. Yahya Jerowaru Lombok di rumahnya Kampung Suq Lail Makkah, Syaikh Sa‘id al-Yamani di Masjid al-Haram
  14. Syekh Hasan bin Syaikh Sa‘id al-Yamani di Masjid al-Haram
  15. Syekh Shaleh Bafadhol al-Yamani di Masjid al-Haram, Syaikh Ali Maliki al-Makki di Masjid al-Haram
  16. Syekh Hamdan al-Maghribi di Masjid al-Haram
  17. Syekh Abdus Sattar al-Hindi di Masjid al-Haram
  18. Syekh Sa‘id al-Khadrawi al-Makki di Masjid al-Haram
  19. Syekh Hasan al-Ghastani al-Makki di Masjid al-Haram dan Syaikh Yusuf an-Nabhani di Masjid al-Haram
  20. Syekh Zain Serawak di Masjid al-Haram dan Syaikh Zainuddin Sumbawa

Pada waktu menuntut ilmu, Tuan Guru Bengkel mendapatkan ijazah ilmu yang muttaṣil sampai Nabi Muhammad saw. dari beberapa gurunya yaitu Syaikh Hasan bin Sa‘id al-Yamani dan Syaikh Ali Maliki al-Makki serta dari guru al-Qur’an-nya di al-Madīnah al-Munawwarah, yaitu Syaikh Alī Umairah al-Fayumi.

Belum ada data yang memberikan penjelasan mengenai kitab-kitab apa saja yang Tuan Guru Bengkel pelajari di Tanah Suci, hanya saja diberitakan dalam Manāqib Tuan Guru Bengkel secara umum bahwa pelajaran yang dituntut adalah Al-Qur’an, dan ilmu agama. Namun, terdapat manuskrip/naskah kitabnya yang berjudul as-Siqāyah al-Marīḍah fī Asmā’ al-Kutub al-Fiqhiyyah Li Aṣḥābinā asy-Syāfi‘iyyah yang berisikan katalog kitab-kitab, khususnya Mazhab Syafi‘i yang belum selesai ditulis.

Metode Pemikiran Tuan Guru Bengkel

Pemikiran Islam Tuan Guru Bengkel memiliki sifat kontekstual dengan masyarakat Sasak, khususnya pada awal abad ke-20. Pengaruh Hindu yang merasuk kuat dalam tradisi dan telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Sasak, seperti dalam upacara pernikahan selalu diiringi dengan musik dan tarian, menjadi dasar Tuan Guru Bengkel menulis kitab pertamanya tentang hukum bernyanyi dan menari.

Dalam kitab Luqṭah al-Jawharah ini, Tuan Guru Bengkel tidak hanya membahas hukum tari dan lagu saja tanpa memberikan solusi alternatif, akan tetapi Tuan Guru Bengkel mengenalkan kehidupan sufistik bagi masyarakat Sasak pada waktu itu. Kehidupan sufistik yang ditawarkan oleh Tuan Guru Bengkel bukan hanya dalam bahasa kitab saja, akan tetapi ia menjalani dan menjadikannya sebagai baju kesehariannya.

Bukti kehidupan sufistik Tuan Guru Bengkel terlihat dari sikap tidak masuknya dalam wilayah politik praktis. Ia lebih memilih hidup dengan para santrinya, yatim piatu, dan masyarakat. Setiap hari ia selalu menyempatkan makan bersama anak-anak yatim. Hidupnya adalah untuk berkhidmah kepada masyarakat.

Dipilihnya tarekat Qadiriyah Khalwatiyah sebagai bagian dari baju sufistiknya adalah karena wiridnya tidak terlalu menyibukkannya untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang lebih penting. Dalam pengertian lain bahwa kepentingan umat lebih diutamakan daripada kepentingan pribadinya.

Tuan Guru Bengkel dalam melakukan dakwah secara bertahap. Pembebasan masyarakat Sasak dari kebodohan membaca Al-Qur’an adalah pekerjaan utamanya. Untuk menopang dakwahnya ini, ia secara sadar membuat Perguruan Darul Qur’an wal Hadis. Oleh karenanya, ketika membaca al-Fatihah menjadi rukun shalat dan untuk memahami agama harus merujuk kepada Al-Qur'an

Saat itu pula Tuan Guru Bengkel memandang perlu adanya kitab panduan belajar Al-Qur’an dan menulisnya dalam bahasa Arab Melayu dengan judul Hidāyah al-Aṭfāl fī Tajwīd Kalām Allāh al-Muta‘āl. Yakni, sebuah kitab dengan metode modern (tanya jawab) pada saat itu sehingga mudah dipahami sebagaimana yang dikomentari oleh Abdul Hamid bin Sulaiman, Mustafa Bakri al-Bukhari dan Muhammad Rais Sukarbele.

Kiprah di NU

Tuan Guru Soleh Chambali (Tun Guru Bengkel). beliau menjadi Rais Syuriyah PWNU NTB pertama, dia memulai aktif pada 1953. 

Karya-Karya

Tuan Guru Bengkel menelurkan kreativitas intelektualnya semasa hidup adalah dalam rangka menjawab masalah pada zamannya. Tradisi terjemah atau syarḥ (penjelasan) suatu kitab tertentu dalam bahasa Arab dan Arab Melayu merupakan tradisi pada masa itu dan sebelumnya.

Misalnya, kitab Syarḥ ad-Daḥlān yang merupakan kitab penjelasan dari kitab Matn al-Ajrūmiyyah atau kitab Syarḥ Ibnu ‘Aqīl yang merupakan penjelasan dari kitab Ibnu ‘Aqīl atau kitab Tuan Guru Bengkel sendiri, yaitu al-Mawā‘iẓ aṣ-Ṣāliḥiyyah yang merupakan terjemah dari kitab al-Mawā‘iẓ al-‘Usfūriyyah. Oleh karena itu, kreativitas intelektual yang dilakukan oleh Tuan Guru Bengkel dapat dipetakan menjadi empat bagian, yaitu:

  1. Karya terjemah (murni) dari suatu kitab tertentu. Misalnya, al-Mawā‘iẓ aṣ-Ṣāliḥiyyah fī al-Aḥādīṡ an-Nabawiyyah yang merupakan terjemah dari kitab al-Mawā‘iẓ al-‘Usfūriyyah.
  2. Karya ramuan, yaitu terjemah ditambah dengan beberapa pendapat lainnya dari beberapa kitab. Misalnya, Hidāyah al-Aṭfāl yang merupakan terjemah dari kitab Hidāyah al-Mustafīd.
  3. Karya hasil ‘ijtihad’ sendiri atau dalam pengertian bahwa Tuan Guru Bengkel tidak menyebut dari kitab apa atau pendapat siapa yang ia jadikan marāji’ (referensi). [5] Misalnya, Cempaka Mulia dan lainnya.
  4. Karya kumpulan atau ringkasan yang dilakukan oleh para muridnya, seperti kitab Amalan dan Doa yang ditulis oleh Moh. Syawab (H. Saefuddin, nazirnya).

Berikut ini merupakan hasil-hasil karya (kitab-kitab) Tuan Guru Bengkel yang dapat ditemukan, disusun berdasarkan tahun tertulisnya dalam kitab, yaitu sebagai berikut:

  1. Luqṭah al-Jawharah fī Bayān al-Ginā’ wa al-Mutafaqqirah

Kitab ini belum diterbitkan dan masih dalam bentuk tulisan tangan. Pada bagian akhir naskah ini disebutkan bahwa kitab ini selesai ditulis pada tanggal 16 Ramadhan tahun 1351 H bertepatan pada hari Jum’at tanggal 13 Januari 1933 M. Kitab Luqṭah al-Jawharah ini membahas masalah tasawuf, lagu, dan tarian serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Kitab ini masih lengkap berjumlah 51 halaman dan hanya halaman 28 dan 29 yang tidak ada (hilang) atau belum diketemukan dan kitab ini masih dapat terbaca dengan jelas.

  1. Hidāyah al-Aṭfāl fī Tajwīd Kalām Allāh al-Muta‘āl

Adalah kitab yang membahas masalah ilmu tajwid dan merupakan terjemah dari kitab Hidāyah al-Mustafīd karangan Muhammad Mahmud yang dikenal dengan sebutan Abū Raimah dengan beberapa penambahan yang perlu. Kitab setebal 53 halaman ini selesai ditulis pada hari Selasa, 30 Januari 1934 M. Terdapat naskah kitab Hidāyah al-Aṭfāl tulisan tangan disusun rapi yang cukup tebal, yaitu 64 halaman, dan merupakan edisi revisi dari cetakan yang pertama, dilengkapi dengan gambar makhraj yang tidak didapat pada kitab Hidāyah al-Aṭfāl edisi pertama.

Pada halaman sampul kitab Hidāyah al-Aṭfāl edisi revisi ini tertulis “I‘lam, bahwasanya ini ṭaba‘ yang kedua kali terlebih baik daripada ṭaba‘ yang pertama, lagi ditambahi dengan kenyataan dan keterangan supaya mudah dipahami adanya.” Naskah ini merupakan naskah yang akan dicetak kembali, akan tetapi belum atau tidak terwujud.

  1. Ta‘līm aṣ-Ṣibyān bi Gāyah al-Bayān

Merupakan kitab yang ditulis dengan metode tanya jawab dan membahas masalah tauhid, fikih, dan tasawuf. Pada hari Jum’at tanggal 13 Desember 1935 kitab ini selesai ditulis oleh Tuan Guru Bengkel. Jumlah halaman kitab ini cukup tebal, yaitu 101 halaman, yang diterbitkan oleh Penerbit dan Percetakan Salim bin Nubhan dan saudaranya Ahmad di Surabaya.

  1. Waṣiyyah al-Muṣṭafā li ‘Alī al-Murtaḍā

Ditulis pada tahun 1956 M. Kitab ini sampai sekarang belum dicetak dan naskahnya masih berbentuk tulisan tangan yang memerlukan pencarian yang lebih jauh untuk menemukan naskah yang lebih bisa terbaca dan lebih lengkap. Naskah ini berisikan nasihat atau petuah yang diberikan oleh Nabi saw. kepada Ali bin Abi Thalib. Naskah setebal 27 halaman ini membicarakan tentang fikih dan akhlak.

  1. Al-Mawā‘iẓ aṣ-Ṣāliḥiyyah fī al-Aḥādīṡ an-Nabawiyyah

Merupakan kitab hadis yang diterjemahkan dari kitab al-Mawā‘iẓ al-‘Usfūriyyah fī al-Aḥādīṡ an-Nabawiyyah. Kitab ini membahas empat puluh hadis Nabi dan dilengkapi dengan penjelasan nilai historisnya dan beberapa cerita sufi serta akhlak. Kitab ini dicetak pada tahun 1952 di penerbit dan percetakan Salim bin Nabhan dan saudaranya Ahmad di Surabaya.

  1. Manẓar al-Amrad fī Bayān Qiṭ‘ah min al-I‘tiqād

Kitab ini merupakan karangan gurunya, yaitu TGH. Umar Kelayu, yang ditulis pada tahun 1878 M dan Tuan Guru Bengkel yang telah mengedit dan menerbitkannya menjadi sebuah kitab atas izin dari anaknya, yaitu TGH. Abdullah bin Tuan Guru Umar Kelayu. Oleh karenanya, dalam hal ini, Tuan Guru Bengkel merupakan editor dari kitab Manẓar al-Amrad ini dan bukannya penulis sebagaimana yang didakwa oleh banyak muridnya.

Kitab Manẓar al-Amrad ini dicetak pada tahun 1949, yaitu sembilan belas tahun setelah wafatnya Tuan Guru Umar bersamaan dengan kitab karangan gurunya juga, yaitu al-Lu’lu’ al-Manṡūr tentang kisah Nabi Muhammad, seperti kitab Barzanji. Mengacu pada kitab al-Lu’lu’ al-Manṡūr yang diterbitkan atas nafkah Persatuan Dagang ‘Akar’ Kelayu Lombok Timur dan atas seizin anak TGH. Umar, yaitu TGH. Abdullah Kelayu, maka dapat dikatakan bahwa kitab Manẓar al-Amrad diterbitkan oleh Penerbit Mulia Surabaya, dan hanya saja ini khusus atas nafkah/biaya Tuan Guru Bengkel.

Tuan Guru Bengkel mengedit dan mencetak kitab ini adalah sebagai penghormatan kepada gurunya yang wafat pada tahun 1930 M tepatnya pada tanggal 18 Rabi’ul Akhir 1349 H. Kitab Manẓar al-Amrad ini merupakan terjemah dari beberapa kitab, yaitu:

  1. kitab Kifāyah al-‘Awām karya Syaikh al-Faḍālī
  2. Ḥāsyiyah-nya karangan Syaikh Ibrāhīm Bajūrī
  3. Matn as-Sanūsī karya Imām Sanūsī al-Mālikī
  4. Syarḥ as-Sanūsī karangan Syaikh Huḍūdī
  5. Ḥāsyiyah-nya karangan Syaikh Abdullah asy-Syarqawī
  6. Syarḥ al-Jauhar karangan Syaikh Abd. As-Salām
  7. Ḥāsyiyah Tuḥfah ar-Rāgibīn karangan Syaikh Alī Ruhbānī
  8. Syarḥ al-Wusṭā karya Imām Sanūsī
  9. Ḥāsyiyah-nya karangan Syaikh Muhammad Dasūqī. Akan tetapi, kebanyakan kitab yang dipakai dan diterjemahkan adalah kitab Kifāyah al-‘Awām yang berbicara masalah tauhid.

