KH. Husein Muhammad: Menemui Syams Tabrizi (bagian 1)

 
KH. Husein Muhammad: Menemui Syams Tabrizi (bagian 1)
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Keluar dari lingkungan “Green Mausoleum”, kuburan Maulana Rumi yang berada di bawah payung menara biru yang menjulang ke langit itu, temanku, Hari Pebriantok, aku lihat sibuk menerima telpon entah dari siapa. Aku merasa dia ditelpon Yanuar Agung yang mungkin mengabarkan sudah sampai di daerah sekitar.

“Agung?” kataku.

“Ya, dia sudah datang dan sekarang menunggu kita di Camii Syams Tabrizi,” jawab Hari. Cami istilah untuk masjid di Turki.

Saat itu matahari sudah bergerak ke arah Barat dan mengurangi ketajaman panasnya. Udara berubah menjadi sedikit teduh. Bila nanti mega langit berubah warna menjadi kuning bercampur merah saga, udara akan berhembus lembut. Aku menyeberang jalan dan mengajak Hari mencari kafe dan duduk-duduk sebentar sambil minum teh Turki yang sedap dan menagih. Dia mengusulkan untuk minum di tempat dekat Cami Syams Tabrizi.

“Kita minum di sana saja. Di sana ada kafe,” katanya, sambil menunjuk ke suatu arah.

Kami terus berjalan kaki menuju ke sana. Jaraknya tidak jauh, kira-kira 300-500 meter saja. Bila kakiku kemudian merasa lelah, aku duduk sejenak dan membiarkan Hari berjalan sendiri, meninggalkan aku. Tetapi manakala dia kemudian menengok dan melihat aku duduk, dia menghentikan langkahnya dan menjemput aku. Ia sabar sekali melayani tamunya yang sudah berusia setengah lanjut itu. He he. Dan tak lama aku bangun dan melanjutkan perjalanan setapak demi setapak.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN