Khutbah Jumat: Makna Hakiki Puasa Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19

 
Khutbah Jumat: Makna Hakiki Puasa Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19
Sumber Gambar: Koleksi Laduni.ID

KHUTBAH PERTAMA :

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَهُمْ مِنْ فَزَعٍ يَوْمَئِذٍ آمِنُونَ، وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (النمل: ٨٩-٩٠) ـ  

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.  

Hadirin yang dirahmati oleh Allah,

Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam yang telah diwajibkan oleh Allah SWT pada bulan Sya'ban di tahun kedua Hijriyah. Sebagaimana telah tercantum dalam Al Quran surat Al-Baqarah ayat 183 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ -١٨٣-

Artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu supaya kamu menjadi orang yang bertakwa”.

Intisari puasa adalah pertama, menahan diri dan mengendalikan syahwat kemanusiaan yaitu sesuatu yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia seperti makan minum dan hubungan badan dengan pasangannya tetapi ditahan dalam jangka waktu tertentu yang sebenarnya halal karena semata-mata mengharap ridho Allah SWT. Menahan diri dari makan dan minum dapat melemahkan syahwat kebinatangan manusia. Syahwat ini seringkali memperdaya manusia dan dapat menghancurkan martabat manusia. Menahan diri dari makan dan minum yang berlebihan dapat membuat seseorang untuk mengendalikan hawa nafsunya. Hawa nafsu dalam perspektif Islam tidak harus dimusnahkan tetapi dikendalikan.  Puasa dapat mempersempit ruang gerak dan kesempatan syetan untuk menggoda manusia sebab pada saat berpuasa jaringan lemak 7dalam aliran darah menyempit sehingga setan tidak dapat melewatinya. Hal ini berarti dapat mengurangi bahkan menghindari berbuat dosa.

Baca juga: Khutbah Jumat: Hak Hidup Bertetangga

Dalam hadits dari  Abdulloh bin Amr bin Al- Ash Nabi bersabda, “Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian sampai ia menundukan hawa nafsunya untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa (Diriwayatkan dalam kitab  Al Hujjah dengan sanad yang shoheh menurut Imam Nawawi).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam konteks pandemi COVID-19 puasa bisa menahan diri dan mengendalikan nafsu dari segala perbuatan yang selama ini diperbolehkan untuk dilaksanakan/dilakukan. Ada alasan syar’iy,  yang sangat dhorurat dan membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain, maka kita bisa menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan yang bersifat kerumunan misalnya Sesuaiarahanpemerintah, saatini kita harus melakukan social distancing/pembatasan sosial, atau physical distancing/pembatasan fisik. Kesemuanya itu membutuhkan sikap mental dan pengendalian diri tingkat tinggi. Allah berfirman; “ Jangan engkau jatuhkan dirimu dalam lobang kehancuran”.  Dengan berpuasa Ramadhan kita bisa menahan diri dan mengendalikan nafsu dari perbuatan yang membahayakan keselamatan diri kita dan orang lain.

Baca juga: Khutbah Jumat: Adab Berpakaian, Mengkonsumsi Makanan dan Minuman

Kedua, puasa dapat melatih kesabaran untuk taat kepada Allah dan sabar meninggalkan maksiat kepada Allah. Kata sabar lebih dari seratus kali disebut dalam Al Quran. Ini menunjukan pentingnya makna kesabaran. Sabar merupakan poros atau inti dan asas segala macam kemuliaan akhlak. Sabar selalu menjadi asas dan landasannya orang-orang beriman. Iman itu identik dengan tantangan. Ukuran keimanan seringkali diukur dengan seberapa besar tantangan dan seberapa kuat menghadapinya. Puasa adalah jalan terefektif untuk membangun kesabaran itu. Ramadhan dikenal dengan syahrur shobar (bulan kesabaran). 

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ -١٥٣-

Artinya“Wahai orang-orang yang beriman, jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Alloh bersama orang-orang yang sabar.” (Q.S Al Baqarah; 153).

Baca juga: Khutbah Jumat: Cinta Merupakan Puncak Sebuah Ajaran

Dalam konteks pandemi wabah corona saat ini yang tidak menentu sampai kapan akan berakhir, kekuatan kesabaran merupakan kekuatan yang sangat diperlukan oleh seseorang yang mengaku beriman. Allah SWT berfirman;

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ -١١-

Artinya “Tidak ada suatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah SWT. Dan barangsiapa beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. At Taghabun; 11).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ketenanganbatinmerupakanhal penting untuk imunitas tubuh kita menghadapi paparan COVID-19. Imunitas tubuh bisa melemah saat kita menglami stres. Stay at home merupakan salah satu kegiatan yang sangat memerlukan kesabaran. Puasa membuat kita bisa betah berlama-lama tinggal dirumah sertamengisinya dengan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat dan mengandung nilai-nilai ibadah. Saat berpuasa seluruh nafas gerakan langkahnya adalah sesuatu yang bernilai pahala bahkan tidur orang berpuasa sekalipun mendapat pahala. Oleh karenanya orang berpuasa merasa nyaman stay at home. Mereka nikmat berlama-lama di rumah untuk melaksanakan ibadah  dan berkumpul bersama keluarga.

