INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Gus Baha bahkan menyebut, “Kadang yang meragukan itu yang benar”. Sindiran ini dilontarkan sebagai kritik terhadap mereka para kyai atau ulama yang terkadang kedunyan, atau terbuai materi keduniawian.
Para guru sejati dalam pandangan para guru sejati dan bijak bestari hadir untuk membagi cahaya pengetahuan kemanusiaan, bukan menghancurkannya dan membodohi orang lain. Mereka hadir untuk kebahagiaan orang lain, bukan untuk kesenangan diri sendiri.
Kesuksesan seorang murid dalam menimba ilmu tidak hanya ditentukan oleh lembaga pendidikan, ilmu itu sendiri, metode belajar, atau sarana pendidikan, melainkan ada pada diri sang murid itu sendiri, yang mana hal itu terletak pada akhlaknya kepada sang guru.
Dalam proses pembelajaran, murid membutuhkan orang alim atau yang umum disebut dengan guru, ustadz, atau kyai. Murid dan orang alim perlu berinteraksi. Namun, dalam hal ini, perlu dipahami bahwa ada adab-adab tertentu yang harus diperhatikan seorang murid terhadap gurunya.
Dalam berinteraksi dengan orang tua, setiap anak harus memperhatikan rambu-rambu etika yang dalam khazanah keislaman disebut adab.
Kisah Ashabul Kahfi menunjukkan satu fakta, bahwa dalam setiap zaman, Allah selalu menyediakan generasi muda yang kuat untuk menjaga ajaran-Nya. Para pemuda Islam hari ini adalah penerus kisah tersebut. Maka harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh dalam membangun karakternya.
Islam adalah agama yang menanamkan akhlak mulia sebagai inti dakwah dan kehidupan. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk menyentuh hati manusia bukan dengan harta atau kekuasaan, melainkan dengan senyum dan akhlak yang baik.
Hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan meniscayakan adanya tanggung jawab. Demikian pula terkait hal memilih menjadi juru damai.
“Ketahuilah, bahwa yang patut dan pantas disebut sebagai seorang ulama ialah sosok yang makananannya, pakaiannya, tempat tinggalnya (rumah) dan hal- hal lain yang berkaitan dengan kehidupan duniawi, adalah sederhana, tidak bermewah-mewahan dan tidak berlebihan dalam kenikmatan.”
Allah SWT menciptakan manusia dengan kehendak dan pilihan. Maka tidak benar jika seseorang berbuat dosa lalu beralasan bahwa perbuatan itu sudah ditakdirkan. Allah tidak memerintahkan keburukan dan tidak meridhoi kezaliman.