Khutbah Jumat: Sikap Seorang Muslim dalam Menyikapi Berita di Era Teknologi Informasi

 
Khutbah Jumat: Sikap Seorang Muslim dalam Menyikapi Berita di Era Teknologi Informasi
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

KHUTBAH PERTAMA

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي امْتَنَّ عَلَى الْعِبَادِ بِأَنْ يَجْعَلَ فِي كُلِّ زَمَانِ فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ، يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى، وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الأَذَى، وَيُحْيُونَ بِكِتَابِ اللَّهِ أَهْلَ الْعَمَى، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن. قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مّمّن دَعَآ إِلَى اللّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Diantara salah satu indikasi dari globalisasi informasi dan komunikasi adalah mudahnya setiap orang dalam menerima dan mengirimkan pesan atau berita. Hal tersebut merupakan suatu gejala yang dianggap umum bagi manusia di zaman modern. Tanpa disadari, globalisasi informasi dan komunikasi telah menciptakan berbagai masalah baru, akibat semakin mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi.

Berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi dan informasi yang semangkin pesat menciptakan kemudahan bagi manusia, Segala hal bisa didapatkan dengan cepat dan instan oleh seseorang. Begitu pula dengan informasi komunikasi. Globalisasi berdampak kepada Kemajuan pesat teknologi informasi yang pada ujungnya kebebasan di media sosial secara online. Sangat pentingnya  informasi dan komunikasi bagi setiap manusia menimbulkan kebebsan yang kerap kali digunakan untuk menebar fitnah atau berita yang tidak benar, baik untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Hal tersebut tentu sangat memprihatinkan. Tidak sedikit berita-berita bohong (hoax) digunakan untuk membentuk opini publik yang mengarah terjadinya kehebohan, ketidak pastian dan ketakutan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Bagi seorang muslim, hal tersebut merupakan bagian ujian hidup di zaman modern, zaman teknologi informasi seperti sekarang ditandai dengan banyak dan bertebarannya berita bohong (hoaks) yang ujungnya dapat memecah belah dan menimbulkan permusuhan dikalangan umat. Oleh karenanya sebagai muslim kita perlu waspada dan berhati-hati menyikapi pemberitaan atau informasi yang belum jelas kebenarannya.

Dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 6 Allah SWT memerintahkan untuk melakukan tabayyun (klarifikasi) atau saring sebelum sharing terhadap segala informasi yang diterima dan tidak mudah menyebarkannya dalam bentuk apapun sehingga tidak mengakibatkan musibah bagi diri kita dan orang lain.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ (٦)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.

Permasalahan yang muncul dewasa ini adalah banyaknya berita yang belum tentu kebenarannya atau berita bohong (hoax)  yang muncul di tengah masyarakat utamanya beredar melalui media sosial dan smartphone yang mudah sekali menyebar luas, bahkan berita apapun dapat dengan mudah dan cepat menyebar, tidak dilakukan klarifikasi dan analisis terlebih dahulu terhadap berita-berita yang di terima dari media tersebut. Penyebaran berita yang terlebih dahulu dikoreksi atau dipilih pada akhirnya akan berdampak buruk, yang mengakibatkan permusuhan dan perpecahan di kalangan umat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam hal ini masyarakat harus cerdas dalam memilah dan memilih berita yang ada, mengecek dan menguji keakuratan berita. Namun, kecenderungan saat ini, seseorang menerima sebuah berita atau informasi dari berbagai media, mereka akan condong dengan cepat menyebarluaskan kembali tanpa memeriksa kebenaran dalam suatu berita tersebut. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan sikap yang harus dilakukan oleh umat .

Dalam Surat Al Hujurat ayat 6 di atas terdapat Kata tabayyun yang mempunyai bentuk amr (kata kerja perintah), yang dengan tegas menuntut kesungguhan untuk meneliti kembali demi mencari kejelasan informasi. Oleh karena itu, diperlukan adanya sikap kehati-hatian dan perenungan terlebih dahulu ketika menerima sebuah informasi sebelum disampaikan kembali kepada khalayak. Tidak hanya meneliti terkait informasi yang diterima, etika yang terkandung di dalam al-Qur'an juga mengisyaratkan pentingnya meneliti integritas dan kredibilitas sumber yang memberi informasi.

