Sikap Rasulullah SAW kepada Istrinya yang Ngambek

 
Sikap Rasulullah SAW kepada Istrinya yang Ngambek
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID. Jakarta - Ketika sepasang manusia memilih untuk memadu kasih bersama dalam ikatan rumah tangga, pastinya halangan dan rintangan pun tidak akan pernuh luput. Ketika ego dari masing-masing pasangan diuji dan dilebur jadi satu dalam bungkus pengorbanan dan cinta, terkadang masihlah ada sisa ego tersebut yang meluap menjadi amarah dan nafsu.

Mari sejenak untuk kita menyimak keharmonisan rumah tangga dari Rasulullah SAW, kesucian cinta yang berhasil beliau pupuk bersama istri-istrinya. Maka layaklah untuk kita jadikan pelajaran serta teladan dalam menjalankan rumah tangga.

Sikap Rasulullah SAW ketika menghadapi istri-istrinya yang ngambek atau marah, mencerminkan keluhuran sifatnya. Sepertinya bisa diibaratkan dalam kata bijak ini; "Jadilah engkau air yang memadamkan api amarahku ketika aku marah, begitupun aku akan memadamkan api amarahmu ketika engkau marah." Dan bahwa Rasulullah SAW adalah contoh paling sempurna.

Buktinya adalah kesaksian dari sahabat. Dalam sebuah riwayat dijelaskan, suatu ketika Sayyidina Umar bin Khattab memarahi istrinya atas suatu hal, bukannya malah diam, istrinya malah membalas ucapannya tersebut. Kemarahan Sayyidina Umar pun meluap, hingga ia merasa ingkar atas apa yang diperbuat istrinya. Akan tetapi istrinya malah berkata:

 فَقَالَتْ: مَا تُنْكِرُ أَنْ أُرَاجِعَكَ، فَوَاللهِ إِنَّ أَزْوَاجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُرَاجِعَنَّهُ، وَتْهْجُرَهُ إِحْدَاهُنَّ الْيَوْمَ إِلَى اللَّيْلِ

"Mengapa kau heran (atas balasanku padamu)? Sungguh istri-istri Rasulullah SAW telah melakukan hal yang sama kepadanya, sampai-sampai salah satu dari mereka mendiamkan Rasulullah SAW hingga malam, (sedang beliau tetap bersabar)." (HR. Ahmad)

Syaikh Abu Bakar bin Muhammad bin HusainAl-Ajiri, mencatat satu riwayat di dalam Kitab As-Syari'ah mengenai keluhuran pribadi Rasulullah SAW dalam menyikapi istrinya yang ngambek.

Suatu ketika Rasulullah SAW masuk ke dalam rumah. Di sana ada Sayyidah Aisyah sedang duduk bersama saudaranya. Kemudian, Rasulullah SAW mengajak Sayyidah Aisyah untuk berbicara serta menyamarkan pembicaraannya dari saudara Sayyidah Aisyah.

Setelah mendengar ucapan dari Rasulullah SAW tiba-tiba Sayyidah Aisyah mendorong dada Rasulullah SAW sebagai tanda ungkapan marah. Hingga saudaranya (yang meriwayatkan Hadis ini) pun memarahinya, seraya berkata:

مَا لَكِ يَا كَذَا وَكَذَا تَفْعَلِيْنَ هَذَا بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟

"Apa yang kau lakukan wahai Aisyah (saudaraku), apakah begini perlakuanmu kepada Rasulullah SAW?"

Rasulullah SAW hanya tersenyum, seraya bersabda:

 دَعِيْهَا فَإِِنَّهُنَّ يَفْعَلْنَ هَذَا وَأَشَدَّ مِنْ هَذَا

"Biarkanlah dia (Aisyah)! Sungguh ia telah biasa melakukan ini semua, bahkan pernah melakukan perbuatan yang lebih dari itu." 

Selain itu, ada juga sebuah riwayat yang dicatat oleh Imam Al-Ghazali di dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin tentang kepribadian Rasulullah SAW yang sangat luhur dan mengagumkan.

Suatu saat terjadi sedikit permasalahan (rumah tangga) antara Rasulullah SAW dengan Sayyidah Aisyah. Hingga permasalahan pun tak berujung titik temu, yang mengharuskan Rasulullah SAW memanggil Sayyidina Abu Bakar (Ayah dari Sayyidah Aisyah) sebagai penengah dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Ketika itu Rasulullah SAW membuka percakapan dengan istrinya, seraya menawarkan:

 تُكَلِّمِيْنَ أَوْ أَتَكَلَّمُ؟

"Kau yang ingin bicara terlebih dahulu, atau aku?"

Amarah yang telah menguap dalam diri Sayyidah Aisyah pun tak terkontrol, ia pun menjawab ucapan dari suaminya (Rasulullah SAW) dengan sedikit mengangkat suara, seraya berkata:

  بَلْ تَكَلَّمْ أَنْتَ وَلَا تَقُلْ إِلَّا حَقًّا!

"Justru kaulah yang layak untuk memulai pembicaraan, dan janganlah engkau berkata kecuali yang benar."

Mendengar lagat yang tak pantas yang diucapkan oleh Sayyidah A'isyah, ayahnya (Sayyidina Abu Bakar) pun secara otamatis memarahi anaknya yang bersikap tidak pantas kepada Rasulullah SAW. Merasa takut, Sayyidina Aisyah pun berlari dan bersembunyi di belakang punggung Rasulullah SAW dan meminta perlindungan kepada Rasulullah SAW.

Karena besarnya kasih serta cinta Rasulullah SAW kepada istrinya, Sayyidah Aisyah, Rasulullah SAW justru malah memarahi Sayyidina Abu Bakar, seraya berkata:

لَمْ نَدْعُكَ لِهَذَا وَلَا أَرَدْنَا مِنْكَ هَذَا!

"Tujuanku mengajakmu itu bukan untuk hal yang demikian ini. Aku pun tak ingin kau lakukan ini untukku!"

Demikianlah kepribadian Rasulullah SAW yang sangat luhur. Beliau tetap tenang dalam menyikapi istrinya, pasangan hidupnya, yang sedang rewel atau ngambek karena suatu hal. Tidak ada sama sekali kemarahan yang tampak dari kepribadiannya. Dan demikianlah juga seharusnya teladan yang harus menjadi pedoman bagi umatnya dalam menghadapi pasangan hidupnya. 

Sabar menghadapi omelan atau amarah dari pasangan merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh suami. Dan teladan itu ada dalam kepribadian Rasulullah SAW ketika menghadapi amarah dari istrinya.

Sayyidina Anas bin Malik, pernah meriwayatkan tentang kesabaran Rasulullah SAW, sebagaimana yang dikutip dari Kitab Ihya' Ulumuddin berikut ini:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْحَمُ النَّاسِ بِالنِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ

"Rasulullah SAW ialah sosok yang sangat menyayangi istri-istrinya dan anak-anak." 

Demikianlah ajaran dari Rasulullah SAW yang telah diaplikasikan dalam kehidupannya. Menyayangi istri dan anak-anak. Tidaklah orangْ yang melakukan hal itu kecuali mulia, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW tersebut.

Jika ada kekerasan yang dilakukan di dalam rumah tangga, menampar, serta menganiaya pasangan, tentu bukanlah termasuk dari ajaran Rasulullah SAW. Perlakuan kasar dan tidak berbelas kasihan itu sangat dikecam oleh Rasulullah SAW, sebagaimana dikisahkan di atas tentang sikap Sayyidina Abu bakar kepada putrinya, Sayyidah Aisyah.

Rasulullah SAW menghimbau kepada para suami, untuk bersikap lemah lembut kepada pasangannya, serta bersabar atasnya. Keterangan ini sebagaimana terdapat dalam Hadis berikut:

اِسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّمَا هُنَّ عَوَانٌ عِنْدَكُمْ أَخَذْتُمُوْهُنَّ بِأَمَانَةِ اللهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوْجَهُنَّ بِكَلِمَاتِ اللهِ

"Berbuatlah baik kalian semua kepada wanita (pasangan kalian). Sungguh mereka adalah tanggunganmu. Kalian telah menyuntingnya dengan mengemban amanah dari Allah SWT (untuk berbuat baik kepadanya), serta kalian telah menghalalkan mereka dengan ayat Allah SWT." (HR. Abu Dawud)

Di dalam Kitab Ihya' Ulumuddin Imam Al-Ghazali juga menukil sebuah riwayat Hadis Rasulullah SAW yang menerangkan tentang keutamaan bersabar atas perangai serta sikap buruk istri, sebagaimana berikut ini:

مَنْ صَبَرَ عَلَى سُوْءِ خُلُقِ امْرَأَتِهِ أَعْطَاهُ اللهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلَ مَا أَعْطَى أَيُّوْبَ عَلَى بَلَائِهِ

"Barang siapa mau bersabar atas perangai buruk dari istrinya, maka Allah  SWT akan memberinya ganjaran seperti ganjaran Nabi Ayub AS atas kesabarannya terhadap bala dan ujian (yang dihadapinya)."

Kalau yang diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW adalah kebaikan dan kemuliaan belaka, maka dalam hal ini bersabar atas sikap buruk pasangan juga adalah kemuliaan. Dan demikian ini tidak hanya disampaikan oleh beliau, melainkan juga dialaminya sendiri dan beliau bersabar atas semua itu. Wallahu A'lam bis Showab. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 12 Juli 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Sibt Umar

Editor: Hakim