Pendengki Itu Tidak akan Menjadi Pemimpin

 
Pendengki Itu Tidak akan Menjadi Pemimpin
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Hasud adalah perasaan tidak suka seseorang kepada orang lain, karena kenikmatan atau kebahagiaan yang diperoleh orang lain itu. Kenikmatan itu bisa berupa kekayaan, jabatan, kehormatan, kecantikan, kehebatan, dll. Ia berharap kenikmatan itu hilang dari seseorang dan berpindah kepada dirinya. Pada tingkat lebih lanjut dia akan berusaha merusak bahkan melenyapkan kenikmatan tersebut dari orang lain itu dengan segala cara.

Lalu pertanyaannya, mengapa orang bisa menjadi hasud? Mengenai hal ini, Imam al-Ghazali menerangkan di dalam bukunya Ihya Ulumuddin bahwa ada tujuh faktor penyebab hasud atau dengki itu, yakni:

  1. Al-'Adawah (kebencian)
  2. Al-Kibr (sombong) 
  3. At-Ta'ajjub (mengagumi diri)
  4. Al-Khauf min Faut Al-Maqashid Al-Mahbubah (takut kehilangan keinginan/harapan yang dicintainya)
  5. Hubb Ar-Riyasah (cinta atau gila jabatan)
  6. Khubts An-Nafs (jiwa buruk)
  7. Al-Bukhl An-Nafs (jiwa pelit)

Hasud adalah karakter setan/iblis. Ia dengki kepada Adam karena Adam memeroleh kedudukan terhormat dan makhluk-Nya yang paling dihormati-Nya. Saat Allah memerintahkan agar semua makhluk, termasuk di dalamnya setan/iblis dan Malaikat untuk menghormatinya, iblis menolak keputusan itu. Dan dia oleh Tuhan dianggap sebagai bagian dari "kafir", yakni orang yang menolak atau melawan kebenaran dan keadilan Tuhan.

Nabi Muhammad SAW mengatakan:

اِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

"Hasud itu membakar habis kebaikannya bagaikan api membakar kayu."

Ada satu pernyataan bijak dari para ulama yang dekat dengan Allah SWT. Pernyataan ini sangat terkenal sekali, yakni;

اَلْحَسُوْدُ لَا يَسُوْدُ

"Orang yang hasud atau pendengki itu tidak akan menjadi pemimpin."

Diterangkan bahwa maksud dari nasihat tersebut adalah berikut ini;

فَالْمَعْنَى الصَّحِيْحِ لِهَذِهِ الْعِبَارَةِ "اَلْحَسُوْدُ لَا يَسُوْدُ" هَكَذَا: اَلْحَسُوْدُ لَا يَصِلُ إِلَى السِّيَادَةِ وَ لَا يَفُوْقُ الْآخَرِيْنَ، أَيْ أَنَّهُ لَا يَصِلُ عَنْ طَرِيْقِ الْحَسَدِ لِلْآخَرِيْنَ إِِلَى الْعَظَمَةِ وَ السِّيَادَةِ وَ الْمَقَامِ الرَّفِيْعِ

"Arti kata-kata ini adalah bahwa orang yang hasud tidak akan mencapai kedudukan pemimpin, dan tidak akan mengungguli orang lain yang dihasudi. Yakni orang hasud tidak akan memperoleh kedudukan terhormat dan tinggi."

Seorang ulama sufi, Fudhail bin 'Iyadh pernah mengatakan:

اَلْمُؤْمِنُ يَغْبِطُ وَالْمُنَافِقُ يَحْسُدُ

“Orang mukmin hanya sebatas "jengkel" (ingin meniru dan berharap kepada Allah), sementara orang munafik sampai pada tingkat hasud.”

Hasud merupakan sifat yang paling sulit disembuhkan. Imam Al-Ghazali dalam Kitab Faishal At-Tafriqah mengutip sebuah syair Imam Syafi'i berikut ini:

كُلُّ الْعَدَاوَاتِ قَدْ تُرْجَى سَلَامَتُهَا * اِلَّا عَدَاوَةُ مَنْ عَادَاكَ عَنْ حَسَدٍ

"Semua kebencian bisa diatasi kecuali hasud. Sifat hasud itu sangat sulit diselamatkan."

Nabi Muhammad SAW berpesan untuk semua umat Islam:

لَا تَحَاسَدُوْا وَلَا تَبَاغَضُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ اِخْوَانًا

"Kalian jangan saling hasud dan saling membenci. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara."

Kita semua adalah saudara yang harus saling menghargai dan menghormati satu sama lain. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 11 Juni 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

Penulis: KH. Husein Muhammad 

Editor: Hakim