Biografi Ruqayyah binti Muhammad SAW

 
Biografi Ruqayyah binti Muhammad SAW
Sumber Gambar: Ilustrasi (Foto ist)

Daftar isi Biografi Ruqayyah binti Muhammad SAW

1.         Riwayat Hidup
1.1       Lahir
1.2       Wafat

2.         Kisah-kisah
2.1       Pernikahan
2.2       Hijrah ke Habasyah
2.3       Kembali ke Mekkah

3.         Silsilah Nasab
3.1       Silsilah Nasab Ayah

4.         Referensi

Ruqayyah adalah putri Nabi Muhammad SAW dari istri Sayyidah Khadijah binti Khuwailid.

1.         Riwayat Hidup
1.1       Lahir

Ruqayyah lahir di Mekkah pada tahun 20 sebelum Hijriyah atau sekitar tahun 603 Masehi, sebelum diutusnya kenabian Muhammad SAW.

1.2       Wafat

Ruqayyah wafat ketika Rasulullah SAW masih hidup, pada saat itu ketika Rasulullah bersiap-siap untuk perang Badar, Ruqayyah jatuh sakit, sehingga Rasulullah menyuruh Utsman bin Affan agar tetap tinggal di Madinah untuk merawatnya. Namun maut telah menjemput Ruqayyah ketika Rasulullah masih berada di medan Badar pada bulan Ramadhan tahun 2 Hijriyah atau 624 Masehi. Kemudian berita wafatnya ini dikabarkan oleh Zaid bin Haritsah ke Badar. Dan kemenangan kaum muslimin yang dibawa oleh Rasulullah beserta pasukannya dari Badar, ketika masuk ke kota Madinah, telah disambut dengan berita penguburan Ruqayyah. Pada saat wafatnya Ruqayyah, Rasulullah berkata, Bergabunglah dengan pendahulu kita, Utsman bin Maz’un.’

Para wanita menangisi kepergian Ruqayyah. Sehingga Umar bin Khattab datang kepada para wanita itu dan memukuli mereka dengan cambuknya agar mereka tidak keterlaluan dalam menangisi jenazah Ruqayyah. Akan tetapi Rasulullah menahan tangan Umar dan berkata, ‘Biarkanlah mereka menangis, ya Umar. Tetapi hati-hatilah dengan bisikan syaitan. Yang datang dari hati dan mata adalah dari Allah dan merupakan rahmat. Yang datang dari tangan dan lidah adalah dari syaitan.’

2.         Kisah-kisah
2.1
       Pernikahan

Ruqayyah menikah dengan Utbah bin Abu lahab sebelum masa kenabian. Sebenarnya hal itu sangat tidak disukai oleh Khadijah. Karena ia telah mengenal perilaku ibu Utbah, yaitu Umrnu jamil binti Harb, yang terkenal berperangai buruk dan jahat. Khawatir putrinya akan memperoleh sifat-sifat buruk dari ibu mertuanya tersebut. Dan ketika Rasulullah telah diangkat menjadi Nabi, maka Abu Lahablah, orang yang paling memusuhi Rasulullah dan Islam. Abu Lahab telah banyak menghasut orang-orang Mekkah agar memusuhi Nabi dan para sahabat. Begitu juga istrinya, Ummu Jamil yang senantiasa berusaha mencelakakan Rasulullah dan memfitnahnya. Atas perilaku Abu lahab dan permusuhannya yang keras terhadap Rasulullah, maka Allah telah menurunkan wahyu-Nya, ‘Maka celakalah kedua tangan Abu lahab, (Al lahab: 1) Setelah ayat ini turun, maka Abu lahab berkata kepada kedua orang putranya, Utbah dan Utaibah, ‘Kepalaku tidak halal bagi kepalamu selama kamu tidak menceraikan Putri Muhammad.’ Atas perintah bapaknya itu, maka Utbah mericeraikan istrinya tanpa alasan. Setelah bercerai dengan Utbah, kemudian Ruqayyah dinikahkan oleh Rasulullah dengan Utsman bin Affan.

Hati Ruqayyah pun berseri-seri dengan pernikahannya ini. Karena Utsman adalah seorang Muslim yang beriman teguh, berbudi luhur, tampan, kaya raya, dan dari golongan bangan Quraisy.

2.2       Hijrah ke Habasyah

Setelah pernikahannya dengan Utsman, penderitaan kaum muslimin bertambah berat, dengan tekanan dan penindasan dari kafirin Quraisy. Ketika semakin hari penderitaan kaum muslimin, termasuk keluarga Rasulutlah bertambah berat, maka dengan berat hati Nabi mengijinkan Utsman beserta keluarganya dan beberapa muslim lainnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah. Ketika itu Rasulullah bersabda, ‘Pergilah ke negeri Habasyah, karena di sana ada seorang raja yang terkenal baik budinya, tidak suka menganiaya siapapun, Di sana adalah bumi yang melindungi kebenaran. Pergilah kalian ke sana. Sehingga Allah akan membebaskan kalian dari penderitaan ini.’

Maka berangkatlah satu kafilah untuk berhijrah dengan diketuai oleh Utsman bin Affan. Rasulullah bersabda tentang mereka, Mereka adalah orang yang pertama kali hijrah karena Allah setelah Nabi Luth AS.’ Setibanya di Habasyah mereka memperoleh perlakuan yang sangat baik dari Raja Habasyah. Mereka hidup tenang dan tentram, hingga datanglah berita bahwa keadaan kaum muslimin di Mekkah telah aman.

2.3       Kembali ke Mekkah

Mendengar berita bahwa keadaan Mekkah telah aman, disertai kerinduan kepada kampung halaman, maka Utsman memutuskan bahwa kafilah muslimin yang dipimpimnya itu akan kembali lagi ke kampung halamannya di Mekkah. Mereka pun kembali. Namun apa yang dijumpai adalah berbeda dengan apa yang mereka dengar ketika di Habasyah. Pada masa itu, mereka mendapati keadaan kaum muslimin yang mendapatkan penderitaan lebih parah lagi. Pembantaian dan penyiksaan atas kaum muslimin semakin meningkat. Sehingga rombongan ini tidak berani memasuki Mekkah pada siang hari. Ketika malam telah menyelimuti kota Mekkah, barulah mereka mengunjungi rumah masing-masing yang dirasa aman. Ruqayyah pun masuk ke rumahnya, melepas rindu terhadap orang tua dan saudara-saudaranya.

Namun ketika matanya beredar ke sekeliling rumah, ia tidak menjumpai satu sosok manusia yang sangat ia rindukan. la bertanya, ‘Mana ibu?….. mana ibu?….’ Saudara-saudaranya terdiam tidak menjawab. Maka Ruqayyah pun sadar, orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu telah tiada. Ruqayyah menangis hatinya sangat bergetar, bumi pun rasanya berputar atas kepergiannya. Penderitaan hatinya, ternyata tidak berhenti sampai di situ. Tidak lama berselang, anak lelaki satu-satunya, yaitu Abdullah yang lahir ketika hijrah pertama, telah meninggal dunia pula. Padahal nama Abdullah adalah kunyah bagi Utsman RA, yaitu Abu Abdullah. Abdullah masih berusia dua tahun, ketika seekor ayam jantan mematuk mukanya sehingga mukanya bengkak, maka Allah mencabut nyawanya. Ruqayyah tidak mempunyai anak lagi setelah itu.

3.         Silsilah Nasab
3.1       Silsilah Nasab Orang Tua

Ruqayyah merupakan putri Nabi Muhammad SAW dari istri Khadijah bnti Khuwailid, chart silsilah beliau dapat dilihat melalui "Silsilah Nasab Orang Tua".

4.         Referensi

  1. Al-Isti’ab, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (hal. 1038),
  2. Ath-Thabaqatul Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa’d 1839-1842, 1952-1953),
  3. Fathul Ats-Tsiqat, karya Al-Imam Ibnu Hibban (2/105),
  4. Siyar A’lamin Bari, karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (7/188),
  5. Tahdzibul Kamal, karya Nubala, karya Al-Imam Adz-Dzahabi (2/250-253)
 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya