DONASI untuk pengembangan profil pesantren 1.820, kitab 700, makam 634, biografi Ulama 2.577 dan silsilah, tuntunan ibadah, Al-Qur'an dan Hadis serta asbabulnya, weton, assessment kepribadian, fitur komunitas media sosial.
“Dan sesungguhnya barang siapa bersabar dan memaafkan, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” (QS. Asy-Syura: 43)
Pada dasarnya, mencari pengakuan dan pengikut sebagai ukuran diterimanya eksistensi, adalah berarti telah melakukan pemaksaan atas kedangkalan ilmunya dari luasnya ilmu Allah SWT.
“Imam Mujahid berkata, orang yang malu tidak akan (bisa) mendapatkan ilmu, demikian juga orang sombong.” (HR. Imam Bukhari, disebutkan secara mu’allaq dalam Bab Al-Haya’ fil 'Ilmi)
Kesombongan, selain dihinakan Tuhan, juga dapat menyebabkan kesengsaraan di Akhirat. Orang yang sombong akan selalu membesarkan sesuatu yang tidak ada pada dirinya dan merasa dirinyalah yang memiliki.
Jika kita menelaah lebih dalam, maka kita akan mendapati bahwa tujuan pendidikan menurut Imam Al-Ghazali adalah kesempurnaan manusia di dunia dan akhirat yang bisa dicapai melalui upaya mencari keutamaan dengan ilmu pengetahuan.
“Sesungguhnya engkau mempunyai dua akhlak yang dicintai Allah SWT, (dua akhlak itu adalah) hilmi (lemah lembut/arif) dan ta’anni (hati-hati).”
Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi bagian yang baik dari masyarakat di mana mereka tinggal. Salah satu caranya adalah dengan menjaga nilai-nilai sejarah, menghargai para pahlawan, dan menghindari penghinaan yang dapat memecah belah persatuan.
Kita tidak boleh melupakan jasa para pahlawan. Setidaknya, menyempatkan waktu selalu mengirimkan doa kepada mereka. Semoga Allah SWT memuliakan orang-orang yang telah berjasa besar untuk kebaikan bangsa dan negara Indonesia, dan seluruh umat Islam secara umum.
Kami ceritakan kepadamu kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” (QS. Al-Kahfi: 13)
Mendidik anak menjadi generasi yang cerdas, sholeh, dan berakhlak mulia adalah impian setiap orang tua. Namun, usaha untuk membentuk generasi yang berkualitas tidak dimulai saat anak lahir atau ketika mereka mulai bersekolah, melainkan sejak seseorang menentukan pasangan hidup.