Adab Tadarus Al-Qur’an yang Wajib Diketahui

 
Adab Tadarus Al-Qur’an yang Wajib Diketahui
Sumber Gambar: Bayu_Z / Pixabay

Laduni.ID, Jakarta – Tadarus Al-Qur’an merupakan salah satu amalan yang paling banyak dikerjakan oleh umat muslim saat bulan suci Ramadhan karena terdapat banyak sekali pahalanya. Untuk dapat mengamalkannya dengan baik maka kita perlu mengetahui adab tadarus membaca Al-Qur’an yang baik dan benar sesuai syariat islam.

Bagi yang tadarus Al-Qur’an perlu memperhatikan beberapa adab penting sebagai berikut:

1. Bersuci dari hadas dan najis. Allah berfirman “Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur’an) kecuali orang-orang yang suci” (Q.S. al-Waqiah: 79)

2. Membersihkan mulut dengan menggosok gigi, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW: “Besihkanlah jalan Al-Qur’an. Ditanyakan, ‘Apa jalan Al-Qur’an itu, wahai Rasulullah?’ Beliau Menjawab, ‘Mulut-mulut kalian’. Mereka bertanya lagi, ‘Dengan apa?’ Beliau menjawab, ‘Dengan menggosok gigimu”.

3. Membaca ta’awwudz, sebagaimana difirmankan Allah, “Apabila engkau membaca Al-Qur’an, maka berlindunglah kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk” (Q.S. an-Nahl: 98)

4. Membaca dengan tartil, sebagaimana firman Allah, “Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil” (Q.S. al-Muzammil: 4). Tartil adalah membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan, jelas, dan tidak memotong-motongnya ayat secara sembarangan.

5. Membaca dengan suara indah. Nabi SAW bersabda, “Setiap sesuatu ada hiasannya, dan hiasan Al-Qur’an adalah suara yang indah” ( Kanz al-Ummal, no. 2768)

6. Tadabbur, yaitu merenungi makna-makna ayatnya dan mengambil pelajaran darinya. Allah berfirman, “Kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh berkah, agar mereka mentadabburi (merenungi) ayat-ayatnya dan agar ulul albab mengambil pelajaran darinya” (Q.S. Shad: 29). “Apakah mereka tidak memikirkan Al-Qur’an itu, atau hati mereka tertutup” (Q.S. Muhammad: 24). Imam Ali RA berkata, “ Bukanlah kebaikan membaca Al-Qur’an tanpa perenungan” (Bihar al-Anwar juz 92, hal. 211, No. 4)

7. Mengimani seluruh isinya. Allah berfirman, “Alif lam mim, inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa” (Q.S. al-Baqarah : 1-2). “Apakah kamu percaya dengan sebagian al-Kitab (Al-Qur’an) dan ingkar dengan sebagian yang lain? Maka tidak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian, kecuali kehinaan pada kehidupan dunia dan pada hari kiamat, mereka akan dilemparkan ke dalam azab yang pedih. Dan Allah tidak pernah lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Baqarah : 85)

8. Khusyuk. Rasulullah SAW ditanya tentang orang yang paling indah membaca Al-Qur’an, maka beliau menjawab, “Orang yang jika engkau dengar suaranya, engkau akan melihatnya sebagai orang yang takut kepada Allah” ( Kanz al-Ummal, no. 4143)

Dengan adab-adab di atas, insya Allah setiap kita bertadarus Al-Qur’an maka akan menghasilkan energi dan semangat baru serta jiwa yang kokoh. Karena kita bukan hanya sekedar membacanya, tetapi juga menyelami kandungan maknanya, sehingga membuat kita mejadi takut saat membaca ayat siksa dan dipenuhi harapan saat menemukan ayat-ayat rahmat.

  • Baca Juga: Puasanya Sembilan Para Nabi Terdahulu

Diceritakan bahwa Khalifah Umar bin Khattab RA pernah membaca Al-Qur’an yang berbunyi:

ﻳَﻮْﻡَ ﺗَﻤُﻮﺭُ ﺍﻟﺴَّﻤﺎﺀُ ﻣَﻮْﺭﺍً ﻭَ ﺗَﺴﻴﺮُ ﺍﻟْﺠِﺒﺎﻝُ ﺳَﻴْﺮﺍً ﻓَﻮَﻳْﻞٌ ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﻟِﻠْﻤُﻜَﺬِّﺑﻴﻦَ ﺍﻟَّﺬﻳﻦَ ﻫُﻢْ ﻓﻲ ﺧَﻮْﺽٍ ﻳَﻠْﻌَﺒُﻮﻥَ ﻳَﻮْﻡَ ﻳُﺪَﻋُّﻮﻥَ ﺇِﻟﻰ ﻧﺎﺭِ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﺩَﻋًّﺎ ﻫﺎﺫِﻩِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﺍﻟَّﺘﻲ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺑِﻬﺎ ﺗُﻜَﺬِّﺑُﻮﻥَ

Artinya: “Pada hari ketika langit benar-benar berguncang. Dan gunung benar-benar berjalan. Maka kecelakaan besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Yaitu orang-orang yang bermain-main dengan kebatilan. Pada hari mereka didorong ke neraka jahanam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka) inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.” (Q.S. at-Thur : 9-14)

Setelah membaca ayat tersebut, jiwa Khalifah Umar RA terguncang dan dipenuhi dengan ketakutan dan kengerian akan peristiwa kiamat. Dikabarkan beliau jatuh sakit hingga sebulan lebih. Begitulah, beliau membaca Al-Qur’an dengan menyelami kandungan maknanya sehingga seolah-olah sedang berbicara langsung dengan Al-Qur’an dan menyaksikan setiap peristiwa yang disampaikannya.