 

  1. Intan Berlian (Perhiasan) Laki Perempuan

Ada dua versi penulisan pada kitab ini dan terlihat dari perbedaan halaman covernya dan jumlah halamannya, yaitu naskah pertama tertulis sampai halaman 25, dan naskah kedua tertulis sampai halaman 28. Untuk naskah kedua ini terdapat penambahan sebanyak 4 halaman dengan tulisan tangan, yaitu masalah ”tanbīh fī faḍl birr al-wālidain wa ḥuqūqihimā wa syu’m al-‘itq”. Pada bagian terakhir kitab ini diungkap bahwa kitab ini selesai ditulis pada hari Selasa, 9 Oktober 1951.

Kitab Intan Berlian ini berbicara masalah akhlak rumah tangga (suami istri) berdasarkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali dan istrinya Fatimah az-Zahra’.

  1. Jamuan Tersaji (pada) Manasik Haji

Kitab tentang haji yang komprehensif pada masa itu. Naskah yang lengkap disertai dengan gambar penentu arah kiblat dan selesai ditulis pada hari Jum’at, 8 Oktober 1954 M bertepatan dengan 10 Shafar 1374 H.

  1. Risalah yang Kecil Sekali pada Menyatakan Thawaf Perempuan yang Haid atau Nifa

Merupakan terjemah dari kitab karya Najm ad-Dīn Abd. ar-Raḥmān bin Syams ad-Dīn Ibrāhīm. Kitab ini diperoleh dari H. Saefuddin Bengkel beserta kitab Jamuan Tersaji dan belum dicetak. Dinamakan risalah kecil sekali karena jumlah halamannya yang hanya 9 halaman beserta halaman muka. Risalah kecil ini selesai diterjemahkan pada tanggal 10 Shafar 1374 H bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1954 M. Risalah ini masih dalam bentuk tulisan tangan dan masih dapat dibaca dengan jelas.

  1. Cempaka Mulia Perhiasan Manusia

Merupakan kitab akhlak dengan jumlah 29 halaman yang ditulis pada tanggal 15 Muharram 1376 H bertepatan dengan hari Rabu, 22 Agustus 1956 M. Dari segi bentuk tulisan, naskah kitab Cempaka Mulia ini terlihat dari satu sumber saja, atau dalam bahasa lain satu penulis, kemudian dicopi dan disebarkan kepada para murid. Naskah ini masih dalam bentuk tulisan tangan dan belum dicetak.

  1. Bintang Perniagaan pada Kelebihan Perusahaan

Kitab yang membahas tentang usaha perdagangan atau dapat dikatakan kitab tentang manajeman usaha, yang ditulis delapan tahun sebelum Tuan Guru Bengkel wafat, yaitu pada tahun 1960. Jumlah halaman kitab ini sebanyak 58 termasuk 1 halaman sampul, 2 halaman komentar, dan 2 halaman keterangan. Kitab ini diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Pribadi Surabaya dan masyhur di kalangan murid dan masyarakat.

  1. Jalan Kemenangan yang Benar (pada) Menyatakan Jalan Taubat yang Sebenar

Kitab ini merupakan terjemah dari kitab karangan gurunya, yaitu Syaikh Muhammad Alī bin Ḥusain al-Malikī al-Makkī yang berjudul Manhaj al-Fauz aṣ-Ṣāliḥ bi Bayān Sabīl at-Taubah an-Naṣūḥ. Pada bagian akhir dari kitab ini, Tuan Guru Bengkel menambahkan dengan beberapa doa.

Kitab ini berbicara mengenai konsep taubat yang benar dan implementasinya. Kitab ini mulai ditulis pada hari Ahad, 8 November 1964 yang bertepatan dengan tanggal 3 Rajab 1384 H. dan dalam kitab ini tidak disebutkan kapan selesai ditulis, yang biasanya ditulis pada akhir kitab. Kitab ini juga belum dikomentari oleh para Tuan Guru Tanah Sasak.

  1. Wirid 17 (Rātib al-Barakah)

Kitab kecil Wirid 17 ini merupakan wirid atau Rātib al-Barakah yang ditulis oleh Syaikh al-Barakah al-Qudwah Umar bin Abd ar-Rahmān bin Aqīl bin Salīm bin Abd Allāh bin Abd ar-Rahmān Bā'alawī al-Haḍramī. Kitab ini diedit/disalin oleh Tuan Guru Bengkel dan dicetak olehnya. Ust. M. Sahyun Abdullah adalah sekretarisnya yang menulis kitab ini untuk dicetak di Surabaya. Kitab ini masih dapat terbaca dengan jelas dan berjumlah 10 (sepuluh) halaman termasuk halaman depan/covernya.

Wirid ini sebaiknya atau dianjurkan untuk dibaca sesudah mendirikan shalat Isya' tiap malamnya dan pada bulan Ramadhan sebelum shalat Isya' dan setiap pagi dan sore bagi siapa saja yang mempunyai hajat mendesak kepada Allah. Tidak ada catatan tertulis mengenai kapan kitab kecil ini ditulis, hanya saja pada bagian akhir kitab ini tertulis bahwa dikirim oleh seorang mufti Makkah, Syaikh Ḥasan Sa'īd al-Yamānī yaitu guru Tuan Guru Bengkel, pada tahun 1375 H/1955 M dan kemudian ditulis ulang dan diedit dan diberi kata pengantar oleh Tuan Guru Bengkel pada tahun 1965 M.

  1. As-Siqāyah al-Marīḍah fī Asmā’ al-Kutub asy-Syāfi‘iyyah

Merupakan katalog nama-nama kitab Mazbah Syafi‘i yang disertai dengan pengarang, juga sekaligus nasab mereka. Kitab ini sebagaimana kitab Cempaka Mulia, sepertinya belum selesai disalin, atau mungkin telah selesai disalin, hanya saja baru didapat beberapa halaman saja.

  1. Permaiduri

Nama kitab ini didapat dari penuturan dan manuskrip catatan harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin Menurut TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin, naskah ini merupakan kitab yang membahas masalah akhlak. Kitab ini belum ditemukan sampai sekarang.

  1. Ilm al-Manṭiq

Nama kitab ‘Ilmu al-Manṭiq, akan tetapi sampai sekarang kitab ini belum ditemukan. Nama kitab ini dan kitab Permaiduri kemudian secara jelas didapatkan dari catatan harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin yang ditulis setelah tulisan tentang wasiat Tuan Guru Bengkel yang dinaqal oleh TGH. Azhar Bagu.

Tulisan mengenai kumpulan kitab-kitab Tuan Guru Bengkel ini ditulis oleh TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin sendiri dengan bahasa Arab Melayu yang berbunyi: “Karangannya: Hidāyah al-Aṭfal, Ta‘līm aṣ-Ṣibyān, [al-] Mawā‘iẓ aṣ-Ṣāliḥiyyah, Intan Berlian, Bintang Perniagaan, Permaiduri, Pesaji Manasik Haji, Waṣiyyah al-Muṣṭafā, Ilmu Mantiq.”

  1. Dalīl al-Ḥaul

Merupakan kitab yang memuat dasar dan argumen bolehnya mengadakan haul. Kitab ini didapat dari manuskrip catatan harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin Jumlah halaman kitab ini adalah 22 halaman. Kitab ini mengambil rujukan dari Al-Qur’an, kitab Żakhīrah al-Ma‘ād Syarḥ Rātib al-Ḥaddād, dan Pendapat TGH. Mutawalli Jerowaru bin TGH. Yahya.

  1. Piagem beserta Ajat Qoer’an

Merupakan penjelasan tentang tafsiran beberapa ayat-ayat Al-Qur’an, huruf-huruf dan al-asmā’ al-ḥusnā. Dalam kitab ini juga dijelaskan tentang silsilah keturunan Tuan Guru Bengkel beserta beberapa persoalan fikih. Kitab ini ditulis tangan dengan sebagian memakai bahasa Indonesia Latin dengan ejaan lama dan sebagian lainnya terutama pada hal silsilah memakai tulisan Arab Melayu. Jumlah halaman kitab ini adalah 9 halaman.

  1. Doa dan Zikir

Merupakan lembaran yang terserak penuh dengan amalan zikir dan doa yang disalin oleh para katibnya. Ada juga yang dalam bentuk kumpulan yang disusun oleh muridnya, seperti yang dilakukan oleh H. Saefuddin.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya