INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
“Sesungguhnya engkau mempunyai dua akhlak yang dicintai Allah SWT, (dua akhlak itu adalah) hilmi (lemah lembut/arif) dan ta’anni (hati-hati).”
Jadi, tidak alasan untuk bersifat tak acuh pada orang tua. Berbakti kepada orang tua adalah kunci kebaikan di dunia dan di akhirat. Jangankan ketika orang tua masih hidup, bahkan Rasulullah SAW menyatakan bahwa berbakti orang tua itu tetap bisa dilakukan meskipun mereka sudah meninggal dunia.
Secara logika, dalam Islam diyakini bahwa alam ini dimulai dari satu Tuhan, yang dalam ilmu mantiq disebut dengan wajibul ujud. Tentu lebih mudah dicerna logika manusia. Karena setiap barang yang ada, pasti ada yang mengadakannya. Dan yang mengadakan tentu lebih kuat dari yang ada tersebut.
Dalam perjalanan hidup, tidak jarang kita menemui teman yang berbuat maksiat. Sebagai sahabat yang baik, tugas kita adalah saling mengingatkan dengan cara yang bijak, penuh kelembutan, dan kasih sayang.
Salah satu persoalan yang sering menjadi bahan diskusi adalah bagaimana seorang istri harus mendahulukan suami dibandingkan orang tuanya, sementara kewajiban seorang suami justru mendahulukan ibunya di atas kepentingan lainnya.
“Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128)
Keseimbangan semesta adalah analogi keseimbangan jiwa yang menghantarkan manusia menjadi makhluk yang bahagia. Berbagai unsur harus seimbang, 'aql berilmu dalam pancaran Islam, qolb damai dalam pelukan iman dan jism-nya mulia amalnya dalam balutan ihsan yang memaslahatkan.
Jadi menjaga lisan bukan berarti menahan segala bentuk ucapan, melainkan memastikan setiap kata yang keluar bernilai kebenaran, kejujuran, dan keberanian dalam membela yang haq. Gus Baha melihat urgensi ini dalam realita kehidupan.
Setiap surat dalam Al-Qur'an diawali dengan basmalah kecuali dalam surat At-Taubah atau Al-Bara'ah. Dalam surat At-Taubah tidak dicantumkan basmalah sebagaimana surat-surat yang lain.
Selama ini, mungkin banyak dari kita yang memahami kisah Nabi Adam AS memakan buah khuldi semata-mata karena tergoda oleh bujuk rayu setan. Pemahaman ini seolah sudah menjadi pengetahuan umum, bahkan diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, benarkah demikian?