Kyai Kampung Benteng Aswaja

 
Kyai Kampung Benteng Aswaja
Sumber Gambar: Foto ist

Laduni.ID, Jakarta - Salah satu unsur kekuatan Islam Nusantara ialah kyai-kyai kampung di berbagai wilayah Indonesia. Mereka yang membina ummat di madrasah, surau, langgar, dan masjid-masjid.

Mereka yang bersentuhan langsung dengan orang-orang awam dan mengajarinya tata cara beribadah kepada Allah dan cara-cara untuk mendekatkan diri kepada Allah serta mencintai Rasulullah.

Kemudian nama-nama mereka terpinggirkan. Televisi dan media sosial mengenalkan para entertainer dakwah yang tidak sepenuhnya alim 'allamah dan tidak terjun langsung berkhidmah kepada masyarakat, bahkan tidak jarang "karbitan". Ummat digiring untuk menjadikan tontonan sebagai tuntunan.

Para kiai kampung sejatinya adalah benteng kuat Islam Nusantara. Mereka menjaga aqidah ummat agar tetap aman dan kondusif. Mereka pula yang menjaga agar masjid dan surau-surau kita tetap makmur dan tidak lepas lalu dikuasai kelompok-kelompok lain.

Ingat kah kita siapa yang mengajarkan Ngaji turutan, Iqra’, belajar membaca huruf hijaiyah, alif, ba’, ta’ dan seterusnya sewaktu kita masih anak-anak ? mereka adalah kyai-kyai kampung Kyai-kyai kampung seperti mbah rois, mbah modin, mbah kaum, guru diniyah adalah ujung tombak dari kegiatan keagamaan di perkampungan dan pedesaan. Peran mereka sangat lah penting, dari urusan kematian, selamatan, kenduri dll. Mereka lakukan itu semua dengan keikhlasan tanpa adanya honor dan gaji yang jelas.

Kampung kalimat yang bila diucapkan terdengar unik dengan spektrum makna yang dalam dan luas. Kyai yang bermakna orang alim dan Kampung yakni penyebutan tempat yang sederhana atau kurang modern. Seorang Alim, Ia yang tinggal di tengah masyarakat.

Sebuah predikat yang disematkan khalayak kepada figur seorang tokoh agama di tengah masyarakat perkampungan. Sosok yang sederhana, rendah hati, namun akhlaq dan kealimannya diakui oleh masyarakat. Kyai Kampung bukanlah tokoh yang dilahirkan hanya karena menguasai ilmu agama. Bukan pula predikat yang didapat dengan bukti kelulusan dari pondok pesantren atau madrasah diniyah.

Kyai Kampung dilahirkan oleh masyarakat sendiri karena masyarakat mengakui budi pekerti, kealiman serta ketulusan pengabdiannya. Masyarakat merasa menerima nilai kemanfaatan dari keberadaannya hingga akhirnya masyarakat memberikan kepercayaan kepadanya sebagai panutan dan tempat mencari solusi atas peliknya permasalahan kehidupan.

Di kalangan warga Nahdiyin, istilah Kyai Kampung sangat familiar dengan kegiatan ubudiyyah. Mulai ngimami sholat berjamaah, mimpin doa tahlilan, slametan, sampai khutbah nikah. Kyai yang tak berbayar dan begitu dekat dengan masyarakat hingga dia sangat memahami gerak kehidupan khalayak. Tak jarang banyak orang silaturrahmi pada beliau untuk berkonsultasi persoalan agama, kegiatan sosial hingga urusan bisnis. Atau, sekedar berkonsultasi persoalan jodoh.

Dalam perspektif Jamiyyah Nahdlatul Ulama, tak dapat dipungkiri peranan Kyai Kampung sangat penting dimana tradisi-tradisi NU dijaga dan dilestarikan dalam dimensi kultural yang kuat, secara tidak langsung menjaga marwah Ahlusunnah Wal Jama’ah an-Nahdliyyah.

Semoga dengan Rubrik Kyai Kampung ini kita mendapat banyak hikmah dan pelajaran, khususnya kader Ansor dan Banser Kota Batu untuk dapat meneladani dan meneruskan apa yang telah diperjuangkan oleh para Kyai Kampung dalam dimensi kultural. Amiin


Source: Ahmad Zaini Alawi khodim Jamaah Sarinyala