Khutbah Jumat: Perempuan dan Hakikat Emansipasinya

 
Khutbah Jumat: Perempuan dan Hakikat Emansipasinya
Sumber Gambar: Foto (dok Laduni.ID)

KHUTBAH PERTAMA

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي امْتَنَّ عَلَى الْعِبَادِ بِأَنْ يَجْعَلَ فِي كُلِّ زَمَانِ فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ، يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى، وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الأَذَى، وَيُحْيُونَ بِكِتَابِ اللَّهِ أَهْلَ الْعَمَى، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن. قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مّمّن دَعَآ إِلَى اللّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam. Nikmat terbesar yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya. Semoga kita selalu berada dalam keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menjadi panutan kita dan tiap sunnahnya selalu kita teladani.

Baca juga: Khutbah Jumat: Optimisme dan Berbaik Sangka Kepada Allah di Tengah Musibah

Mengawali khutbah jumt’at ini, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita dengan menjalankan hal-hal yang menyebabkan kita mendapatkan pahala, yang mengantarkan keselamatan di dunia.

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah

Kenapa Tuhan ciptakan manusia lebih dari satu jenis, dibedakan dari jenis kelaminnya, dengan pendekatan fisik yang berbeda, dengan karakteristik berbeda, dan kejiwaan yang berbeda pula. Kala itu Adam di surga dianugerahi sekian banyak kenikmatan dan kelezatan, tak ada yang mengalahkan kebahagiaannya, keinginan apapun telah dipenuhi oleh Tuhannya. Hingga pada suatu saat puncak dari semua keadaan itu sampai pada titik kekosongan jiwanya. Ternyata dia masih merasa kosong, sepi, dan kurang. Lalu ia pandangi sekelilingnya, dilihatnya hewan-hewan yang juga tinggal di surga tengah bahagia dengan pasangan masing-masing, mereka tersenyum dan tertawa bersama, menjalani hidup bersama, dan saling melengkapi kebutuhan dan kekurangan masing-masing.

Baca juga: Khutbah Jumat: Iri Hati yang Baik

Keresahannya kian hari kian bertambah, hingga Tuhan menangkap kegelisahan tak berujung yang tengah dirasakan hamba manusia pertama-Nya itu. Di saat Adam tengah tertidur, diambillah sepotong bagian dari tulang rusuknya, lalu diciptakanlah satu manusia lagi, ditempatkanlah di sisi Adam, untuk menghilangkan keresahan Adam, mengurangi kesedihannya, mengisi kekosongannya, menghibur kemurungannya, membantu menyelesaikan permasalahannya, melengkapi kebahagiaannya, dan bersama-sama dengannya menghasilkan keturunan hingga saat ini. Wanita, sebelum kelebihan apapun yang dimilikinya, dirinya sudahlah merupakan sebuah anugerah terindah dari Tuhan kepada manusia. Untuk mengurangi kemurungan di atas bumi ini, untuk menghidupkan kekeringan jiwa, untuk melengkapi keutuhan kebahagiaan manusia, dan untuk penghias pola kehidupan umat manusia.

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah

Hakikat perempuan pada dasarnya sebagai pelengkap dan penghias tidak menjadikan dia berada di posisi yang rendah. Wanita berhak dijunjung setinggi mungkin. Karena jika menilai manusia dari derajatnya, maka ukuran yang digunakan bukanlah dari jenis kelaminnya, akan tetapi dari kadar ketakwaan pada dirinya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an yakni;

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ -١٣-  

.Artinya“Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa” (QS Al-Hujuraat : 13)

Baca juga: Khutbah Jumat: Makna Hakiki Puasa Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19

Pada dasarnya perempuan dilahirkan sebagai manusia sempurna. Ia adalah sekolah pertama bagi manusia. Ia juga pabrik pertama calon manusia. Dan ia juga penentu kebahagiaan dan kesuksesan seorang manusia seutuhnya. Karena ibu, seorang wanita paling mulia itu, dialah yang mengandung calon hingga jadilah seorang manusia secara utuh hingga sembilan bulan, dialah yang memberi pendidikan awal pada manusia sejak belia, bahkan sejak dalam alam kandungan, dan dia pula lah yang menjadi muara kebahagiaan manusia, dari kakinya manusia yang terlahir dari rahimnya mendapatkan surga dengan berbakti sepenuh jiwa raga.

Wahai kaum hawa, jangan sia-siakan hidupmu dengan melakukan hal-hal yang merugikan. Sejatinya hadirmu saja sudah memberikan arti lebih pada pola kehidupan umat manusia. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw. menuturkan Sebagaimana hadits Rasulullah SAW, “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah”. Wahai kaum perempuan. Perhatikan betapa mahalnya dirimu, jangan rendahkan diri dengan perilaku yang rendah pula. Jagalah dirimu karena perhiasan sejati lahir dari hati yang tulus dan budi pekerti yang mulia. Wahai kaum wanita, sudah banyak teladan pahlawan dari jenismu mengorbankan dirinya demi kemerdekaan, kaum, bangsa, dan negaranya. Sudah banyak pula contoh buruk yang menjatuhkan martabat kaummu. Kini tampuk itu ada di tanganmu.

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah

Meski kita tak lagi hidup di masa Ibu Hawa, kita tak lagi bisa bertemu Ibu Khadijah, kita juga tak lagi bersua Ibu Kartini. Tapi lihatlah mutiara yang mereka hasilkan dari peluh keringat, tetes darah, dan juga linangan airmata mereka. Jika ingin kita selamatkan generasi bangsa ini dengan menjunjung tinggi keadilan dan memegang erat harkat martabat manusia, maka jangan remehkan perjuangan wanita, jangan kesampingkan jerih payah perempuan, dan jangan hancurkan martabat mereka. Karena wanita yang baik adalah penghias suatu Negara. Dan bukankah dibalik kesuksesan seorang lelaki terdapat seorang perempuan yang luar biasa. Biarkan perempuan penuh perasaan, dengan itulah ia membawa perubahan.

Baca juga: Khutbah Jumat: Hak Hidup Bertetangga

Berbicara tentang emansipasi, jika dilihat dari segi etimologi, pada Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa definisi Emansipasi adalah (1) Pembebasan dari perbudakan; (2) Persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria) : Kartini adalah tokoh wanita Indonesia. Dan pada Emansipasi Wanita didapatkan definisi sebagai berikut : Proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju. Dari sini dapat dibaca dan ditafsirkan dengan lebih detail. Apakah pada saat ini wanita masih membutuhkan emansipasi tersebut?

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah

Wanita dengan segala keadaan dan kondisinya, dengan usaha apapun, dengan tenaga dan emosional sebesar apapun, takkan mampu menyetarakan dirinya dengan laki-laki. Bukankah mereka memang diciptakan berbeda satu sama lain? Bukankah disandingkannya mereka dalam sebuah perpasangan adalah untuk saling melengkapi satu sama lain? Lalu apakah tujuan dari emansipasi itu masih dibenarkan dan masih dibutuhkan oleh wanita masa kini? Berbagai kejadian telah menunjukkan dan membuktikan, bahwasanya wanita memang tak sederajat dengan laki-laki, dan sampai kapanpun mereka tak bisa dipandang dan diterjemahkan dengan kacamata yang sama. Maka menjadi tidak adil jika tetap dipaksakan persamaan derajat mereka dengan tolok ukur yang sama. Karena perbedaan tak bisa dipungkiri pada kenyataannya.

Baca juga: Khutbah Jumat: Keluarga Pilihan dalam Alquran

Wanita ataupun perempuan tak selamanya berada di posisi yang lemah, kurang strategis, tumbal, ataupun pelengkap. Dia juga tidak bisa selamanya dijadikan sebagai alat yang bisa sekenanya dipermainkan semena-mena oleh lawan jenisnya. Jika mengerucut pada permasalahan dan ruang lingkup lebih kecil, coba kita tengok sebuah rumah tangga. Disana terbangun oleh dua orang dengan perbedaan mencolok tersebut. Maka apa yang terjadi? Tak selamanya mereka akan selalu melengkapi. Dan tak selamanya pula mereka akan selalu bertentangan. Karena demikianlah hakikat hidup manusia. Dengan mereka berinteraksi, mereka akan menemukan gesekan-gesekan. Dengan mereka bergesekan maka muncullah penyelesaian, dan dari penyelesaian itu, terjadi berbagai macam keadaan baru.

Perempuan memang sangatlah mulia. Katakan tidak maka kau telah berani durhaka kepada ibumu. Sejahat apapun seorang ibu yang waras dia takkan rela melihat buah hatinya menderita. Sekejam apapun seorang perempuan normal dia takkan tega menyakiti anaknya. Jika saat ini sudah banyak wanita yang entah waras atau tidak bertindak keji dan kriminal pada darah dagingnya sendiri, lalu tak bisa kita dengan secara cepat menyalahkan dia sebagai penjahat. Perempuan lebih mendahulukan hati ketimbang akalnya. Dan laki-laki bertindak sebaliknya. Apakah pernyataan tersebut masih berlaku untuk saat ini? Bukankah kini telah banyak ditemukan wanita tak berperasaan? Lalu apakah arti emansipasi jika itu semua terjadi.

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah

Kebebasan perempuan tak selamanya menyenangkan. Baik untuk perempuan tersebut, orang-orang disekitarnya, ataupun keberlangsungan hidupnya sendiri. Karena perempuan memiliki satu sisi keistimewaan yang tak dimiliki oleh laki-laki. Kelembutan hati yang dianugerahkan Tuhan kepadanya menjadikannya tak bisa menerima kebebasan sekenanya. Ada beberapa tata norma yang tak seharusnya dilanggar oleh manusia. Ada beberapa aturan alam yang takkan bisa dinego oleh manusia. Dan ada banyak hal yang kini semua telah melewati batasnya. Wanita memang tidak dilarang untuk mencari nafkah, bekerja, melakukan kewajiban laki-laki, dan sebagainya. Tapi apakah dia bisa berpikir logis dengan cepat? Apakah dia bisa mengesampingkan perasaannya dalam menghadapi permasalahan? Lalu apakah selamanya dia bertahan dengan keperkasaan dia menanggung semua beban yang tak semestinya dia pikul. Karena urusan mental memang sulit dibaca, terlebih mengobati dan menyembuhkannya.

Kepada kaum wanita, ingatlah, kau boleh melangkah sejauh manapun kau inginkan, tapi ingat jangan sekali-kali kau langgar rambu-rambu yang tersedia. Kepada kaum lelaki, jagalah wanitamu, biarkan dia berlari di jalurnya, cukup awasi supaya dia tak melanggar rambu yang ada, namun jangan pula kau cekal lengan dan kakinya, hingga ia tak leluasa. Karena macan yang lebih lama terkurung di sangkar jauh lebih buas ketimbang mereka yang terbiasa lepas di hutan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Demikianlah khutbah singkat ini, semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang senantiasa mengharap rahmat Allah SWT untuk mencapai kebahagian didunia dan akhirat. Amin...

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

DO’A KHUTBAH

اَللهُمَّ ٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ  عِبَادَ اللهِ إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

________________
*) Oleh: Ihdina Sabili