Ketiga, berpuasa melahirkan sehat. Nabi bersabda; “Berpuasalah niscaya kamu akan sehat”. (H.R. At Thabrani). Dalam hadits yang lain Nabi bersabda; “Perut adalah rumah penyakit, dan pengaturan makanan adalah obat utamanya”. (H.R Muslim). Firman Allah dalam Al Baqoroh; 184, “Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. Dengan berpuasa yang benar (dengan konsumsi makanan simbang, menu makanan sehat, dan gaya hidup sehat) akan melahirkan tubuh yang sehat. Dengan berpuasa, jalur pencernaan diberi kesempatan untuk beristirahat dan membersihkan diri. Supaya tetap sehat dan tidak tetular COVID-19, maka daya tahan tubuh sangat penting. Daya tahan tubuh akan bagus jika makanan yang kita cerna juga bagus. Artinya saat kita puasa, kita harus sahur dan berbuka dengan makanan yang sehat, memenuhi zat gizi yang diperlukan tubuh, memenuhi unsur kecukupan cairan, dan jangan sakit saat berpuasa. Sebisa mungkin cegah jangan sampai sakit saat puasa, seandainya sakit maka bileh tidak berpuasa diganti dengan hari yang lain. Daya tahan tubuh otomatis akan drop saat sakit dan COVID-19 akan mudah menyerang ketika kondisi sakit.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ketika seorang muslim berpuasa ia senantiasa berada dalam keyakinan bahwa ia dalam sambutan Allah dan sesungguhnya ia sangat dekat kepada Allah, sebagaimana ia merasa pada setiap waktu dan kuasanya diawasi oleh Allah yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Hal itu merupakan bentuk sehat secara psikis.

Baca juga: Khutbah Jumat: Menguatkan Sunnah Menganulir Bid’ah

Adapun sehat secara fisik, para ahli kesehatan terutama ilmuwan biologi telah membuktikan bahwa terdapat banyak makhluk hidup selain manusia yang menjalankan puasa pada fase-fase kehidupan mereka seperti unta, ular, anaconda, beruang kutub, dan serangga. Para ilmuwan menganggap bahwa puasa adalah fenomena kehidupan alami yang menjadikan kehidupan berjalan dengan lurus sehat dan sempurna. Puasa bisa meningkatkan imunitas/sistem kekebalan tubuh manusia. Puasa membantu seluruh makhluk hidup untuk beradaptasi dengan makanan yang sangat sedikit dan membuatnya mampu menjalani kehidupan secara alami dan normal. Puasa dapat melancarkan proses pencernaan dan memudahkan penyerapan sari-sari makanan serta menstabilkan proses masuknya makanan secara berlebihan. Demikianlah setelah berhasil memulihkan tubuh dan mendapatkan kesempatan untuk melakukan relaksasi dengan sempurna melalui puasa maka mulailah tubuh melakukan perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi dan menerapkan sistem pengaturan fungsi tubuh. Ini semua bisa dilakukan setelah tubuh mendapatkan kembali energinya dengan sempurna berkat proses relaksasi yang terjadi pada saat puasa.

Keempat, puasa melahirkan sikap sosial. Puasa Ramadhan mampu membuat orang tidak egois. Orang egois adalah orang yang perasaannya terhadap diri sendiri sangat tinggi sehingga ia selalu kagum terhadap dirinya, sangat mencintai dirinya, suka memiliki dan menguasai segala sesuatu baik yang kecil maupun yang besar sekali, ingin menguasai orang lain, sangat rakus dan sangat pelit. Puasa dapat memperbaiki perilaku seperti itu karena puasa menjadikan seseorang berada dalam kondisi suka berkorban, memberi dan mengutamakan orang lain atas dirinya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam konteks pandemi COVID-19, puasa dibuktikan dengan seberapa besar kepedulian orang-orang mampu/aghniya untuk membantu kepada sesama manusia yang membutuhkan.  Hadits Rasulullah :”Barangsiapa yang memberi makan orang yang berbuka maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” (H.R At Tirmidzi). Ketika kita melihat sekelilingnya banyak mengalami penderitaan, orang-orang yang sulit mendapatkan makanan dan minuman, maka kita akan merasakan bagaimana kehidupan mereka yang serba kekurangan. Dengan puasa timbul keinginan dalam dirinya untuk membantu, menolong kepada sesama manusia yang membutuhkan, sehingga ia meninggalkan egonya, muncul kepedulian dan empati kepada orang yang kurang mampu dan tidak berdaya. Pedihnya lapar dan haus yang dirasakan saat berpuasa, dapat mengasah rasa kasih sayang dan menyayangi kepada kaum fakir dan miskin Syariat wajibnya untuk melakukan zakat fitrah di akhir puasa adalah cermin dari kebersihan jiwa yang telah mendapatkan fitrahnya dan meraih nilai kemanusiaan puasa. Inilah esensi tujuan akhir puasa yaitu ketakwaan kepada Allah SWT. Semoga kita bisa meraih ketaqwaan tersebut dan bisa merealisasikan makna hakiki puasa di tengah pandemi virus COVID-19. Aamiin.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

 أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ  

KHUTBAH KEDUA:

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

DO'A KHUTBAH:

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  

________________________________________
Oleh:Dr. Muhammad Nurwahidin, M.Ag., M.Si