Rasulullah Saw Ajarkan Islam yang Penuh Kasih Sayang

 
Rasulullah Saw Ajarkan Islam yang Penuh Kasih Sayang

LADUNI.ID, Jakarta - Nabi Muhammad terang-terangan menjelaskan misinya, yaitu untuk menyempurnakan akhlak mulia. Kalimat yang dipilihnya pun sudah mengandung sebuah akhlak. Dia tidak mengatakan akhlak sebelumnya jelek dan hancur lebur. Dia tidak hendak mengoreksi, apalagi mencaci dan menghakimi, seperti kebanyakan para da’i saat ini. Muhammad datang untuk “menyempurnakan” akhlak yang “mulia” (perhatikan kata yang diberi dua tanda petik). Luar biasa, bukan?!

Untuk mengemban misi ini tentu Beliau sendiri harus membuktikan diirnya pantas sebagai uswatun hasanah (contoh teladan). Sebelum diangkat sebagai Nabi pun penduduk Mekkah sudah mengenal kejujurannya sehingga beliau digelar “al-Amin”. Track-record itu penting. Beliau pun menolak kerajaan atau harta yang ditawarkan.

Lantas kalau beliau sudah berhasil menyempurnakan akhlak yang mulia, maka hasilnya akan seperti apa? Kali ini Tuhan yang mewakili untuk memberi jawaban lewat ayat suci. Hasil dari gemblengan akhlak yang mulia itu akan melahirkan Islam yang berupa rahmat bagi semesta alam.

***

Penjelasan di atas adalah tulisan dari Prof Nadirsyah Hosen yang mengingatkan kita, umat Islam semua, untuk tetap mengedepankan akhlak dalam melakukan segala hal. Termasuk dalam hal mengajak kepada kebaikan melalui ceramah atau berdakwah. Dari penjelasan itu juga berarti bahwa berdakwah harus tetap berpegang pada visi beliau Rasulullah SAW, yakni menjadi uswatun hasanah demi membangun peradaban akhlak yang mulia.

Sebab, dewasa ini, banyak kalangan umat muslim yang lupa tentang tujuan penyebaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Masih banyak kalangan muslim yang dengan pemahaman ekstrem menyebarkan agama Islam dengan cara-cara yang tidak manusiawi sebagaimana dilakukan oleh kalangan ekstremis dan radikalis. Mungkin tujuan mereka untuk Islam, tetapi cara yang digunakan telah lepas dari visi Islam itu sendiri.

Islam yang rahmatan lil ‘alamain, sebagaimana digaungkan oleh ulama-ulama ahlussunnah wal jamaah, memang memiliki tantangan dan rintangannya tersendiri. Utamanya ketika itu dihadapkan pada kelompok ekstrem takfiri dan sejenisnya. Seolah-oleh, mereka telah melupakan cara-cara ashlah yang dipraktikkan oleh Rasulullah, sehingga dalam gerakannya pun sering kali melenceng dari inti ajaran Islam.

Tulisan ini sekaligus mengingatkan kita semua agar dalam melaksanakan ibadah tidak elok jika mempraktikkan pemaksanaan, apalagi dilakukan dengan cara-cara kekerasan yang tentunya itu sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam. Sebab, Islam sendiri telah melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi ini.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ، أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ

Artinya: “Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS al-Baqarah:11-12).