Jepang Memilih Tidak Menari di Atas Penderitaan Orang Lain

 
Jepang Memilih Tidak Menari di Atas Penderitaan Orang Lain

LADUNI.ID, Jakarta - Beberapa hari ini kita saksikan antrian orang membeli masker, bahkan harganya dilipatgandakan oleh penjual. Kita juga saksikan betapa “tak berempatinya” warga di pulau Natuna saat menyambut anak-anak muda Indonesia yang berhasil dievakuasi dan akan dikarantina. Belum lagi tak berempatinya netizen yang menyebarkan hoax berupa text atau video, menghadang turis China dan seterusnya.

Ini bukan hanya soal virus Corona, melainkan apa saja yang melanda musibah. Termasuk fitnah yang disebarkan orang-orang jahat dan di-framing orang yang sok pintar. Walaupun tak ada gunanya.

Mari kita belajar dari sikap bangsa Jepang. Walau hubungannya dengan China pernah kurang harmonis akibat luka sejarah penjajahan, tapi sebelum Jepang mengevakuasi warganya, Jepang sudah lebih dulu mengirim 1 pesawat penuh peralatan medis dan masker yang sangat dibutuhkan warga  Kota Wuhan.

Sumbangan 1 juta masker dari masyarakat Jepang juga sudah lebih dulu tiba di Kota Wuhan. Banyak orang tidak mengetahui bahwa di antara 264 warga Jepang yang dievakuasi terdapat 4 orang yang sudah positif terjangkit Virus Corona. 

Oleh Tiongkok disarankan agar mereka dirawat dulu di rumah sakit di China. Namun pemerintah Jepang tetap mengevakuasi atas pertimbangan ingin berbagi beban kesulitan dan tidak mau merepotkan Pemerintah China.

Selain itu Pemerintah Jepang mengumumkan bahwa bangsa apapun yang berada di Jepang dan terdampak Virus Corona tanpa pandang kewarganegaraan, semua diobati dan biaya ditanggung Pemerintah.

Bagi warga Tiongkok yang berada di wilayah Jepang dan berakhir masa visanya, bila masih ingin menetap di Jepang diberi perpanjangan visa gratis selama 2 bulan. Tidak diusir seperti yang dilakukan warga Sumbar dan Bukit Tinggi belum lama ini.

Di media sosial, Jepang membahana seruan agar warganya ramai-ramai menyumbang apapun untuk membantu China melewati musibah kemanusiaan ini.

Harap diingat mereka adalah bangsa yang bermusuhan persis seperti bangsa kita dengan Malaysia, Arab vs Israel, atau bangsa India dengan Pakistan. Banyak berita di Jepang yang menyerukan tentang sumbangan tanpa pamrih pemerintah dan warga China saat Jepang mengalami musibah wabah dan gempa dahsyat beberapa waktu lalu.

Pada saat China mengalami musibah, di luar dugaan masyarakat Jepang telah memperlihatkan sifat kemanusiaannya melalui spanduk-spanduk atau simbol-simbol "Support Wuhan", "Support China".

Di super market, pusat-pusat perbelanjaan Jepang, harga masker bukan naik, malah dijual secara discount dengan menempelkan plakat "Tidak menari di atas penderitaan orang lain", "Tidak mencari keuntungan atas musibah kemanusian". Bahkan di berbagai tempat disediakan masker bagi warga Tiongkok untuk bebas mendapatkan 2 masker secara gratis dengan menempelkan spanduk-spanduk berbahasa China "bernafas sama, bernasib sama, dunia milik kita bersama".

Sungguh mengharukan!

Jerman pada kesempatan pertama mengirim team ahli medis membantu China. Finlandia mengumunkan tidak melakukan pembatasan dan pemeriksaan khusus terhadap tourist dari Tiongkok. Mereka yang datang, apabila terdampak Virus Corona akan diobati oleh team medis Pemerintah Finlandia.

Pemerintah Thailand menyatakan bebas visa 15 hari tetap berlaku bagi warga Tiongkok, apabila mereka masih ingin menetap. Imigrasi akan memberi perpanjangan visa selama 2 bulan.

Hikmah dari musibah kemanusiaan ini mengingatkan kita semua, bahwa di dunia ini masih tidak kurang kehangatan dan ketulusan sesama umat manusia. Begitu pula memberi pemahaman pada kita bahwa di kala sedang kesusahan, di situ dapat meneropong wajah asli dari kepalsuan yang dipertontonkan selama ini.