Usai Dihakimi, Lelaki Ini Jauh dari Hidayah

 
Usai Dihakimi, Lelaki Ini Jauh dari Hidayah

LADUNI.ID, Jakarta - Suatu hari, seorang laki-laki pergi ke masjid. Namun, ia lupa mematikan (silent mode) handphone-nya, dan secara tiba-tiba berdering waktu ia dan jamaah lain sedang berdoa.

Datanglah seorang takmir dan menegurnya dari depan. Tidak sedikit orang yang berada di masjid juga memarahinya usai berdoa, karena dia sudah mengganggu kekhusukan dan ketenangan mereka ketika berdoa.

Dalam perjalanan pulang, istrinya terus memarahinya karena keteledorannya sepanjang jalan pulang ke rumah. Bahkan, orang-orang tampak nyinyir dan tak henti memberikan ekspresi ketaksukaan, menertawakan, bahkan mempermalukan serta menghakiminya!

Sejak saat itu, ia memutuskan untuk tidak pernah lagi melangkahkan kakinya ke masjid.

Di malam harinya, ia pergi ke cafe/ bar. Masih merasa gugup dan terguncang, ia tidak sengaja menumpahkan minumannya di meja.

Pelayan bar dengan sigap meminta maaf dan memberikan lap bersih untuk membersihkan pakaiannya. Petugas kebersihan mengepel lantai.

Manajer bar itu memberikan minuman pengganti. Ia juga memberikannya pelukan serta berkata: "Jangan khawatir, siapa sih yang tidak pernah berbuat salah?".

Sejak saat itu, ia tidak pernah berhenti datang ke cafe/ bar itu.

Dari kisah singkat ini, ada pesan moral yang ingin disampaikan dan bisa kita pelajari: pertama, terkadang sikap kita sebagai orang beriman dan percaya, malah mengantarkan jiwa-jiwa ke neraka. Kita memagari/ mengekslusifkan diri kita seakan kita adalah orang-orang yang paling suci.

Kedua, bagaimana bisa kita bicara tentang suatu hal yang dapat menenangkan jiwa, bila fokus kita hanya dihabiskan untuk melihat dan mengorek kesalahan-kesalahan orang lain saja? Sementara kesalahan kita sendiri absen dari perhatian kita.

Ketiga, kisah ini juga mengajarkan pada kita betapa pentingnya mengasah kembali mata hati kita. Bukan soal siapa benar ataupun siapa salah, namun respon kita yang menentukan: apakah ingin membuat orang lain menjadi baik atau malah sebaliknya.

Terakhir, semoga kisah ini dapat membuat kita bisa lebih menjaga ucapan dan berpikir terlebih dahulu sebelum mengeluarkan perkataan yang dengan sengaja atau tidak, dapat membuat orang lain tersakiti dan jauh dari hidayah. Apalagi dengan menghakimi. Wallahu a’lam bisshawab.(*)

***

Editor: Muhammad Mihrob