Memahami Cara Kerja Pasar Dana Pinjaman

 
Memahami Cara Kerja Pasar Dana Pinjaman

LADUNI.ID, Jakarta - Pasar dana pinjaman (market of loanable funds) adalah pasar di mana interaksi permintaan dan penawaran dana pinjaman (loanable funds) terjadi di dalam sebuah perekonomian. Pada dasarnya, pasar ini adalah pasar keuangan di dalam negeri. Transaksi melibatkan uang, alih-alih barang atau jasa.

Pasokan dana pinjaman berasal dari rumah tangga, bisnis atau pemerintah. Rumah tangga menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung. Demikian juga, perusahaan mengalokasikan sebagian laba (kas) ke berbagai instrumen keuangan. Sementara itu, pemerintah memasok uang jika menjalankan surplus fiskal di mana pendapatan pajak melebihi pengeluaran.

Sementara itu, permintaan dana pinjaman juga berasal dari ketiga sektor tersebut. Rumah tangga meminjam dana (misalnya dari bank) untuk membeli berbagai barang seperti rumah dan mobil. Perusahaan menggunakannya untuk belanja modal. Sementara itu, pemerintah menggunakan dana untuk menutup defisit anggaran.

Pasar dana pinjaman merupakan interaksi antara permintaan dan penawaran dana pinjaman yang akhirnya akan mempengaruhi jumlah pinjaman dan tingkat bunga. Tingkat bunga adalah harga yang harus dibayar atas penggunaan loanable funds. Dasar pemikiran dari timbulnya penawaran akan loanable funds adalah berasal dari masyarakat yang menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk ditabung. Dapat dijelaskan disini bahwa jika pada suatu periode tertentu ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi dari apa yang mereka perlukan untuk kebutuhan konsumsinya selama periode tersebut, maka mereka ini adalah kelompok penabung. Bersama-sama atau seluruh jumlah tabungan mereka membentuk penawaran akan loanable funds.

Bagaimana cara kerja pasar dana pinjaman?

Secara umum, pengetahuan tentang konsep permintaan-penawaran berguna bagi Anda untuk memahami cara kerja pasar dana pinjaman. Penawaran mewakili total dana yang dapat dipinjamkan (loanable funds) pada tingkat bunga tertentu. Itu adalah jumlah tabungan nasional di sebuah negara. Sementara, permintaan mewakili total dana yang dapat dipinjam pada tingkat bunga tertentu. Pasar dana pinjaman mencapai ekuilibrium ketika permintaan sama dengan penawaran, yang mana menentukan jumlah dana pinjaman dan suku bunga di dalam sebuah perekonomian.

Bila tingkat bunga rendah, permintaan pinjaman akan bertambah karena akan semakin banyak investasi, modal kerja maupun konsumsi dengan asumsi cateris paribus, dan begitu pula sebaliknya. Permintaan dana pinjaman berasal dari bisnis domestik, konsumen dan pemerintah serta pinjaman yang dilakukan oleh orang asing di pasar domestik. Permintaan pinjaman perbankan mencerminkan keadaan dimana ada pihak tertentu yang membutuhkan dana. Pihak-pihak yang mengalami defisit tersebut misalnya rumah tangga, pemerintah dan perusahaan. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pinjaman perbankan, Charles D. Chartcart (1982: 105) menyebutkan: “...the price level, real income, the interest rate, the cost of equity finance, expected inflationand, fiscal policy”.

Pertama: Tingkat harga (the price level). Mempunyai hubungan positif dengan permintaan pinjaman perbankan. Hal ini disebabkan karena jika tingkat harga meningkat maka orang akan merasa likuiditasnya berkurang dan mereka akan meningkatkan permintaan akan pinjaman.

Kedua: Pendapatan riil (real income). Mempunyai hubungan positif dengan permintaan pinjaman perbankan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendapatan riil maka mereka akan dapat mengembalikan pinjaman yang mereka lakukan di masa yang akan datang.

