INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Dalam Islam, ikatan di antara orang-orang beriman (Mukmin) sangat kuat, bahkan lebih kuat daripada ikatan darah dalam banyak hal. Persaudaraan ini memiliki landasan yang kokoh dalam Al-Qur'an dan Hadis serta direfleksikan dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan.
Islam sangat menjunjung tinggi kehormatan dan kehidupan setiap manusia, khususnya seorang Mukmin (Muslim). Allah dan Rasul-Nya menegaskan betapa berbahayanya dosa yang timbul dari menodai kehormatan sesama, serta peringatan keras terhadap membunuh seorang Mukmin tanpa hak.
Menzalimi atau berbuat aniaya kepada sesama manusia merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Perbuatan tersebut perlu dihindari, karena memang dilarang oleh Allah SWT.
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan teman. Seorang teman yang baik terkadang bisa melebihi kebaikan saudara sendiri. Hal ini dimungkinkan sebab hubungan antar teman cenderung setara, di mana berlaku prinsip menghargai antara satu dengan yang lain.
Dalam era yang penuh dengan tantangan ini, berbagai macam penyimpangan agama dan fitnah merajalela. Banyak perbuatan bid’ah dan kezaliman yang terjadi. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai peran para ulama dalam menghadapi situasi tersebut.
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10)
Ada tiga prinsip keimanan dalam tataran sosial yang harus dipegang teguh oleh setiap orang agar itu tidak mengganggu dan merusak keimanannya.
“Jadi saya menikah dengan istri saya, maka istri saya disebut ajnabiyah. Berhubung ajnabiyah, maka bila bersentuhan dengan istri bisa membatalkan wudhu sebab bukan mahram,” kata Gus Baha.
Perlu digarisbawahi, meski hakikatnya berbuat kebaikan bukanlah untuk menghitung-hitung pahala, tapi, hitung-hitungan di atas menunjukkan keadilan dan kasih sayang Allah SWT dalam memberikan ganjaran kepada para hamba-Nya yang berbuat baik.
Dalam khazanah pesantren, kita tahu tentang istilah Luhumul Ulama’ Masmuumah (daging ulama itu beracun). Kalimat ini cukup populer di kalangan penuntut ilmu.