Masyarakat harus lebih teliti dan kritis lagi dalam melakukan tabayyun terhadap informasi yang didapatkan. Seperti pepatah Arab menyebutkan “al-Khabar ka al-ghubar” yang artinya bahwa informasi atau berita itu bagaikan debu yang belum jelas kebenarannya. Bahkan dikatakan dalam ayat di atas tidak hanya berkaitan langsung dengan masalah keagamaan, tetapi juga pemberitaan atau informasi yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Apabila hanya dipandang sebelah mata serta tidak ditanggapi dengan hati-hati, maka diyakini dapat menimbulkan instabilitas dan disharmoni, bahkan dapat menimbulkan kekacauan dalam masyarakat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Sebagai Muslim yang baik hendaknya selektif dan responsif dalam menyikapi berita-berita yang tersebar di media sosial, kita senantiasa berpedoman pada Al Qur’an sebagai pedoman, yang di dalamnya mengandung berbagai macam, penerangan, hidayah, petunjuk, pengajaran, dan peringatan-peringatan untuk menginsafkan dan menyadarkan manusia. Al-Qur’an telah mengatur segala sesuatu termasuk masalah tentang informasi dan pemberitaan.

Sebagai masyarakat yang hidup di era kecanggihan teknologi informasi, kita harus cemat dalam menggali informasi ataupun menyampaikan informasi. Kita wajib membaca dengan teliti dan menelusuri kembali berita tersebut, yang paling penting adalah bagimana kita sebagai seorang muslim jangan terlalu mudah untuk menyebar luaskan berita tersebut sebelum kita mengetahui kebenarannya. Masyarkat diharapkan lebih bijak dalam memanfaatkan media sosial. Misalnya, memastikan terlebih dahulu melakukan koreksi terhadap informasi yang dibaca atau konten yang didapatkan dari media sosial, mengklarifikasi kebenarannya, dan memastikan manfaatnya bagi orang lain, baru kemudian menyebarkannya apabila beita tersebut bermanfaat dan berguna bagi orang lain.

Islam sangat menekankan Tabayyun atau klaifikasi dalam menerima sebuah berita. Secara umum informasi atau pemberitaan mempunyai sifat yang begitu bebas serta mempunyai jangkauan yang sangat luas. Sehingga apabila tidak ada seleksi informasi tersebut, dikhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman informasi dan berakibat kepada terjadinya konflik yang tidak hanya antar individu akan tetapi bisa memicu terjadinya konflik antar kelompok.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dewasa ini, media sosial sudah menjadi pilihan utama masyarakat dalam mencari informasi dan menyebarluaskan informasi. Oleh karenanya, sebagai muslim kita harus hati-hati, tidak gegabah, tidak kagetan dan tidak tergesa-gesa dalam menerima sebuah berita. Sebagai muslim kita harus objektif dan menggunakan hati nurani dalam memahami berita. Jangan sampai informasi salah yang datang dari orang yang disenangi selalu di benarkan. Sedangkan informasi benar dari orang yang tidak disenangi selalu di salahkan.

Sebagai penutup kiranya kita perlu merenungkan sebuah kalimat bijak yang mengatakan: “Dahulu, orang yang cerdas adalah orang yang memiliki banyak informasi. Tapi sekarang, orang yang cerdas adalah orang yang mampu menyaring banyak informasi.” Jika kita resapi, kalimat ini sangat relevan dengan kondisi di zaman teknologi dan informasi saat ini di mana arus informasi mengalir begitu deras silih berganti. Namun sebagai seorang muslim kita harus lebih selektif dan kritis dalam menerima informasi tersebut sesuai dengan tuntunan ajaran agama.

Demikianlah khutbah jumat yang dapat saya sampaikan, semoga kita dapat mengambil hikmah dari yang saya sampaikan.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA:

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

DO'A KHUTBAH :

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

_____________________
Oleh:  Ahmad Baedowi, M.Si.