Ketiga: Tingkat bunga (the interest rate). Mempunyai pengaruh negatif terhadap permintaan pinjaman perbankan. Ini sesuai dengan status bunga itu sendiri, yaitu sebagai harga dari dana yang dipinjamkan.

Keempat: Pendapatan dari surat-surat berharga (the cost of equity finance). Mempunyai pengaruh negatif terhadap pinjaman perbankan. Karena peningkatan pendapatan dari surat berharga maka perusahaan akan menjadi suka mencari dana melalui surat berharga dibandingkan dengan melakukan pinjaman.

Kelima: Tingkat inflasi yang diharapkan (expected inflationand). Mempunyai hubungan positif dengan permintaan pinjaman perbankan.

Keenam: Kebijakan fiskal (fiscal policy). Mempunyai pengaruh yang sesuai dengan misi dari kebijaksanaan fiskal itu sendiri, yaitu bias kontraktif atau ekspansif.

Sedangkan pada penawaran pinjaman, semakin tinggi tingkat bunga, maka akan semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk menabungkan uangnya sehingga semakin besar pula dana yang dapat disalurkan dalam bentuk pinjaman dengan asumsi cateris paribus, dan begitu pula sebaliknya. Penawaran dana pinjaman berasal dari terdiri dari penjumlahan tabungan domestik, laba ditahan, penciptaan kredit oleh sistem perbankan, dana pinjaman dari institusi dan individu asing di pasar domestik.

Selanjutnya, penawaran dan permintaan ini bertemu di pasar loanable funds. Dari proses tawar-menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan tingkat bunga keseimbangan. Keseimbangan tingkat bunga pada loanable funds dapat diartikan sebagai: 1) Jumlah penawaran pinjaman sama dengan jumlah permintaan, 2) Tabungan sama dengan investasi dalam perekonomian secara keseluruhan, 3) penawaran uang sama dengan permintaan uang.

Akibat kekuatan antara permintaan dan penawaran pinjaman, akan tercipta keseimbangan tingkat bunga loanable funds. Namun demikian pastinya tidak menutup kemungkinan adanya perubahan dari kedua kurva tersebut. Yaitu mengalami pergeseran ke kanan maupun ke kiri, yang menyebabkan perubahan ekuilibrium tingkat bunga loanable funds. Hal ini disebabkan bukan dari faktor suku bunga dan jumlah pinjaman masing-masing kurva tetapi justru disebabkan oleh faktor dari luar kedua variabel tersebut, sehingga bukan lagi cateris paribus yang terjadi. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan dari pemerintah yaitu:

  1. kebijakan untuk meningkatkan tabungan (saving incentives),
  2. kebijakan untuk meningkatkan investasi (investment incentives),
  3. kebijakan mengenai anggaran baik anggaran defisit ataupun surplus.

Defisit anggaran pemerintah meningkatkan permintaan ke pasar dana pinjaman domestik. Itu akan mendorong suku bunga domestik untuk naik. Karena suku bunga naik, biaya meminjam lebih mahal. Untuk berinvestasi, bisnis seringkali meminjam karena kapasitas pendanaan internal yang terbatas. Sehingga, kenaikan suku bunga membuat biaya investasi lebih mahal. Itu memaksa mereka menunda investasi. Efek negatif defisit anggaran pemerintah terhadap pengeluaran investasi disebut crowding out effect.

Defisit meningkat karena pemerintah mungkin meningkatkan pengeluaran untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Tapi, pada saat yang sama, itu membuat investasi swasta turun. Efek bersih terhadap pertumbuhan ekonomi tergantung pada, mana yang lebih signifikan, pengeluaran pemerintah ataukah investasi swasta.

Salah satu opsi untuk mengurangi crowding out effect adalah meminjam ke pasar internasional. Katakanlah, pemerintah membiayai kenaikan defisit dengan meminjam dari luar negeri (misalnya dengan menerbitkan obligasi global). Itu tidak menghasilkan peningkatan permintaan dana pinjaman di pasar domestik dan seharusnya suku bunga domestik tidak naik.(*)

***

Penulis: Amelia Putri Handayani
Editor: Muhammad Mihrob